Kesehatan Jiwa, Persoalan Serius di Indonesia

beritabernas.com – Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia mengadakan Konferensi Ilmiah Tahunan Kesehatan Jiwa Indonesia Tahun 2024 bertajuk Saatnya Bicara Kesehatan Jiwa di Auditorium Mochtar Riady Fisip UI, Depok, Jawa Barat, Selasa 9 Juli 2024. 

BACA JUGA:

Mengapa masalah kesehatan mental penting dibahas dalam konferensi ini, Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa memandang masalah ini masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Masalah mental health atau kesehatan jiwa dapat berujung meningkatkan kasus bunuh diri.

Berdasarkan data yang dihimpun Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa, kasus kematian akibat bunuh diri diperkirakan mencapai 703.000 pada 2019. Di Indonesia, 60 persen dari mereka yang bunuh diri tidak mencari bantuan profesional sebelumnya.

Dekan Fisip UI Prof Dr Semiarto Aji Purwanto di tengah konferensi ilmiah kesehatan jiwa 2024. Foto: Dok panitia

Sejumlah ahli membahas masalah ini dari sudut pandang kesehatan mental dan budaya. Mereka adalah Dekan Fakultas Psikologi UI Prof Bagus Takwin, Ketua Prodi Kedokteran Kerja FK UI Prof Dewi Soemarko, Pakar Sosiologi Kesehatan UI Dr Lidya Triana, Pengajar Psikiatri FK USU Dr Nazli Mahindasari dan Dosen sekaligus Ketua BKK Manajemen Fisip UI. Selain itu, Mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan Ketua Kauskus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa Prof Dr dr Nila F Moeloek SPM(K) sertabudayawan dan pekerja seni Garin Nugroho. 

Prof Dr Nila Moeloek mengatakan, masalah kesehatan mental tak luput adanya stigma negatif yang melekat pada penderita, misalnya dianggap kurang beribadah, berbahaya dan tidak bisa sembuh. Stigma negatif itu menjadi penghalang utama bagi penderita dalam mencari bantuan. Karena itu, Nila mengajak masyarakat untuk menghapus stigma negatif tersebut.

Mantan Menkes Prof Dr Nila F Moeloek membuka konferensi. Foto: Dok panitia

“Kesehatan jiwa adalah fondasi dari kualitas hidup bangsa. Kita harus berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental dan menghapus stigma yang masih ada di masyarakat,” kata Nila. 

Selain itu, lingkungan yang ramah juga penting untuk mendukung kesehatan jiwa, di antaranya akses ke alam terbuka, desain arsitektur yang mendukung, transportasi yang mudah dijangkau, lingkungan kerja yang mendukung, komunitas inklusif dan akses layanan kesehatan jiwa serta keamanan lingkungan.

Garin Nugroho yang melihat dari sudut pandang pekerja seni menegaskan, tagline “Indonesia maju” tidak akan terwujud tanpa peta perspektif kesehatan jiwa yang baik. “Kita perlu mengelola pendidikan warga negara dengan perspektif kesehatan jiwa yang tangguh, kritis, dan produktif,” tegas Garin Nugroho.  (Anton Sumarjana, Jakarta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *