beritabernas.com – Kelompok Wanita Tani (KWT) “Aglonema” Desa Rabak, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga berharap adanya bantuan instalasi hidroponik dari Bupati Purbalingga. Hal ini untuk mendukung budidaya tanaman hidroponik di atas lahan seluas 1400 meter persegi di desa tersebut.
Selama ini, KWT yang memiliki 32 anggota, yang sebagian besar ibu-ibu rumah tangga itu, sudah berkiprah dalam ketahanan pangan dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang ditanami aneka tanaman dan sayuran.
Dalam lomba KWT tingkat Kabupaten Purbalingga tahun 2023 lalu, KWT “Aglonema” yang mewakili Kecamatan Kalimanah berhasil keluar sebagai juara pertama.
“Atas prestasi itu, semakin memacu kami untuk berkiprah mengembangkan KWT Aglonema. Kami punya cita-cita, selain bertanam aneka sayuran dan buah pepaya kalifornia, juga ingin budidaya tanaman hidroponik yang prospeknya bagus. Namun karena terkendala dana, sehingga belum terwujud. Untuk itu, kami mohon kepada Bupati Purbalinga atau Bu Tiwi, agar bisa mewujudkan keinginan kami ini,” harap Ketua KWT Aglonema Wiwit Nurfaizah.
Harapan Wiwit yang diiyakan seluruh anggotaanya itu, terungkap dalam sarasehan Praktikum Mahasiswa Magister Penyuluhan Pertanian (MPP) Tahun Akademik (TA) 2023 dan Magister Ilmu Komunikasi (MIK) TA 2023 serta Magister Agribisnis TA 2023 Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di Balai Desa Rabak, Kecamatan Kalimanah, Purbalingga, Sabtu 22 Juni 2024.
Dalam sarasehan itu, hadir pakar pemberdayaan masyarakat yang juga Dosen Pascasarjana dan MIK Unsoed Prof Dr Adhi Iman Sulaiman SIP, MSi, Koordinator Program Studi MPP Unsoed Dr Lilik Kartika Sari SPi MSi, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Rabak Tutut Dwi Purwani SP, perwakilan dari Dinas Pertanian Purbalingga Naniek Istiqhomah SP MP, perangkat desa dan para mahasiswa S2 sebagai peserta praktikum.
Usai sarasehan, dilanjutkan kunjungan ke lahan KWT. Aneka tanaman sayuran dan pepaya kalifornia, tampak tumbuh subur dan terawat baik. Namun untuk tanaman cengis mengalami kegagalan, karena serangan hama, sehingga membutuhkan penanganan dengan segera.
KWT Aglonema berdiri 20 Januari 2020 saat Pandemi Covid-19 melanda. Dirintis Wahyu Utami, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Rabak saat itu, mengajari ibu-ibu untuk bertani memanfaatkan lahan pekarangan dengan aneka tanaman sayuran.
Gayung bersambut, pihak Desa Rabak menyediakan lahan seluas 1.400 meter persegi di pinggir jalan raya untuk dimanfaatkan para ibu rumah tangga, dengan tanaman kacang panjang, kangkung, cesim, bayam, cabe rawit, timun, kacang tanah, terong, labu dan kini ada pepaya kalifornia.
Kebutuhan sendiri
Hasil dari panenan itu, menurut Wiwit Nurfaizah, selama ini masih untuk memenuhi kebutuhan sendiri. “Kami tanam sendiri, kami rawat sendiri dan hasil panennya dibeli oleh anggota KWT sendiri. Sebagian memang ada yang dijual, namun terutama untuk memenuhi kebutuhan anggota sendiri. Harga jualnya pun murah. Kangkung misalnya, per ikat Rp 3.000. Namun ada anggota yang justru membeli dengan harga Rp 5.000 dan sisa kembaliannnya dimasukkan ke kas,” ujar Wiwit Nurfaizah.
Menurut Wiwit Nurfaizah, setiap hari Minggu pagi, anggota KWT berada di kebun untuk kerja bakti merawat kebun. “Ada juga piket harian, agar kebun tetap terawat,” ujarnya.
Banyak hal positif yang diperoleh dari adanya KWT Aglonema, di antarnya ada kesibukan bagi ibu-ibu rumah tangga, meningkatkan perekonomian warga, tubuh jadi bugar karena kegiatan berkebun, dan terjalin kekompakan karena sering ketemu dan berdiskusi antar sesama anggota KWT.
BACA JUGA:
- Pembangunan Ekonomi Berbasis Masyarakat bisa Diaplikasikan Secara Nasional
- Umat Katolik Gereja Babadan Panen Perdana Eco Enzyme dan Praktek Membuat Sabun Organik
Perintis KWT Aglonema Wahyu Utami menambahkan, saat ini pihaknya sedang merintis rumah makan ramah lingkungan. Maksudnya, warga yang datang bisa memetik sendiri sayuran di lahan KWT, dan memasak sendiri atau dimasakkan untuk dimakan di warung makan di area lahan KWT yang berada di tepi sawah dengan udara segar.
“Saat ini baru tahap pondasi. Perlahan namun pasti, semoga segera terwujud,” harap Wahyu Utami yang juga mahasiswa MPP Unsoed angkatan 2022. .
Selain itu, saat ini sudah ada beberapa sekolah yang melakukan outing class di areal lahan KWT. Di sini, anak-anak TK/SD diajari bagaimana menanam sayuran, memetik dan mengolahnya menjadi sayuran bergizi. Untuk itu, Wahyu Utami bersama rekan-rekannya kini sedang merintis eduagrowisata di lahan milik KWT.
Pakar pemberdayaan masyarakat Unsoed Adhi Iman Sulaiman mengemukakan, kegiatan produktif KWT Aglonema perlu mendapat pemberdayaan dan pendampingan baik dari Dinas Pertanian maupun perguruan tinggi secara berkesinambungan.
”Upaya pendampingian itu sangat perlu, terutama dalam menumbuhkan motivasi dan inspirasi bagi generasi mudanya untuk ikut berpartisipasi dengan teknik budidaya Smart Farming,” ujar Adhi Iman.
Smart farming dimaksud, salah satunya budidaya hidroponik yang dapat dibuat dengan memanfaatan lahan pekarangan atau di kebun. Selain itu, perlun diwujudkan pembangunan Green House sebagai aspirasi kebutuhan KWT yang dilengkapi peningkatan kualitas produk pascapanen, labeling dan packaging yang lebih menarik dengan mencantumkan masa kadaluarsa, dan label halal.
”Unsoed siap membantu dalam upaya tersebut, karena ketahanan pangan lokal merupakan kekuatan sosial ekonomi masyarakat secara nyata untuk memenuhi kebutuhan harian serta sambilan guna menambah penghasilan keluarga dan KWT,” ujar Adhi Iman Sulaiman.
Sementara itu Dr Lilik Kartika mengapresiasi kiprah ibu-ibu anggota KWT Aglonema Desa Rabak. “Untuk mendukung ketahanan pangan, saya mengapresiasi kiprah KWT Aglonema. Ke depannya, harus ada inovasi-inovasi baru, baik dari sisi teknis bertanam maupun manajemennnya, agar KWT ini bisa berkembang, sehingga kesejahteraan anggotanya semakin meningkat,” ujar Lilik Kartika Sari. (prasetiyo)
There is no ads to display, Please add some