KWI Mengapresiasi Banser yang Selalu Ikut Mengamankan Perayaan Natal dan Tahun Baru

beritabernas.com – Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengapresiasi tradisi yang dilakukan Banser untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga keamanan pada perayaan Natal dan Tahun Baru, termasuk tahun ini.

Meski sempat mengorbankan jiwa salah satu anggota Banser, namun tidak menyurutkan semangat Banser untuk tetap berpartisipasi dalam menjaga keamanan perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025. Hal ini sangat diapresiasi oleh KWI melalui Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK).

Romo Agustinus Heri Wibowo, Sekretaris Eksekutif Komisi HAK KWI, menyampaikan terima kasih kepada pengurus/anggota Banser Ansor, yang tak pernah lelah merajut persaudaraan kebangsaan, merawat toleransi dan kerja sama dalam keberagaman.

Seperti diketahui, membantu aparat keamanan dalam menjaga gereja saat umat Kristiani menjalankan ibadah Natal sudah menjadi tradisi bagi Barisan Ansor Serbaguna atau Banser. Setiap daerah mereka bergerak untuk memastikan perayaan hari besar umat Kristiani tersebut berlangsung lancar dan damai.

Ketika menerima kunjungan silaturahmi Organisasi Pemuda Lintas Iman di Jakarta, Jumat 3 Januari 2025, Romo Heri mengatakan bahwa Banser tidak hanya hadir dalam membantu keamanan supaya umat Kristiani dapat beribadah dalam merayakan Natal, namun mereka senantiasa bekerja sama dengan organisasi pemuda lain untuk kemanusiaan, keadilan perdamaian dan keutuhan ciptaan.

Romo Agustinus Heri Wibowo. Foto: Dok KWI

Hal ini merupakan sebuah komitmen jelas sebagai tindak lanjur dari deklarasi Jakarta-Vatikan, yang penandatangannya di Vatikan disaksikan Paus Fransiskus. Kekuatan ikatan organisasi kepemudaan lintas agama ini sangat nampak dengan kunjungan silaturahmi menjelang Natal pada Desember 2024.

“Semoga kerja sama antar organisasi pemuda berbasis agama semakin maju dan berkembang, dan bermanfaat untuk kita semua,” harap Rm Heri.

Pada 20 Desember 2024, rombongan pimpinan Organisasi Pemuda Lintas Iman mengadakan kunjungan silaturahmi menjelang Natal. Acara itu diadakan di Gereja Kristen Jawa, Minomartani, Sleman, DIY.

Mereka adalah Ketua Umum GP Ansor Addin Jauharudin, Ketua Umum Pemuda Katolik (PK) Stefanus Asat Gusma, Ketua Umum Pemuda Kristen (GAMKI) Sahat MP Sinurat, Ketua Umum Pemuda Hindu (PERADAH) I Gede Ariawan, Ketua Umum Pemuda Konghucu (GEMAKU) Kristan dan Wakil Ketua Umum Pemuda Budha (GEMABUDHI) Wiryawan serta Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah Agung Wijayanto. Ikut mendampingi rombongan adalah Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI AM Putut Prabantoro dan Muhammad Fauzi Purnama serta Azika Jehanda Putra (Mitra Ansor).

Mati syahid

Pada 24 Desember 2000, Riyanto,h anggota Banser mati syahid akibat ledakan bom saat berjaga pada malam Natal di Gereja Jemaat Pantekosta Indonesia atau GSJPDI Eben Haezer Mojokerto, Jawa Timur. Kisah Riyanto yang terjadi 24 tahun silam itu kembali dikenang pada acara Riyanto Award sebagai rangkaian peringatan haul Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di Kantor GP Ansor, Senin 23 Desember 2024.

BACA JUGA:

Kisah patriotisme yang dialami anggota Banser Kota Mojokerto tersebut terjadi pada 2000, saat penjagaan di gereja menjadi dianggap sangat penting menyusul sejumlah teror yang terjadi. Pada 1 Agustus, bom meledak di Kantor Kedutaan Filipina di Jakarta dan pada 13 September bom meledak di lantai parkir Bursa Efek Jakarta. Riyanto saat itu juga izin untuk tidak pulang pada malam harinya. Ia ingin beriktikaf di masjid selepas menjaga gereja.

Saat menjaga Gereja Eben Haezer bersama tiga rekannya, sekitar pukul 20.30 WIB, Riyanto mendapat laporan adanya benda mencurigakan di depan gereja dari jemaat. Bentuknya bungkusan tas plastik dan tas berisi kado di bawah telepon umum depan gereja. Riyanto kemudian berinisiatif mengambil dan menyerahkan ke polisi yang berjaga. Setelah dicek ternyata bungkusan plastik itu berisi bom.

Petugas yang berjaga kemudian meminta semua menjauh dan tiarap. Namun Riyanto justru membawa lari benda itu, menjauhkan dari gereja. Saat berusaha mengamankan itulah, bom meledak. Tubuhnya terpelanting sejauh 30 meter. Tak lama kemudian bom kedua juga meledak.

Tidak ada jemaat yang menjadi korban jiwa. Namun, Riyanto wafat. Tepat saat nuraninya terketuk untuk menyelamatkan kehidupan manusia. Nama Riyanto kemudian diabadikan sebagai nama jalan. Sosoknya juga menginspirasi kisah Soleh di film “?” (Tanda Tanya) karya Hanungbramantyo. (*/lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *