Pater Robert Prevost OSA yang Terpilih jadi Paus Leo XIV Pernah Berkunjung ke Sorong Papua

beritabernas.com – Pater Robert Prevost OSA selaku Prior OSA (Ordo Santo Agustinus) yang terpilih menjadi Paus Leo XIV pada Kamis 8 Mei 2025, pernah berkunjung ke Kota Sorong, Papua Barat Daya tahun 2003.

Ketika itu, Pater Robert Prevost OSA yang kini jadi Paus Leo XIV hadir dalamrangka perayaan 50 tahun Ordo Santo Agustinus (OSA) berkarya di Tanah Papua. Ternyata 22 tahun setelah berkunjung ke Kota Sorong, Papua, Pater Robert Prevost OSA terpilih menjadi Paus dengan nama Paus Leo XIV.

BACA JUGA:

Paus Leo XIV lahir 14 September 1955 di Chicago, Illinois, Amerika Serikat, dengan nama Robert Francis Prevost. Ia merupakan Paus ke-267 Gereja Katolik dan kepala negara Vatikan yang terpilih pada hari kedua Konklaf pada 8 Mei 2025.

Dalam riuh dunia yang tak kunjung teduh, pada Kamis 8 Mei 2025, dari jantung kota Roma yang penuh doa dan harap, muncul seorang hamba Tuhan bernama Robert Francis Prevost ssebagai Paus Leo XIV.
Dunia menyaksikan, tapi lebih dari sekadar peristiwa sejarah, ini adalah isyarat langitbahwa dalam gelisah dunia, ada satu jiwa yang disiapkan untuk menjadi penyejuk.

Kardinal Robert Prevost OSA yang kini jadi Paus Leo XIV (kiri) berjabat tangan dengan Paus Fransiskus (alm). Foto: Istimewa

Ia lahir jauh di Chicago, 69 tahun silam. Tetapi seperti Abraham yang meninggalkan rumahnya, ia berkelana dalam misi: menjadi pelayan di Peru, menggembala di ladang Amerika Latin, lalu kembali ke pusat kesunyian Gereja di Vatikan. Bukankah ini jalan para arif: menjauhi pusat-pusat kuasa untuk menjemput cahaya dari pinggir dan membawanya kembali ke tengah?

Kini, ia memilih nama Leo-bukan kebetulan. Sebelumnya, Paus Leo XIII pernah bicara tentang keadilan bagi kaum papa, suara bagi yang dibungkam dan kebijaksanaan dalam menghadapi dunia modern. Maka, Leo XIV pun seperti ingin berkata: “Aku datang untuk menyambung cahaya itu.”

Saat pertama kali muncul di balkon Basilika Santo Petrus, ucapannya sederhana: “Semoga damai menyertai kalian.” Tapi dalam bahasa para sufi, ini bukan sapaan biasa. Ini adalah doa rohani: damai bukan sekadar tenang, tapi damai yang mengalir dari keutuhan batin, dari harmoni antara langit dan bumi dalam dada manusia.

Gereja Katolik mengajarkan bahwa pemimpin sejati bukan yang ditinggikan, tapi yang tenggelam dalam cinta dan pelayanan. Dan Leo XIV telah lama tenggelam: dalam debu misi di Peru, dalam sunyi tugas administrasi Vatikan dan kini dalam lautan tanggung jawab yang tanpa batas.

Pater Robert Prevost OSA yang kini jadi Paus Leo XIV foto bersama Suster/biarawati saat berkunjung ke Papua tahun 2023. Foto: Istimewa

Ia bukan sekadar orang Amerika pertama yang menjadi Paus, ia adalah cermin bahwa keberagaman adalah anugerah dan kesatuan bukanlah keseragaman. Ia tak banyak bicara tentang rencana tapi menghadirkan kehadiran. Dunia tak butuh jawaban keras tapi pelukan lembut.

Dalam Leo XIV, dunia Katolik dan barangkali dunia seluruhnya, mungkin sedang diberi seorang “SANTO” yang menuntun bukan hanya dengan hukum, tapi dengan kasih.Se moga damai yang ia doakan menjadi doa seluruh umat dan semoga kepemimpinannya menjadi jalan zikir dunia: menyebut nama-Nya dalam setiap langkah dan keputusan.

Seperti Imam Agung Sejati yang berjalan tanpa pamrih, semoga Paus Leo XIV menapaki takhta seperti seorang fakir yang datang hanya untuk memberi. (philpus jehamun, dari berbagai sumber)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *