beritabernas.com – Sebagai rangkaian kegiatan memperingati Milad ke-82 sekaligus peringatan Hari Bumi 2024, UII melakukan aksi hijau dengan menanam pohon di taman tengah kompleks kampus terpadu UII, Selasa 22 April 2025 sore.
Kegiatan bertajuk Aksi Hijau: Tanam Pohon untuk Bumi Lestari dengan menanam 3 pohon kepel setinggi sekitar 4 meter tersebut sebagai bentuk nyata komitmen UII terhadap pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Penanaman 3 pohon kepel tersebut dilakukan oleh Rektor UII, Sekretaris Yayasan Badan Wakaf UII dan Dekan FTSP UII.
Dekan FTSP UII Prof Ilya Fadjar Maharika selaku panitia Milad ke-82 UII mengatakan, dengan ditanamnya 3 pohon kepel kali ini maka total pohon kepel yang ada di kompleks kampus terpadu UII sudah berjumlah 45 poho. Ditargetkan tahun 2024 total 82 pohon kepelyang ada di UII sesuai dengan usia UII yang ke-82 tahun hijriyah.
Pemilihan pohon kepel untuk ditanam pada peringatan Hari Bumi dan Milad ke-82 UII, menurut Prof Ilya, karena pohon kepel memiliki nilai historis dan filosofis. Secara historis, pohon kepel merupakan pohon bersejarah yang menjadi ciri khas DIY karena buah pohon kepel dulu sangat disukai para putri raja. Pohon kepel kemudian ditetapkan sebagai pohon khas DIY.

Sementara secara filosofis, menurut Prof Ilya, pohon kepel yang tegak lurus dan buahnya memenuhi pohon sangat mudah dipetik oleh siapa pun. Hal ini menggambarkan bahwa UII tegak lurus dan bermanfaat bagi banyak orang atau siapa pun.
“Pohon kepel (Stelechocarpus burahol) merupakan tanaman langka asli Nusantara yang sarat akan makna filosofis, ekologis dan budaya. Kepel merupakan flora identitas DIY yang telah ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Kepala DIY Nomor 385/KPTS/1992,” kata Prof Ilya.
Pemilihan pohon kepel juga tidak hanya berdasarkan nilai konservasi, tetapi juga karena makna simbolik yang dikandungnya. Secara etimologis, kata “kepel” berkaitan dengan istilah Arab “kafala” yang bermakna mencukupi, merepresentasikan prinsip tanggung jawab dan keberkahan.
Dalam budaya Jawa, menurut Prof Ilya, kepel dikenal sebagai simbol kesucian, keanggunan dan harmoni, yang dahulu hanya ditanam di lingkungan keraton dan dikonsumsi oleh putri bangsawan sebagai bagian dari tradisi kecantikan dan spiritualitas.
BACA JUGA:–
- Anak-anak Lintas Iman SD Model Sleman Melakukan Penanaman Pohon
- Puncak Musim Dingin di Skotlandia, Mahasiswa Indonesia di Glasgow Melakukan Penanaman Pohon
- Dukung Program Penanaman 1.000 Pohon di Wonogiri, WKRI Sleman Sumbang Pohon Langka
Dalam perspektif nilai-nilai Islam, pohon kepel mencerminkan pentingnya kesucian lahir batin, kesabaran, kesederhanaan dan keseimbangan hidup antara manusia dan alam. “Buahnya yang harum, pohonnya yang tumbuh perlahan dan keberadaannya yang tidak mencolok menjadi pengingat tentang pentingnya hidup bersahaja namun bermakna. Selain manfaat ekologisnya seperti menyerap karbon dan meneduhkan lingkungan, kepel juga menjadi simbol rasa syukur atas karunia Allah dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi,” kata Prof Ilya.
Dikatakan, penanaman pohon kepel bukan hanya simbol kepedulian terhadap lingkungan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap kekayaan flora lokal Indonesia dan nilai-nilai spiritual yang menyertainya. Dengan demikian, kegiatan ini diharapkan menjadi pengingat bahwa menjaga bumi bukan hanya tugas satu hari, melainkan komitmen berkelanjutan dari seluruh elemen masyarakat.
“Dengan aksi sederhana seperti menanam pohon, UII terus menanam harapan untuk masa depan bumi yang lebih lestari dan berkelanjutan,” kata Ilya Fadjar Maharika.
Sementara Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD mengatakan, penanaman pohon ini menjadi salah satu wujud sinergi sivitas akademika UII dalam membangun kesadaran kolektif untuk menjaga kelestarian bumi.

Tanaman atau pohon yang ada di kompleks kampus terpadu UII, menurut Prof Fathul Wahid, sangat beragam atau terdiri dari berbagai jenis. Hal ini membuat banyak tamu asing merasa senang melihat lingkungan kampus UII yang asri, segar dan indah.
“Beberapa tamu luar negeri merasa bahagia berada di kampus terpadu UII. Mereka merasakan kampus UII indah, cantik dan hijau. Ini apresiasi dari tamu-tamu asing sehingga mereka merasa senang berada di kampus UII,” kata Rektor UII.
Beragamnya pohon yang ada, menurut Prof Fathul Wahid, menggambarkan ekosistem UII yang tidak hanya pohonnya tapi juga manusianya. Jadi di UII ada keragaman perspektif, variasi pandangan yang semuanya mendapatkan tempat sehingga UII bertumbuh cukup dinamis.
“Di banyak teori dan temuan riset, yang monokultur, yang pohonnya tunggal itu biasanya tidak bertahan lama, tidak banyak memberikan manfaatnya dibandingkan dengan yang multikultur. Itulah juga ekosistem UII, tidak hanya pohonnya tapi juga manusianya. Di UII ada keragaman perspektif, variasi pandangan dan semuanya mendapatkan tempat. Inilah yang membuat UII bertumbuh cukup dinamis karena kita merawat multikulturalisme,” kata Rektor UII. (lip)