beritabernas.com – Anggota DPRD DIY Dr Raden Stevanus Christian Handoko S.Kom MM secara tegas menolak penggunaan singkatan Nataru untuk menyebut Natal dan Tahun Baru. Sebab, penggunaan singkatan Nataru untuk Natal dan Tahun Baru dapat mereduksi makna sakral dari perayaan Natal yang memiliki nilai keagamaan yang sangat mendalam bagi umat Kristiani, baik Kristen Katolik maupun Kristen Protestan dan segala denominasinya.
Menurut Dr Raden Stevanus, Natal bukan sekadar sebuah perayaan akhir tahun yang bersifat duniawi, melainkan merupakan Hari Suci yang memiliki makna spiritual bagi umat Kristiani di seluruh dunia.
“Natal adalah momen penting dalam agama kami, yang merayakan kelahiran Yesus Kristus. Ini bukan sekadar event biasa atau dikaitkan dengan kegiatan komersial lainnya, seperti tahun baru,” tegas Dr Raden Stevanus.
Dr Raden Stevanus mengatakan, kata Nataru yang merupakan gabungan dari kata Natal dan Tahun Baru tidak sesuai dengan penghormatan terhadap nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam perayaan Natal. Dengan menggabungkan kedua perayaan tersebut dalam satu istilah, makna Natal yang sakral bisa tercampur dengan kesan komersial dan sekular.
Sebagai seorang anggota DPRD, Dr Raden Stevanus menegaskan pentingnya menjaga kesakralan setiap perayaan keagamaan, termasuk Natal. Bagi umat Kristiani, Natal bukan hanya soal perayaan kelahiran Yesus Kristus, tetapi juga sebuah momen refleksi dan perayaan iman yang mendalam. Oleh karena itu, penggunaan istilah yang menggabungkan Natal dengan Tahun Baru seperti “Nataru” justru dapat mengaburkan nilai keagamaan tersebut dan terindikasi upaya pelecehan terhadap hari besar keagamaan.
- Dr R Stevanus: Perempuan Merupakan Pilar dalam Membangun Keluarga dan Bangsa
- Buku Transformasi Digital Menuju Smart Province, Legacy Politik Dr Raden Stevanus
“Natal adalah hari yang penuh dengan nilai-nilai spiritual, kasih dan pengorbanan, yang seharusnya dihormati dengan penuh rasa syukur dan kesakralan. Tidak seharusnya istilah Natal digabungkan dengan nama event atau perayaan lain yang lebih bersifat sekuler dan tidak ada hubungannya dengan kesakralan hari keagamaan,” ujar Dr Stevanus.
Ia pun mengajak semua pihak untuk lebih menghargai makna Natal bagi umat Kristiani. “Mari kita pastikan bahwa Natal tetap memiliki identitasnya yang jelas sebagai hari suci, tanpa dicampuradukkan dengan perayaan lainnya,” tutur Anggota DPRD DIY dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang untuk kedua kalinya (dua periode) menjadi Anggota DPRD DIY ini. (lip)
There is no ads to display, Please add some