Hanya dalam Waktu Seminggu, PJJ Challenge UII Berhasil Jangkau 985 Peserta dari 33 Provinsi

beritabernas.com – Hanya dalam waktu satu minggu (24 November -1 Desember 2025), PJJ Challenge yang diselenggarakan Program Studi Informatika PJJ UII berhasil menjangkau 985 peserta dari 33 provinsi, dari Banda Aceh hingga Ambon, tanpa satu pun peserta harus meninggalkan rumah.

Lomba yang digelar Kamis 4 Desember 2025 secara live Instagram ini menghadirkan tiga kategori dengan karakteristik berbeda yakni Brain Challenge Week yang diikuti 292 peserta. Lomba ini menguji pemahaman keinformatikaan melalui serangkaian pertanyaan logika dan konsep.

Baca juga:

Kemudian, Lomba Esai diikuti 467 peserta dan Lomba Poster dengan 226 peserta yang mengusung tema Produktif dengan Dukungan AI. “Lomba ini menantang peserta mengembangkan karya orisinal tentang pengalaman belajar, solusi digital atau pesan inspiratif dengan total hadiah Rp 15 juta diperebutkan peserta dari 50+ universitas termasuk UI, UGM, ITB, UNDIP dan UNPAD,” kata Dr Nur Wijayaning Rahayu S.Kom MCs, Ketua Program Studi Informatika Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), Program Sarjana FTI UII, Jumat 5 Desember 2025.

Menurut Dr Nur Wijayaning Rahayu, untuk menjamin kualitas penilaian, panitia menghadirkan juri dengan beragam keahlian, termasuk tiga juri eksternal yakni Farida Z Pane (penulis 6 novel, pemenang 23 lomba blog), dr Avie Andriyani (penulis 35 buku), Iwan JP (penulis profesional) dan Vbi_djenggotten (desainer interior, penulis 22 komik), yang diperkuat oleh dosen dan peneliti dari PJJ Informatika UII.

“Kredibilitas tersebut berbanding lurus dengan jangkauan geografis yang dicapai. Platform digital terbukti menghapus batas wilayah: 20-25% peserta berasal dari luar Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, bahkan wilayah timur seperti NTT dan Maluku,” kata Dr Nur Wijayaning Rahayu.

Pengumuman hasil lomba yang dipandu Mahasiswa Prodi Informatika PJJ UII memandu acara secara live Instagram. Foto: Jeri Irgo

Namun yang paling mencuri perhatian bukan sekadar jangkauan geografis, melainkan keberagaman latar belakang peserta. Data menunjukkan 84,2% adalah mahasiswa dan pelajar, sementara sisanya adalah profesi yang jarang terdengar dalam kompetisi teknologi yakni buruh, petani, ibu rumah tangga hingga digital nomad ikut berkompetisi. “Bahkan 43 guru turun arena bersama siswa-siswa mereka, membuktikan semangat lifelong learning yang melampaui hierarki tradisional pendidikan,” kata Dr Nur Wijayaning Rahayu.

Pencapaian ini sejalan dengan misi PJJ Informatika UII yang dirancang untuk memberikan akses pendidikan berkualitas bagi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi pembelajaran daring terkini, program ini menekankan fleksibilitas, interaktivitas, serta capaian kompetensi yang relevan dengan kebutuhan industri-nilai-nilai yang tercermin dalam antusiasme peserta lomba.

Dari ratusan karya yang dinilai berdasarkan kreativitas, komunikasi visual, relevansi pesan, dan orisinalitas, juri memilih karya-karya terbaik. Untuk kategori esai, Ubaidillah Al-Achrory keluar sebagai juara pertama dengan “Entitas AI Sebagai Rival dan Partner Diskusi”, diikuti David Veda Septiawan (“Algoritma Penjaga Peradaban: AI sebagai Akselerator Pelestarian Data Kebudayaan”) di posisi kedua dan Pablo Dwipa Ananta Siregar (“Produktif yang Tepat Menggunakan AI”) di posisi ketiga.

Mahasiswa Prodi Informatika PJJ UII memandu acara secara live Instagram. Foto: Jeri Irgo

Sementara kategori poster dimenangkan oleh M. Eugine Rahmadani, dengan Tenri Abeng dan Annisa Dwi Fajriyah di posisi runner-up. Karya juara pertama poster dinilai memiliki ide visual yang segar dan pesan yang mudah dipahami, mengangkat semangat belajar mandiri dengan keunggulan pada estetika dan kejelasan pesan.

“Kami tidak menyangka respons akan sebesar ini-985 peserta dalam satu minggu dari 33 provinsi. Ini membuktikan bahwa ketika akses dibuka, Indonesia punya keingintahuan yang luar biasa terhadap teknologi. Yang paling membanggakan adalah keberagaman peserta, mulai dari murid SMP hingga profesional. Ini bukan pencapaian kami, tapi bukti bahwa semangat belajar Indonesia tidak mengenal batas,” kata Dr Nur Wijayaning Rahayu bangga. (phj)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *