Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta: Pemimpin Harus Kedepankan Kepentingan Bangsa

beritabernas.com – Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta Eko Suwanto mengatakan bahwa setiap pemimpin harus mengedepankan kepentingan bangsa, bukan kepentingan keluarga apalagi pribadi. Hal ini sesuai dengan amanat Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945.

Eko Suwanto mengaku bangga karena Jogja pernah menjadi Ibukota RI, simbol dan lambang perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme, kapitalisme dan imperialisme. Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan buah perjuangan seluruh elemen bangsa terbebas dari kolonial penjajah. Untuk itu, setiap pemimpin harus terus menggelorakan semangat kebangsaan guna mengisi cita-cita Indonesia merdeka.

“Pada momen perayaan HUT ke-79 Kemerdekaan, mari terus berjuang bersama mengisi kemerdekaan dengan mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan. Pemimpin yang mementingkan keluarga adalah bentuk pengkhianatan cita-cita pendiri bangsa,” tegas Eko Suwanto.

Eko Suwanto saat mengunjungi Museum Perumusan Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 & Tugu Proklamasi beberapa saat lalu. Foto: Dok pribadi

Menandai peringatan HUT ke-79 Kemerdekaan RI, masyarakat luas dengan gegap gempita merayakan kemerdekaan dengan beragam kegiatan di lingkungan masing-masing.  Aneka lomba juga digelar dengan puncaknya dilakukan upacara bendera dengan penuh khidmat, termasuk diselenggarakan tirakatan untuk menghikmati dan mendoakan pahlawan bangsa.

“PDI Perjuangan mengajak seluruh elemen bangsa untuk terus menggelorakan Pancasila, UUD 1945 dalam penyelenggaraan pemerintahan dan membawa kebijakan pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat,” kata Eko Suwanto, Ketua Komisi A DPRD DIY dari Fraksi PDI Perjuangan.

Eko Suwanto mengingatkan pentingnya mengisi kemerdekaan Indonesia dengan meneladani laku para tokoh bangsa. “Teladan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, KGPAA Pakualam VIII dan rakyat Jogja yang menerima dan mendukung Ibu Kota Negara dipindahkan ke Jogja saat Jakarta chaos,” kata Eko Suwanto.

BACA JUGA:

Dalammemperingati kemerdekaan tentu saja jangan melupakan sejarah. Jogja sebagai Ibukota Negara saat Jakarta chaos adalah wajah patriotisme, wajah nasionalisme. “Kita bangga berpindahnya ibukota ke Yogyakarta tahun 1946 penting menjadi memori sejarah bersama bagaimana sikap mendahulukan kepentingan bangsa dan negara lebih utama. Jogja Ibukota NKRI tahun 1945 adalah simbol dan lambang perlawanan atas praktek neo kolonialisme, kapitalisme dan imperialisme. Lambang perlawanan pada penjajah tanpa rasa takut,” kata Eko Suwanto, politisi muda PDI Perjuangan.

Dikatakan, setelah Presiden Soekarno menggelar rapat terbatas pada 1 Januari 1946 di kediamannya di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, keputusan rapat tersebut disepakati untuk mengendalikan jalannya pemerintahan di luar Jakarta. 

Sejarah mencatat bagaimana Sultan Hamengkubuwono IX menawarkan Yogyakarta sebagai ibu kota RI sementara, setelah sikap Belanda yang berupaya menjajah Indonesia. Kemudian, pPada 3 Januari 1946, Presiden Soekarno dan Hatta serta para pemimpin lainnya berangkat ke Yogyakarta dengan menggunakan kereta api. Masuknya rombongan ke gerbong kereta juga dilakukan secara diam-diam. Orang-orang NICA menyangka gerbong itu kosong. 

Eko Suwanto di depan Museum Perumusan Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 & Tugu Proklamasi beberapa saat lalu. Foto: Dok pribadi

Mereka sampai di Yogyakarta pada 4 Januari 1946. Kedatangan mereka disambut oleh Sultan HB IX, Paku Alam VIII dan Jenderal Soedirman di Stasiun Tugu. Selama di Yogyakarta, Soekarno menempati Gedung Agung sebagai rumah dinas. Sedangkan Hatta menempati gedung di Jalan Reksobayan 4 Yogyakarta yang sekarang menjadi Makorem 072 Pamungkas Yogyakarta.  

Soekarno kemudian berpidato di RRI Yogyakarta untuk mengumumkan ke seluruh dunia bahwa pemerintah RI sejak saat itu dipindahkan ke Yogyakarta. Sementara itu kendali keamanan di Jakarta diserahkan kepada Letnan Kolonel Daan Jahja yang juga Gubernur Militer Kota Jakarta. Sejak saat itu, ibu kota RI untuk sementara berada di Yogyakarta hingga 27 Desember 1949.

“Selama di Yogyakarta pada awal tahun 1946, Bung Karno dan Hatta pernah tinggal di Puro Pakualaman memimpin Indonesia dari Yogyakarta. Sudah sewajarnya kita belajar sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dari Jogja kita terus berjuang menjaga api perjuangan, mengobarkan semangat proklamasi 17 Agustus 1945. Semangat melawan penjajah dan melawan pihak yang mengalahkan kepentingan bangsa dan negara demi kepentingan keluarga dan pribadinya,” kata Eko Suwanto. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *