Geliat UMKM dan Slogan Wisata Kampung Edukasi di Pedukuhan Sulang Kidul

beritabernas.com – Di Pedukuhan Sulang Kidul, Desa Patalan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, DIY, di antara pepohonan rimbun yang bergerak perlahan ditiup angin musim hujan, siapa sangka ada denyut nadi kehidupan bergerak lebih cepat dan lincah. Sambutan penduduk terhadap setiap tamu yang datang seperti sinar matahari pukul delapan pagi. Hangat dan menyenangkan.

“Yang menjadi poin khusus di Sulang Kidul ini adalah produk UMKM, peternakan dan pertanian,” ujar Wahyudi, Kepala Dukuh Sulang Kidul kepada beritabernas.com pada Selasa, 28 Oktober 2025. Suaranya tegas tanpa meninggalkan sikap keramahtamahan khas orang desa.

Di tengah celotehan ibu-ibu Kelompok Wani Tani (KWT) yang sibuk membuat pupuk cair dari bahan buah-buahan, Wahyudi memaparkan geliat usaha yang ada di dukuh yang dipimpinnya.

“UMKM di sini meliputi beberapa macam, tidak hanya produk olahan tapi juga kerajinan kain perca dan wayang kulit. Sedang produk olahan makanan, seperti kacang bawang, kacang mete, krecek singkong, ampyang, telur asin, peyek koin dan lain-lain, juga ada. Jika ditotal, ada 15 sampai 20 produk lokal UMKM yang dijual tidak hanya di toko-toko, tapi juga dijual online yang pemasarannya menembus dunia dengan nama merek Nisada,” kata Wahyudi.

Wahyudi, Kepala Dukuh Sulang Kidul saat diwawancarai di rumahnya, Selasa (28/10/2025). Foto: Clementine Roesiani/beritabernas.com

Menurut Wahyudi, ada 4 pilar yang dijaga di sini, yakni pilar pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan kewirausahaan. Dari 4 pilar ini masing-masing ada bidang atau programnya sendiri. Kalau pendidikan fokus utama adalah wisata kampung. Hal ini bertujuan agar Sulang Kidul menjadi kampung wisata edukasi,” ujar pria kelahiran tahun 1983 ini.

Ia pun beralih membahas kerajinan kain perca. Kain perca desa Sulang Kidul dibuat suvenir seperti gantungan kunci dan lain-lain. Pemasaran sudah sampai toko-toko di Malioboro, jantung kota Yogyakarta.

“Kalau di peternakan, kami ada bantuan dari Kemendikbud Saintek. Kami juga ada kerja sama dengan UGM dan Universitas Janabadra untuk pendampingan. Pendampingan peternakan dari kedua universitas tersebut kaitannya dengan produk pengolahan limbah-limbah yang ada di peternakan. Limbah-limbah itu tidak dibuang, tapi kami manfaatkan untuk pupuk,” katanya.

Wahyudi mengaku punya kelompok kandang ternak sapi “Sidorejo” yang memiliki ternak sapi banyak sehingga otomatis tingkat limbahnya juga banyak. Limbah itu tidak hanya didayagunakan untuk memupuk sawah-sawah di desa ini, tapi juga dijual ke luar. Produknya ada pupuk kompos dan, POC (Pupuk Organik Cair) dari limbah padat, dan pupuk dari urine sapi. Instalasi untuk pengolahan pupuk dari urin sapi sudah ada pendampingan dari UGM untuk mengarahkan,” ujarnya penuh semangat.

Wahyudi yang 1,5 tahun menjadi kepala dukuh dan lulusan akademi kesehatan ini sangat tahu bagaimana memanfaatkan limbah kotoran ternak sapi sebagai sumber pupuk organik ramah lingkungan.

Proses pembuatan produk minuman tradisional UMKM di Dukuh Sulang Kidul. Foto: Clementine Roesiani/beritabernas.com

Badawi, pria berusia 68 tahun adalah relawan di kelompok kandang ternak sapi “Sidorejo”yang memiliki 12 orang anggota. Ia menceritakan proses pupuk dari urine sapi yang ditampung dalam 6 sumur dan difermentasi dalam drum-drum. Setiap drum isi 200 liter. Total semua drum ada 10. Urine sapi yang difermentasi dalam drum didiamkam selama 4 minggu. Setiap hari diaduk menggunakan aerator, sebagai penyuplai oksigen pada drum penampungan urine sapi. Sistem ini bernama aerasi, untuk menghilangkan amoniak atau bau menyengat yang ada pada urine sapi.

Sulang Kidul ini juga kaya dengan tanaman empon-empon dan sayur mayur yang diorganisir oleh Kelompok Wanita Tani setempat. Empon-empon ini untuk mensuplay produk UMKM minuman tradisional seperti sari jahe, temulawak, kunir asem dan lain-lain.

Ada 4 RT di dukuh Sulang Kidul dengan sekitar 225 kepala keluarga. Setiap RT ada kelompok kerja yang nantinya diberi bibit tanaman sayur mayur dan juga buah-buahan dengan memanfaatkan lahan pekarangan. Dinas Pertanian kabupaten Bantul tahu betul kalau Sulang Kidul ini menyimpan potensi luar biasa. Untuk itu, Dinas Pertanian Kabupaten Bantul mengadakan Bimbingan Teknis (Bimtek) yang berlanjut, misalnya dengan pengenalan dan pembuatan persiapan persemaian bibit sekaligus pembuatan pupuknya. Selain itu cara perawatan, labelisasi, perizinan, pemasaran dan sebagainya.

Mugilah, penduduk desa Sulang Kidul adalah salah satu pengembang UMKM produk minuman tradisonal berbentuk serbuk dan cair. Perempuan berusia 49 tahun ini dengan enerjik menerangkan tahap pembuatan minuman tradidional yang terdiri dari beberapa varian: temulawak, kunyit, kencur, jahe secang dan jahe asli. Rempah-rempah untuk pembuatan jahe secang misalnya, tergolong komplet, karena bahan bakunya terdiri dari cengkeh, kapulaga, kayu manis, sereh, daun pandan, dan secang. Ia mengaku mewarisi usaha itu dari ibu mertuanya.

Baca juga:

“Saya sering mendapat pesanan dari puskesmas atau dari dinas kesehatan. Kemudian dari puskesmas saya diajak ikut pelatihan membuat jamu, didampingi sampai mendapatkan alatnya. Dari situ saya kembangkan untuk membuat minuman tradidional yang cair. Kalau Dinas Kesehatan ada even, sering memesan jamu dalam kemasan botol ke saya, ” tuturnya.

Jamu dalam kemasan produk olahan Mugilah tahan sampai 3 hari. Di suhu ruangan tahan 2 hari. Namun jika disimpan dalam lemari es bisa tahan satu minggu. Ia juga membuat dalam bentuk serbuk yang tahan hingga 5 bulan. Sekali produksi bisa 25 – 30 kilogram. Apalagi setelah ada bantuan fasilitas pengaduk jamu, kerja jadi lebih efisien.

Dalam produk olahannya, dia membuat tanpa pengawet. Semua murni menggunakan bahan baku alami yang melimpah dari alam desa Sulang Kidul.

Yang tak kalah menarik, ide menjadikan Sulang Kidul sebagai kampung wisata dengan slogannya “Wisata Kampung Edukasi”. Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul sendiri menunjuk Sulang Kidul sebagai tempat wisata. Pengurusnya dari Sulang Kidul. Terdiri dari beberapa paket wisata sesuai budget. Pelaksanaanya sudah dimulai dengan menggandeng sekolah-sekolah, terutama sekolah TK dan SD.

Konsepnya seperti yang dituturkan Wahyudi, wisatawan yang datang akan ada penjemputan di gerbang dari arah selatan. Sesuai jenis paket yang diambil, wisatawan dibawa mengendarai kereta mini atau gerobag sapi berkeliling ke UMKM produk olahan makanan dan minuman tradisional yang ada di Sulang Kidul. Selain itu, wisatawan juga diajak ke pertanian dan peternakan.

Salah satu produk makanan olahan hasil UMKM Dukuh Sulang Kidul. Foto: Clementine Roesiani/beritabernas\.com

Di pertanian akan ada Wanita Kelompok Tani ( KWT), wisatawan bisa belajar penanaman dan perawatan tanaman. Di peternakan, wisatawan diperlihatkan cara memberi makan sapi, cara membuat pupuk padat dan cair. Terkait dengan paket itu, ada juga konsumsi dan ekstra hiburan.

“Jadi ini satu rangkaian. Produk yang diunggulkan ada 3, yakni produk UMKM, peternakan dan pertanian. Karena kami mengarah ke education green tourism, jadi edukasi wisata kembali ke alam.”

Wahyudi sadar, green tourism, atau pariwisata hijau, adalah konsep pariwisata yang bertujuan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan mendukung masyarakat lokal. Konsep ini tidak hanya menguntungkan bagi lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

Alam adalah guru moral yang paling arif, karena ia mengajarkan keseimbangan antara memberi dan menampung. Sementara di pedukuhan Sulang Kidul, masyarakatnya sudah lebih dulu memahami.

“Bulan November 2025 nanti akan ada wisatawan dari gabungan tani sekabupaten Bantul berjumlah 220 orang yang akan berkunjung di desa ini, “ujarnya menutup pertemuan ini. (Clementine Roesiani)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *