beritabernas.com – Masalah kesehatan calon jamaah haji menjadi perhatian serius Perdokhi (Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia). Sebab, hampir setiap musim ibadah haji selalu ada calon jamaah haji yang sakit bahkan meninggal dunia, baik sebelum berangkat atau masih di Indonesia maupun setelah berada di Tanah Suci Mekkah.
Menurut catatan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) DIY calon jamaah haji yang meninggal dunia baik sebelum berangkat maupun setelah berada di Mekkah cukup tinggi dalam setiap musim haji. Hal ini disebabkan dua hal yakni faktor usia dan dehidrasi akibat cuaca panas dan berjubelnya jumlah jamaah haji.
“Kalau kita membaca data tahun 2024, jamaah haji yang meninggal di Indonesia sebanyak 461 orang, sementara yang meninggal dunia di Mekkah sebanyak 353 orang. Hal ini disebabkan karena usia karena yang meninggal dunia rata-rata berusia di atas 70 tahun dan karena faktor cuaca panas,” kata Ketua IDI DIY dr Joko Murdiyanto pada seminar nasional dan workshop dengan tema Perspektif dan Penguatan Kolaboratif dalam Kesehatan Haji di Gedung Sardjito Kampus Terpadu UII, Sabtu 21 September 2024.
Sementara menurut Wakil Rektor bidang Pengembangan Akademik dan Riset Prof Dr Jaka Nugraha, S.Si MSi pada tahu 2023 jumlah jamaah haji yang meninggal dunia mencapai sekitar 1.000 orang.
Joko Murdiyanto pun sangat mendukung apa yang dilakukan Perdokhi bersama FK UII dengan mengadakan seminar dan workshop nasional untuk mengkaji hal-hal yang terkait kesehatan calon jamaah haji untuk menekan angka kematian calon jamaah haji.
Sementara Dr dr Syarif Hasan Lutfhfi SpKFR MARS, Ketua Umum Pengurus Pusat Perdokhi, mengatakan, masalah kesehatan calon jamaah haji menjadi perhatian serius Perdokhi dengan melakukan kajian-kajian dan menyusun naskah akademis serta membuat 4 modul. Perdokhi juga berupaya untuk terus berinovasi meningkatkan pelayanan jamaah haji baik menyangkut regulasi maupun standar kesehatan jamaah haji.
Empat modul yang dibuat Perdokhi, menurut Syarif Hasan, meliputi kedokteran haji untuk mahasiswa kedokteran, klinik terpadu kesehatan haji dan umroh, tenaga kesehatan haji reguler dan tenaga kesehatan haji khusus. Modul-modul itu diharapkan bisa mengisi kontribusi dan menambah muatan yang sudah berjalan supaya lebih aplikatif dan kolaboratif.
“Modul kedokteran haji yang menjadi local genius dalam proses pembelajaran yang menjadi kecirian lulusan dokter di FK UII akan diperkuat dengan Perdokhi melalui MoU implementasi modul tersebut,” kata Syarif Hasan
Seminar yang digelar secara hibrid (online dan offline) bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran UII ini menghadirkan pembicara kunci Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof Dr Ali Ghufron Mukti dan anggota Badan Pelaksana BPKH Dr Indra Gunawan. Pada sesi panel ada 10 pembicara yang dihadirkan.
Menurut Syarif Hasan, seminar nasional dan workshop ini menjadi momentum bagi Perdokhi dalam menguatkan kolaboratif dan perspektif baru untuk meningkatkan pelayanan kesehatan haji, baik dari aspek regulasi, penyediaan fasilitas maupun kualitas tenaga medis.
- Mahasiswa Lintas Prodi UII Berhasil Membuat Produk Salep Luka Menggunakan Bahan Herbal
- Mahasiswa UII Berhasil Menciptakan Alat Pencegah Risiko Miopia dan Hypermetropia
- Kesehatan Jiwa, Persoalan Serius di Indonesia
“Perdokhi telah berupaya untuk terus berinovasi dan mendukung peningkatan standar kesehatan bagi jamaah haji, antara lain dengan menyusun naskah akademik dan menelurkan 4 modul,” kata Syarif Hasan seraya menambahkan bahwa seminar dan workshop nasional ini menjadi kesempatan bagi para dokter, spesialis dan dokter gigi untuk bersama-sama membuat kajian ilmu kedokteran haji.
Sementara dr Umatul Khoiriyah M.Med.Ed PhD, Ketua Jurusan Kedokteran FK UII yang menjadi salah satu pemateri sesi panel menjelaskan proses pendidikan modul kedokteran haji yang sudah diimplementasikan di tingkat pendidikan sarjana dan pendidikan klinik.
Menurut Umatul, modul kedokteran haji yang menjadi local genius dalam proses pembelajaran yang menjadi kecirian lulusan dokter di FK UII akan diperkuat dengan Perdokhi melalui MoU implementasi modul tersebut.
Visi Perdokhi sebagai perhimpunan dokter-dokter haji dalam melakukan proses pencegahan, pengobatan dan manajemen penyakit selama proses pelaksanaan ibadah haji bersambut tangan dengan modul kedokteran haji yang dimiliki oleh FK UII.
“Dengan kesamaan visi dalam fastabiqul khoirot, maka dengan MoU ini akan tercipta kerjasama, kolaborasi dan inovasi pelayanan kesehatan haji yang dapat digunakan untuk kemaslahatan jamaah haji,” kata Umatul.
Acara ini juga dirangkai workshop yang mengambil dua judul mengenai klinik haji dan sertifikasi dokter untuk haji khusus. Workshop bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan, khususnya dokter, dalam manajemen penyakit pada jamaah, karena sesuai dengan aturan yang berlaku bahwa setiap satu kloter jamaah harus ada dokter dan paramedis yang mendampingi proses keberangkatan hingga kepulangan.
Pada kesempatan itu juga dilakukan pelantikan anggota Perdokhi wilayah DIY dan Jateng, dengan Ketua Perdokhi Wilayah DIY Dr dr Probosuseno SpPD K-Ger MM dan Ketua Perdokhi Wilayah Jawa Tengah dr Udi Sihono SpB. (lip)
There is no ads to display, Please add some