Pencalonan Anies dan Politik Kuda Lumping


Oleh: Cinde Laras Yulianto

beritabernas.com – Publik politik dikagetkan dengan manuver politik Partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang mencalonkan “tokoh kanan” Anies Baswedan sebagai Calon Presiden di Pilpres 2024. Pencalonannya nampak terburu-buru bahkan jadwal pencapresannya dimajukan dari jadwal sebelumnya.

Disebut “tokoh kanan”, karena di Pilkada DKI 2019 Anies didukung oleh kekuatan politik yang menggunakan isu agama sebagai alat agitasi politik. Publik politik pantas kaget karena brand “Nasional Demokrat” itu sama artinya dengan Nasionalis Kerakyatan atau Nasionalis Kiri. Bagaimana mungkin partai “kiri” koq justru mencalonkan tokoh “kanan”?

Langkah hipokrit ini tentu dilakukan lewat pertimbangan dan perhitungan matang dengan pragmatisme politik sebagai landasan berpikirnya. Langkah yang nampaknya dirancang bersama Yusuf Kalla ini perlu dibaca kemana arahnya, karena biar bagaimana pun Surya Paloh (SP) dan Yusuf Kalla (JK) adalah mantan-mantan tokoh senior Partai Golkar.

Kalau kita coba setback menggunakan analisa historis, langkah SP ini bukan langkah yang original baru. Langkah ini pernah digunakan oleh Partai Gerindra di Pemilu 2019. Bagaimana mungkin parpol yang ketuanya tokoh militer yang terkenal pro Pancasila, pro nasionalisme dan pro persatuan nasional koq justru mengakomodasi kekuatan politik “kanan” yang memainkan isu politisasi agama.

Prabowo Subianto (PS) tentu sadar bahwa langkah politik yang dia pilih waktu itu adalah langkah hipokrit, tapi dengan perhitungan matang berapa orang kadernya yang keluar dari parpol Gerindra akibat langkah oportunisme kanan tersebut tidak sebanding dengan membanjirnya dukungan dari kekuatan kanan yang masuk, baik berasal dari massa FPI, HTI, anggota kelompok 212, massa GNPF Ulama, dan lain-lain. Bisa kita lihat perolehan suara partai Gerindra di Pemilu 2019 naik secara signifikan, meski PS tidak jadi Presiden.

Langkah partai Nasdem nampaknya akan meniru sukses partai Gerindra untuk pelipatgandaan suaranya di Pemilu 2024, meski nanti Capresnya tidak menang. Mundurnya beberapa kader partai Nasdem tentu diharapkan ditukar dengan masuknya kekuatan kanan pendukung Anies. Ingat permainan Kuda Lumping?

Permainan politik yang pernah ditempuh partai Gerndra dan akan ditiru oleh Partai Nasdem ini adalah praktek Permainan Politik Kuda Lumping, PS dan SP adalah penunggang Kuda Lumpingnya, kelompok kanan yang menjadi Kuda Lumpingnya.

Tentu langkah oportunisme kanan ini beresiko besar bagi Partai Nasdem, karena kekuatan massa kanan ini tentu tak akan dibiarkan terbang oleh partai yang benar-benar kanan seperti PKS, PPP, dan laain-lain. Kalau langkah spekulatif oportunisme kanan ini gagal, karena massa kanan tidak mau “dimainkan” seperti di Pemilu 2019 akibatnya tentu tidak main-main, Partai Nasdem akan berantakan atau bahkan akan tereliminasi dari percaturan politik mengikuti jejak partai Hanura, dan lain-lain. (Cinde Laras Yulianto, pengamat politik)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *