Pertanian Terpadu jadi Solusi Mengatasi Tantangan di Sektor Pertanian

beritabernas.com – Sektor pertanian saat ini maupun di masa-masa mendatang menghadapi tantangan yang sangat berat. Setidaknya ada 3 hal yang menjadi tantangan utama yakni adanya krisis iklim, krisis lahan dan krisis sumber daya manusia (SDM) petani.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, salah satu solusi yang dinilai tepat adalah dengan melakukan integrated farming dan permakultur, yang keduanya merupakan pendekatan pertanian yang
berkelanjutan dan bermanfaat. Pilihan pendekatan yang tepat tergantung pada berbagai faktor, seperti skala lahan pertanian, tujuan petani dan sumber daya yang tersedia.

Hal itu disampaikan Ir Sigit Hardjono MP, Kepala Bidang Holtikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, dalam acara Coffee Morning Lecture #6 yang diadakan FTSP UII di kampus setempat, Jumat 28 Juni 2024.

Dalam acara Coffee Morning Lecture edisi keenam dengan tema Quo Vadis Petani: Menghadapi Krisis Iklim, Lahan, dan Sumber Daya Manusia, Sigit Hardjono mengatakan, sektor pertanian memiliki peran yang sangat krusial dalam perekonomian, baik dari segi penyediaan pangan, lapangan kerja, bahan baku industri, devisa negara, kelestarian lingkungan, penguatan ekonomi pedesaan hingga pelestarian budaya dan tradisi.

Dekan FTSP UII Prof Ilya Fadjar Maharika (kanan) bersama narasumber dan moderator acara Coffee Morning Lecture #6, Jumat 27 Juni 2024. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Karena itu, penting untuk terus mendukung dan mengembangkan sektor pertanian agar dapat terus
memberikan manfaat bagi masyarakat dan bangsa. Namun, kondisi pertanian saat ini dihadapkan dengan berbagai tantangan, namun juga memiliki peluang untuk berkembang.

Menurut Sigit Hardjono, tantangan yang dihadapi sekor pertanian antara lain, pertama, krisis iklim. Perubahan iklim membawa dampak signifikan pada sektor pertanian, seperti kekeringan, banjir, hama penyakit tanaman dan kenaikan permukaan laut.

Kedua, krisis lahan. Konversi lahan untuk pembangunan, degradasi lahan, dan akses lahan yang terbatas bagi petani kecil menjadi hambatan besar. “Di DIY, setiap tahun lahan pertanian mengalami alih fungsi seluas 150 hektar,” kata Sigit Hardjono.

BACA BERITA TERKAIT:

Ketiga, krisis SDM petani. Menurut Sigit, Kurangnya minat generasi muda, populasi petani yang menua, jumlah petani dari tahun ke tahun jumlahnya berkurang dan keterbatasan keterampilan dan pengetahuan menjadi kendala besar.

Menurut Sigit, untuk menghadapi krisis lahan perlu dilakukan redistribusi lahan. Pemerintah perlu memastikan akses yang adil terhadap lahan bagi petani kecil dan marginal. Sedangkan untuk menghadapi krisis SDM petani, pemerintah perlu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, memberikan
upah yang layak dan akses kepada jaminan sosial dapat menarik minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian.

Sementara itu, untuk meningkatkan hasil panen perlu dilakukan integrasi tanaman dan ternak untuk menghasilkan pupuk organik (kotoran ternak) yang kaya nutrisi, meningkatkan kesuburan tanah dan
mendorong pertumbuhan tanaman yang optimal. Selain itu, integrasi tanaman dan perikanan memanfaatkan air dari kolam ikan untuk irigasi tanaman, sekaligus menyediakan nutrisi tambahan bagi ikan dari sisa-sisa tanaman.

Suasana Coffee Morning Lecture #6 FTSP UII. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Sedangkan untuk meningkatkan efisiensi sumber daya, limbah dari satu komponen dapat digunakan sebagai sumber daya untuk komponen lain, seperti kotoran ternak untuk pupuk organik dan air kolam ikan untuk irigasi. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan penggunaan pupuk kimia dan pestisida, sehingga lebih ramah lingkungan dan hemat biaya.

Kemudian, untuk meningkatkan ketahanan pangan perlu dilakukan diversifikasi produk pertanian (tanaman, ternak dan ikan) mengurangi risiko gagal panen akibat hama penyakit atau perubahan iklim. Sistem ini meningkatkan ketersediaan pangan dan ketahanan pangan
rumah tangga.

Sementara untuk meningkatkan pendapatan, petani dapat menjual berbagai produk dari tanaman, ternak, dan ikan, sehingga meningkatkan pendapatan mereka. Diversifikasi produk juga mengurangi ketergantungan pada satu jenis produk yang fluktuatif harganya. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *