Dasar-dasar Filsafat Ontologi Pendidikan

Oleh: Ali Mansur Monesa

beritabernas.com – Pendidikan itu memepertajam kecerdasan, memperhalus perasaan, memperkokoh kemauan (Tan Malaka).

Ontologi dalam kajian pendidikan lebih menekankan pada aspek hakikat keberadaan.Yang dimaksud keberadaan di sini adalah keberadaan pendidikan. Dalam konteks ini yang berusaha dibahas oleh ontologi pendidikan adalah mencoba mencari hakikat pendidikan dan hakikat manusia.

Dalam konteks pendidikan, ontologi membahas tentang hakikat pendidikan sebagai identitas. Contoh kasus ontologi dalam pendidikan antara lain visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah. Visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah merupakan contoh kasus ontologi dalam pendidikan.

Tulisan ini membahas aspek ontologi pendidikan, yang menurut pengalaman penulis jarang disentuh dalam kajian akademik di kelas baik di SD sampai perguruan tinggi. Itulah sebabnya penulis merasa perlu mengangkat tema ontologi pendidikan sebagai hal yang sangat fundamental dalam dunia pendidikan.

Filsafat sebagai kegiatan berpikir menjadi keharusan setiap manusia animal rational (Arietoteles). Untuk mendalami philosofi sebagai dasar untuk membangun peradaban ilmu pengetahuan. Sebagai cabang ilmu filsafat ontologi pendidikan tidak lepas dari karakter berpikir filsafat. Secara terminologi ontologi adalah cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup. Jadi ontologi adalah satu kajian keilmuan yang berpusat pada pembahasan tentang hakikat untuk mendalami hakikat dalam proses praktik pendidikan selalu memerlukan metode filosofi untuk sampai pada tujuan dan arah yang jelas. Dengan memahami dasar-dasar dari filsafat ontologi pendidikan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah ontologi merupakan cabang dari ilmu filsafat yang berhubungan erat dengan hakikat hidup. Webster’s Third New International Dictionary daring mendefinisikan ontologi sebagai ilmu cabang metafisika khusus mempelajari sifat dan hubungan makhluk. 

Dalam konteks pendidikan, ontologi membahas tentang hakikat pendidikan sebagai identitas. Tentu ontologi pendidikan sangat penting untuk didalami sebagai jalan untuk mempertahankan eksistensi pendidikan sebagaimana seharusnya, segala sesuatu. Bereksistensi memiliki tujuan dan maksud tertentu maka memahami ontologi pendidikan merupakan sebuah upaya untuk menjaga substansi dari hakikat ontologi pendidikan.

Sebab ontologi merupakan azas dalam menetapkan batas ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan serta penafsiran tentang hakikat realitas (metafisika) (Jujun, 1986 :2). Ontologi pendidikan sebagai syarat untuk menyalami lautan pedagogi bagaimana peran civitas akademis yakni sebuah lembaga akademis (kampus guru/ dosen dan lain-lain), seharusnya menjadi ontologi pendidikan sebagai nilai etik untuk mampu menjaga serta menjalankan pendidikan sesuai hakikat dari pendidikan itu sendiri yakni sebagai sebuah proses memanusiakan manusia sebagai makhluk yang merdeka yang meyakini spiritual sebagai pengakuan atas roh absolut dan lain.

BACA JUGA:

Sebab asumsi ontologis (sifat realitas): ada satu realitas yang pasti, tetap, terukurdan dapat diamati. Asumsi epistemologis (pengetahuan): pengetahuan asli bersifat objektif dan dapat diukur. Tujuan sains adalah untuk menguji dan memperluas teori.

Objek  Ontologi Pendidikan

Dalam konteks ontologi pendidikan, ontologi sebagai cabang filsafat yang membahas tentang sebab akibat dari sesuatu yang hakikat. Maka ontologi pendidikan sebagai identitas kongkrit. Contoh kasus ontologi dalam pendidikan antara lain: visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah: Visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah merupakan contoh kasus ontologi dalam pendidikan. Yang menjadi dasar dari eksisitensi lembaga pendidikan tertentu.

Dalam hal ini civitias akademika sebagai sebuah energi pendukung  utama harus memiliki ide, konsep sebagai dasar untuk sampai pada tujuan. Ruang kelas sebagai tempat proses belajar harus maksimal sesuai potensi kecenderungan manusia agar mereka bisa menemukan keahlian serta menjadi pribadi yang bermartabat merdeka sesuai kodratnya sebagai manusia.

Dalam mendidik, pendidik harus memahami setiap potensi peserta didik, jasmani dan rohani, emosi, spiritual dan sosial. Heidegger adalah ontologi atau studi tentang keberadaan. Dalam risalah fundamentalnya, Being and Time, ia berupaya mengakses keberadaan (Sein) melalui analisis fenomenologis keberadaan manusia (Dasein) sehubungan dengan karakter temporal dan historisnya. Nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan.

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Pengetahuan tentang objek yang dipelajari, membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Maka ontologi pendidikan mempertanyaakan hakikat pendidikan serta hubungan kongkrit antara manusia dengan pendidikan.

Karena ini bersifat potensi maka tugas para pendidik melalui pendidikan untuk mendesain pola pembelajaran agar potensi tersebut bisa dikembangkan secara optimal. Proses aktualisasi sebagai representasi ilmu pengetahuan yang utuh hanya dapat terlaksana dengan baik berdasarkan pola pendidikan yang mengakar, radikal, rasional, sistematik, universal dalam suasana belajar di kelas dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sebagai perintah atas pengakuan akan kebenaran absolut yakni Tuhan Yang Maha Esa (Allah swt).

Inilah konsep filsafat yang harus didisiplinkan dalam pendidikan. Dikutip dari tulisan saya sebelumnya di beribernas.com (Signifikansi Filsafat dalam Pendidikan), guru, dosen dan peserta didik memiliki peran yang sama sesuai potensi yang dalam proses adalah dealektika kolaborasi tanpa harus mendominasi.

Ini merupakan pemahaman dasar ontologi pendidikan sebab guru, dosen  dan peserta didik adalah manusia yang sama memiliki eksistensi untuk tampil sebagai mahluk yang bereksiensis. Praktek pendidikan kita saat ini tentu mengalami dekadensi dimana otoritas pendidik selalu merasa lebih hebat praktek pembelajaran satu arah menoinjol ditambah kerikulum yang seharusnya mempraktekan ontologi pendidikan sebagai dasar bergetak pemahaman perenialisme dari pendidikan sebagai upaya untuk merawat wacana substansi bukan sekadar orientasi proggresif yang selalu melampaui substansi.

Pendidikan seharusnya mengembalikan manusia pada kodrat bukan sekadar pengarahan yang bersifat pragmatis tanpa memahami hakikat pendidikan itu sendiri. Begitulah hakekat obyek ilmu (ontologi) terdiri dari objek materi yang terdiri dari jenis- jenis dan sifat-sifat ilmu pengetahuan dan objek forma yang terdiri dari sudut pandang dari objek itu manusia sebagai subjek materi dengan mengenyam pendidikan yang baiklah manusia dapat menemukan eksistensi dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan .

Dalam mengembangkan sebuah peradaban ilmu aspek ontologi dari ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan antara lain secara: (a) Metodis: menggunakan cara ilmiah; (b) Sistematis: saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan; (c) Koheren: unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan; (d) Rasional: harus berdasar begitu juga hakikat dasar dari pendidikan harusnya di kaji lebih jauh tentang ontologi pendidikan.

Pendidikan sebagai jalan untuk menjadikan manusia sebagaimana bertindak sesuai norma-norma kemanusiaan serta mengoptimalkan sifat-sifat kemanusiaanya untuk berpikir dan berkehendak secara bebas sebagai individu merdeka harus dipahami melalui ontologi pendidikan sebagai dasar berjalannya proses pendidikan.

Lembaga-lembaga pendidikan formal yakni kampus dan lain-lain seharusnya secara radikal dari bebagalai rsespektif mempertimbangkan setiap praktek kegiatan pelaksanaan pendidikan sesuai hakikatnya  bukan sekadar berorientasi pada pragmatisme materialisasi sehingga dunia pendidikan kita hilang akan substansi.

Pendidikan harusnya dikembalikan pada eksistensinya sebagai cahaya bagi manusia dan peradaban ilmu pengetahuan dengan memberikan pemenuhan atas pertanyaan terkait kebutuhan manusia dan sesuai dasar serta tujuan dari pendidikan tertentu.

Menurut Immanuel Kant, ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang tercakup di dalam 4 persoalan, yaitu: (1) Apakah yang dapat kita ketahui? (metafisika); (2) Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (etika); (3) Sampai di manakah harapan kita? (agama); (4) Apakah yang dinamakan manusia.

Ontologi pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembalikan pendidikan pada substansinya serta membawa manusia pada hakikatnya serta menjawab persoalan-persoalan eksistensial tentang kehidupan. (Ali Mansur Monesa, Mahasiswa Univesitas PGRI Yogyakarta/UPY)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *