beritabernas.com – Belajar online kini menjadi tren di Indonesia. Bahkan menurut Statista, sejak 2018 hingga 2028 diperkirakan sebanyak 20 juta orang Indonesia akan belajar secara online.
Menurut Dr Nur Wijayaning R S.Kom M.Cs, Ketua Program Studi Pendidikan Jarak Jauh Informatika, Program Sarjana FTI UII, fenomena ini didorong oleh kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan yang fleksibel dan akses yang lebih luas. Selain itu, pertumbuhan populasi yang cepat dan tingginya keinginan generasi muda untuk memperoleh gelar sarjana belum sebanding dengan kapasitas perguruan tinggi yang terbatas.
Tidak kalah pentingnya, kemajuan teknologi dan infrastruktur internet memudahkan akses mahasiswa dari berbagai wilayah, termasuk daerah terpencil. Dalam konteks kebutuhan fleksibilitas belajar online, sebagian platform masih menerapkan jalur linear, yaitu mahasiswa harus mempelajari materi secara berurutan (bab 1 → bab 2 → bab 3). Hal ini mirip dengan seseorang yang meniti karir linear, mulai dari posisi awal, naik pangkat secara berjenjang, hingga mencapai puncak sesuai tahapan yang sudah ditetapkan.
Hal tersebut juga serupa dengan narasi film linear yang bergerak dari titik A ke B, mencapai klimaks di C, dan berakhir di D. Sebaliknya, Nonlinear Learning (pembelajaran linear) menyerupai karir nonlinear, misalnya seorang profesional yang berpindah industri, mencoba peran di startup, lalu beralih menjadi konsultan tanpa terikat urutan karir yang kaku.

Di platform online, menurut Dr Nur Wijayaning R, memanfaatkan link (tautan) dan modularitas materi sehingga dapat memilih topik sesuai kebutuhan, mendalami materi lanjutan atau kembali ke teori dasar. Pendekatan ini selaras dengan neuroplasticity, yaitu kemampuan otak menyesuaikan diri dengan informasi dari berbagai sumber secara bersamaan, sehingga proses belajar menjadi lebih efektif dan tidak terpaku pada urutan sekuensial.
Meskipun bersifat nonlinear, kebutuhan akan struktur pembelajaran tetap tidak dapat diabaikan. Contohnya, pendekatan heutagogi menetapkan sebagian materi sebagai “wajib,” sementara sisanya diberikan fleksibilitas sesuai minat mahasiswa. Oleh karena itu, peran pengajar dalam model ini meluas: tidak hanya berbagi materi, tetapi juga sebagai pemberdaya (empowerer), penunjuk arah (scout), pemberi dukungan (scaffolder) dan penilai (assessor) untuk memastikan mahasiswa dapat menjelajahi jalur nonlinear secara efektif dan terarah. Dengan demikian, pengajar tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga memberdayakan mahasiswa untuk mengeksplorasi jalur nonlinear yang sesuai dengan gaya dan kebutuhan masing-masing.
Bagaimana studi ini dibuat?
Menurut Dr Nur Wijayaning R, penelitian ini melakukan telaah literatur terhadap 3.418 makalah berbahasa Inggris di bidang Pendidikan, E-learning, Psikologi, Ilmu Sosial, serta Ilmu Komputer dan Teknik. Data dikumpulkan dari 3 basis data terkemuka: Education Resources Information Center (ERIC), Emerald Insight, dan Scopus.
BACA JUGA:
- FTI UII Buka Program Studi Manajemen Rekayasa
- Kuliah Umum Program Pascasarjana FTI UII Hadirkan Narasumber dari PT Pelni
- Magister Teknik Industri FTI UII Buka 5 Skema Kelas yang Menguntungkan Mahasiswa Baru
Kriteria inklusi meliputi: (1) penelitian primer, (2) konteks berada di lingkungan belajar terbuka, (3) memuat detail teknis tentang jalur belajar (bukan hanya sekadar model, dan (4) fokus pada jalur belajar di tingkat individu atau kelas. Setiap makalah kemudian dianalisis secara mendalam untuk mengidentifikasi penerapan konsep nonlinear learning. Dari proses tersebut, diperoleh 30 makalah yang memenuhi kriteria.
Menurut Dr Nur Wijayaning R, hasil penelitian ini mengungkap bahwa pembelajaran nonlinear hadir di berbagai konteks, baik di platform daring Massive Open Online Course (MOOC) maupun di ruang kelas yang menggunakan pendekatan berbasis proyek atau masalah.
Di MOOC, peserta bisa memilih jalur belajar sesuai kemampuan. Misalnya, pemula akan mengikuti materi dengan urutan berbeda dari pengguna yang sudah mahir, sehingga materi disusun secara fleksibel sesuai kebutuhan, bukan berurutan. Selain itu, mahasiswa juga dapat melewati aktivitas tertentu untuk langsung belajar ke topik lebih sulit atau meninjau kembali materi yang belum dipahami.
Di kelas, pembelajaran nonlinear diterapkan melalui Project-Based Learning (PjBL) dan Problem-Based Learning (PBL). Kedua pendekatan ini mendorong mahasiswa untuk belajar secara mandiri dan aktif. Misalnya, mahasiswa mencari informasi dari berbagai sumber, merancang solusi untuk sebuah masalah, lalu terus-menerus meninjau kembali dan memperbaiki hasilnya.
Proses ini, sebagaimana dijelaskan oleh Krajcik & Blumenfeld (2006), menunjukkan bahwa belajar tidak selalu berjalan secara linear dan terpisah-pisah. Selain itu, aktivitas pembelajaran nonlinear juga dapat berbentuk diskusi, pembuatan bahan ajar mandiri, dan pemberian umpan balik dari teman sekelas. Dengan demikian, fleksibilitas jalur belajar tidak hanya bergantung pada platform teknologi semata, melainkan juga pada desain kurikulum modular, metode pengajaran yang suportif, dan dukungan komunitas belajar.
Nonlinear learning di PJJ Informatika UII
Dr Nur Wijayaning R mengungkapkan, materi pembelajaran di PJJ Informatika UII disusun dalam bentuk modular yang bisa diakses kapan saja, bukan dirilis per pekan. Dengan begitu, mahasiswa bebas memilih modul mana yang ingin dipelajari terlebih dahulu. Sistem Single Sign-On (SSO) UII, yaitu satu akun untuk mengakses seluruh layanan UII, memudahkan akses ke layanan kampus, termasuk kelas daring dan perpustakaan digital.
Fasilitas kampus kelas dunia yang dimiliki UII seperti Zoom Premium, Google Education Suite, Panopto, dan Microsoft 365 mendukung fleksibilitas ini. Konten pembelajaran digital tersedia dalam beragam bentuk, mulai slide, e-book hingga video. Semua teknologi ini memungkinkan mahasiswa belajar nonlinear dalam memilih bentuk konten materi.

Peran dosen dan tutor juga dioptimalkan agar pendekatan nonlinier bisa berjalan efektif. Setiap kelas PJJ diampu oleh tim pengajar yang terdiri atas profesor, doktor, atau magister, sedangkan tutor dengan gelar sarjana memberikan pendampingan tatap muka virtual.
Di luar materi pembelajaran, setiap mahasiswa akan didampingi oleh Dosen Pembimbing Akademik (DPA) untuk konsultasi akademik. PJJ Informatika UII juga didukung oleh unit-unit lain, antara lain Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) terkait misi keIslaman dan Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan (DPK) yang memberikan dukungan nonakademik seperti partisipasi lomba dan layanan konseling psikologi.
Selain itu, PJJ Informatika UII menyediakan jalur kelulusan alternatif yang mencerminkan prinsip nonlinear. Selain menempuh tugas akhir berupa jalur penelitian sebagaimana di universitas lain, mahasiswa PJJ Informatika UII dapat memilih jalur magang ke perusahaan, pengabdian kepada masyarakat atau bahkan mendirikan startup.
Dengan kombinasi modul fleksibel, teknologi pendukung, tim pengajar yang proaktif, dan pilihan jalur kelulusan yang beragam, PJJ Informatika UII mewujudkan konsep pembelajaran nonlinear secara nyata. Mahasiswa tidak lagi terhambat urutan materi, melainkan dapat merancang proses belajarnya sendiri sesuai tujuan dan kemampuan masing-masing. (lip)
There is no ads to display, Please add some