Dosen UII Dr Yudi Prayudi Mendapat Pengakuan Internasional sebagai Senior Member dari IEEE

beritabernas.com – Dr Yudi Prayudi M.Kom, Direktur Pusat Studi Forensika Digital (PUSFID) UII yang juga Dosen FTI UII menerima pengakuan internasional sebagai Senior Member dari IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) sejak April 2024.

Pengakuan ini menandai pencapaian bergengsi yang hanya diberikan kepada profesional dengan pengalaman minimal 10 tahun dan kontribusi signifikan dalam bidang teknik atau teknologi.

Plakat resmi dari IEEE yang diterima pada Juli 2025 menjadi simbol pengukuhan statusnya sebagai anggota senior sekaligus menjadikannya sebagai dosen pertama di UII yang mencapai jenjang tersebut.

Selain sebagai Direktur Pusat Studi Forensika Digital (PUSFID) UII, saat ini Dr Yudi Prayudi juga menjabat sebagai Ketua Konsentrasi Forensika Digital Magister Informatika UII. Dengan latar belakang akademik dari UGM dan ITS, Dr Yudi telah menerbitkan lebih dari 200 makalah, aktif sebagai reviewer jurnal bereputasi dan berperan sebagai asesor laboratorium digital forensik sejak 2017.

Dr Yudi Prayudi memperlihatkan kepada wartawan plakat yang diterima dari IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) sebagai Senior Member. Foto: Jeri Irgo

Ia juga menjadi saksi ahli dalam lebih dari 250 kasus hukum terkait bukti digital, dan rutin menjadi pembicara nasional di bidang keamanan siber. Pencapaian ini ia dedikasikan kepada para kolega dan profesor yang mendukung proses seleksi serta menjadi dorongan baginya untuk memperluas kolaborasi global dan memperkuat kontribusi Indonesia di kancah forensika digital dunia.

Workshop singkat untuk jurnalis DIY

Pada Senin4 Agustus 2024, Dr Yudi Prayudi sekaku Direktur PUSFID UII memberikan workshop singkat kepada jurnalis DIY di Laboratorium Informatikan Lantai 2 Gedung Lab FTI UII, Senin 4 Agustus 2025. Workshop dirancang sebagai bentuk kepedulian PUSFID FTI UII terhadap perlindungan data pribadi dan profesional para jurnalis, suatu profesi yang kerap menjadi sasaran empuk serangan siber karena akses dan perannya yang vital dalam penyebaran informasi.

Workshop ini dalam rangka memperkuat dan meningkatkan literasi digital di tengah ancaman kebocoran data. Kegiatan ini diikuti oleh puluhan jurnalis dari berbagai media di DIY. Dengan pendekatan yang aplikatif, Dr Yudi Prayudi menekankan bahwa keamanan digital bukan semata soal perangkat lunak dan teknologi canggih, melainkan juga soal perilaku pengguna.

Dr Yudi Prayudi selaku narasumber mengatakan, di era digital yang semakin kompleks, ancaman terhadap keamanan data bukan lagi sekadar wacana, tetapi kenyataan yang harus dihadapi dengan kesadaran dan keterampilan memadai.

BACA JUGA:

Dalam banyak kasus, kerentanan justru muncul bukan dari sistemnya, melainkan dari kelalaian penggunanya, seperti penggunaan password yang lemah, satu email untuk semua akun, hingga abai terhadap fitur keamanan tambahan. Karena itu, pelatihan ini menitikberatkan pada perubahan kebiasaan digital yang lebih aman dan cerdas.

Dalam workshop ini, para peserta dibekali berbagai keterampilan dasar namun krusial, seperti memeriksa kebocoran data pribadi melalui situs HaveIBeenPwned.com, menguji dan memperkuat password dan serta menggunakan aplikasi password manager untuk menyimpan kata sandi dengan aman.

Selain itu, mengaktifkan autentikasi dua faktor (2FA) sebagai lapisan pertahanan tambahan terhadap peretasan akun, strategi pemisahan email berdasarkan fungsi, yakni official email untuk urusan pekerjaan,
banking email untuk transaksi keuangan, social media email untuk aktivitas digital dan email lain untuk kebutuhan umum.

    Menurut Dr Yudi Prayudi, konsep ini bertujuan untuk membatasi dampak jika satu akun mengalami kebocoran data, sehingga tidak menjalar ke akun-akun penting lainnya.

    Para jurnalis dari berbagai media mengikuti workshop singkat tentang keamanan data pribadi di Laboratorium Informatikan Lantai 2 Gedung Lab FTI UII, Senin 4 Agustus 2025. Foto: Jeri Irgo

    Dalam workshop itu, peserta diajak memahami pentingnya memilih jenis identitas dalam dunia maya, apakah menggunakan nama asli (real identity), nama samaran (pseudonim) atau sepenuhnya anonim. Setiap pilihan memiliki konsekuensi hukum tersendiri, terutama saat berinteraksi di ruang digital yang rentan terhadap penyebaran informasi, pelanggaran privasi hingga tindak kejahatan siber.

    Investasi strategis bagi ketahanan siber

    Workshop dilakukan karena PUSFID UII ingin mengingatkan bahwa keamanan siber bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal perilaku. Bahkan sistem yang terenkripsi pun bisa ditembus jika penggunanya lalai. Oleh karena itu, penguatan literasi digital, khususnya bagi jurnalis yang berada di garis depan dalam ekosistem informasi, merupakan investasi strategis untuk membangun ketahanan siber nasional.

    Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen berkelanjutan PUSFID UII dalam membangun budaya keamanan digital yang kuat di berbagai sektor, mulai dari media, pendidikan, pemerintahan hingga masyarakat umum. Harapannya, para peserta tidak hanya membawa pulang pengetahuan, tetapi juga semangat baru untuk menerapkan praktik keamanan data yang lebih disiplin dalam kehidupan digital sehari-hari. (lip)


    There is no ads to display, Please add some

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *