beritabernas.com – Ketua ISEI Cabang Yogyakarta Didi Achjari mengatakan, libur Idul Fitri atau Lebaran selalu dikaitkan dengan arus orang dan uang dari ibu kota dan kota-kota besar ke daerah. Mobilitas temporer tersebut membawa sisi negatif dan positif.
Dari sisi negatif, libur Idul Fitri membuat kemacetan dari ibu kota dan kota-kota besar berpindah ke daerah. Jalan-jalan di kota dan kabupaten di DIY, misalnya, dipenuhi kendaraan berplat nomor luar kota. Masyarakat setempat harus mengalah untuk tidak keluar rumah kalau tidak ada urusan penting.
Sementara sisi positif dari mudik libur Idul Fitri adalah perputaran uang di daerah, termasuk di DIY, meningkat tajam. Hal ini terjadi karena pemudik membelanjakan uang untuk naik andong dan becak, menyewa kendaraan, megninap di hotel, wisata kuliner dan membeli oleh-oleh dan cinderamata untuk dibawa pulang ke kota asal.
“Perputaran uang yang besar di saat libur Idul Fitri atau Lebaran di daerah ini diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang lebih merata. Para pelaku usaha lokal dan UMKM diharapkan ikut menikmati pertumbuhan ekonomi, tidak hanya menjadi penonton kemeriahan dan kemacetan jalan,” kata Didi Achjari dalam acara Ngobrol Ramadhan (Ngobran) edisi #04 di Roemi Kotabaru, Yogyakarta,Minggu 7 April 2024.
Acara Ngobran yang diadakan oleh ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) Cabang Yogyakarta bekerjasama dengan GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) DIY, PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) DIY dan YSS Production ini dilanjutkan buka puasa bersama (bukber) yang dihadiri oleh 25 perwakilan pengurus dan anggota ISEI Cabang Yogyakarta.
Dalam Ngobran dengan topik Sambut Ekonomi Lebaran di DIY ini, Ahmad Ma’ruf (Dosen FEB UMY), mengatakan, dalam konteks DIY dan daerah lain pada umumnya, lebaran menjadi momentum untuk profit taking bagi pelaku ekonomi lokal.
Menurut Ahmad Ma’ruf, hampir semua sektor mendapat peluang pasar sehingga berpotensi mendapat manfaat ekonomi dari rangkaian libur lebaran sejak Ramadhan hingga arus balik. Meski menstimulus inflasi, namun secara umum konsumsi yang meningkat tajam sepanjang Ramadhan dan libur Lebaran menjadikan nilai plus bagi ekonomi lokal.
“Sektor paling diuntungkan antara lain perdagangan, jasa transportasi, makanan dan minuman, jasa akomodasi dan industri pariwisata. Sisi lain, sektor yang menurun dalam jangka pendek adalah jasa pendidikan,” kata Ahmad Ma’ruf.
Ma’ruf mengatakan, tradisi mudik lebaran juga mendinamisir ekonomi perdesaan. Selain berkontribusi pada aspek indeks kebahagiaan juga ada penambahan uang beredar, termasuk remiten dari pekerja migran, termasuk terdistribusinya dana zakat. Meski bersifat musiman, hal ini akan meningkatkan daya beli konsumsi warga sehingga secara langsung akan menurunkan kemiskinan.
Sedangkan Arif Effendi dari PHRI DIY mengatakan, karena Jogja istimewa, maka sebaiknya wisatawan yang akan berkunjung di waktu lebaran sudah pesan kamar hotel atau penginapan jauh hari sebelumnya. Sebab, bila mendadak dikhawatirkan tidak mendapatkan kamar, baik kamar hotel berbintang, non bintang dan homestay.
“Kami berharap para pemudik dan wisatawan yang datang ke DIY jangan sampai tidur di jalan seperti kejadian beberapa tahun yang lalu,” kata Arif seraya menambahkan bahwa seluruh anggota PHRI DIYakan memberikan layanan yang terbaik bagi tamu datang. Ia berharap, okupansi kamar hotel secara umum rata-rata di atas 80 persen pada saat libur lebaran.
Sementara Wawan Harmawan dari Kadin DIY mengatakan, sejak awal Ramadhan tamu warung makan dan restoran sudah meningkat, khususnya pada saat acara buka bersama (bukber). Pada saat dan sesudah Lebaran, aktvitas warung makan/restoran meningkat hampir sepanjang hari (makan pagi, siang dan malam).
Dikatakan, sepanjang bulan Syawal, pihaknya biasanya juga dapat pesanan untuk kegiatan halal bi halal (Syawalan). Ramadhan, Lebaran & Syawal merupakan momentum rezeki bagi pengusaha kuliner. “Tantangan bagi kami adalah tetap memberikan pelayanan yang optimal bagi pelanggan, baik dari menu, harga dan fasilitas lain,” kata Wawan Harmawan yang juga Penasehat ISEI Cabang Yogyakarta.
Sedangkan Anggito Abimanyu (Pengurus Pusat ISEI) berharap tidak ada warga DIY yang kelaparan, kekurangan bahan pangan dan sandang serta semuanya bahagia. Dalam momentum lebaran, mereka yang memiliki kelebihan wajib memberikan zakat fitrah dan yang kekurangan mempeoleh zakat fitrah.
Menurut Anggito, zakat fitrah diutamakan dalam bentuk beras, yang saat ini mahal di pasaran, dan syukur lebih dari setara 2,5 kg atau 3,5 liter atau Rp 48 ribu per penduduk mampu. Di samping itu karena keutaamaan bulan puasa, diharapkan umat Islam dapat membayarkan zakat mal dan penghasilan di bulan ini.
“Saudara-saudara beragama lain juga turut memberikan bantuan bagi yang membutuhkan melalui salurannya masing-masing,” kata Anggito yang juga Dosen DEB UGM.
Y Sri Susilo,Dosen FBE UAJY, mengatakan, untuk menyambut bulan Ramadhan & Lebaran 2024, Kantor Perwakilan BI DIY telah menyiapkan jumlah uang kartal sebesar Rp 5,5 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari penarikan bank (outflow) dari BI sebesar Rp 4,5 triliun dan transaksi uang kartal antar bank sebesar Rp 1 triliun. Jumlah tersebut juga meningkat sebesar 5,8 persen (yoy) dibandingkan tahun lalu.
BACA JUGA:
- Ngobrol Ramadhan, ISEI Yogyakarta Bahas Pemimpin Berwawasan Enterpreneur
- Pengurus ISEI Cabang Yogyakarta dan Pengurus Daerah Kafegama DIY Dilantik
“Peningkatan jumlah uang beredar identik dengan peningkatan aktivitas ekonomi baik dari sisi produksi dan konsumsi di DIY”, jelas Susilo.
Menurut Susilo, selama Lebaran (sebelum dan sesudah) produsen barang dan jasa akan mengalami peningkatan penjualan karena belanja konsumen melonjak. Produsen dan penjual diharapkan tetap menjaga kualitas produk dan layanan, di sisi lain konsumen harus tetap bijak dalam berbelanja.
Pariwisata melonjak
Di wilayah DIY, kegiatan pariwisata akan melonjak meskipun aktivitas pendidikan tinggi akan menurun (libur Lebaran & mahasiswa mudik). Secara keseluruhan kenaikan akvitas pariwisata dan turunannya masih lebih besar dari penurunan aktivitas pendidikan tinggi.
Dampak negatif dari ekonomi Lebaran sangat di mungkin terjadi inflasi. “Dapat diperkirakan inflasi bulan April 2024 pasti lebih tinggi dari inflasi Maret 2024,” kata Susilo.
Y Susilo yang juga Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta mengatakan, acara Ngobran diadakan setiap minggu selama bulan Ramadhan dengan topik, narasumber dan tempat yang berbeda. Acara Ngobran selama ini berkolborasi dengan pemangku kepentingan yaitu Kantor Perwakilan BI DIY, OJK DIY, DiskopUKM DIY, Bappeda DIY, KADIN DIY, Bank BPD DIY, GIPI DIY, PHRI DIY dan YSS Production selaku EO (Event Organizer).
“Setelah acara Ngobran dilanjutkan dengan buka puasa bersama dan pembagian cindera mata,” kata Susilo dalam rilisnya kepada media.
Dalam Ngobran kali ini menghadirkan narasumber Didi Achjari (Ketua ISEI Cabang Yogyakarta), Bobby Ardiyanto SA (Ketua GIPI DIY/Pelaku Industri Pariwisata DIY), Arif Effendi (Pengurus PHRI DIY/Pengusaha Hotel), Wawan Harmawan (Wakil ketua KADIN DIY/Pengusaha Kuliner), Anggito Abimanyu (Pengurus Pusat ISEI/Dosen DEB UGM), Ahmad Ma’ruf (Dosen FEB UMY) dan Y Sri Susilo (Dosen FBE UAJY/Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta. Selaku moderator Ronny Sugiantoro (Humas ISEI Cabang Yogyakarta). (lip)
There is no ads to display, Please add some