Piala Dunia U-20: Israel dan Kemanusiaan

Oleh: Ansel Alaman

beritabernas.com – Banyak orang (juga saya) kecewa atas keputusan FIFA yang membatalkan Piala Dunia U-20 digelar di Indonesia. Harus disadari bahwa tidak seorag pun warga negara ini mau menolak helatan dunia itu, kecuali keikutsertaan Israel.

Dalam konteks ini, FIFA tidak bijak, seakan penolakan bebrapa tokoh atau kalangan, identik dengan penolakan negara. Bahwa ada isu serangan kelompok garis keras atau teroris di bandara saat tim Israel mendarat yang disampaikan pakar teroris dan diberitakan media online, harusnya FIFA sadar itu risiko dan tanggungjawab pemerintah Indonesia.

Ada sebagian kalangan ‘menggoreng’ kasus ini dengan menyasarkan tuduhan pada beberapa tokoh, khususnya Pak Ganjar Pranowo. Banyak yang menyebut diri pendukung Ganjar, kini ancam berbalik. Apa benar mereka pendukung atau berpura-pura pendukung padahall lawan untuk menggembosi ketenaran Ganjar?

Tetapi ada juga yang jeli melihat bahwa Pak Ganjar jadi ‘martir’ seperti berita media, akibat sikap orang atau pihak lain. Bagi mereka yang tidak suka Ganjar Pranowo karena terus menanjak simpatik rakyat via hasil lembaga-lembaga survey, kasus ini seperti jadi kesempatan bagus untuk menggagalkan pencalonan Pak Ganjar. Motif mereka semata politik bukan kemanusiaan dan kebangsaan. 

Kita heran mengapa FIFA begitu mudah mebatalkan Piala Dunia U-20 di Indonesi, padahal sikap beberapa kalangan belum atau bukan wakili sikap negara. Jika pun Pak Ganjar menyampaikan sikapnya, latahkah ia sekadar membenci sebuah klub olahraga? Atau karena sikap kenegarawanannya yang wajib kita simak, bukan sekadar kebencian? Sebab masih banyak event internasional kita, misalnya,. gelar-gelar di Ssirkuit Mandalika, lomba di Danau Toba, dan lain-lain.

Pada waktu Olimpiade 2020 lalu, atlet Rusia dilarang bertanding karena aneksasi Crimea wilayah Ukraina (?). Bandingkan dengan penindasan Israel atas Palestina 80 tahun, dengan korban nyawa yang tidak terbilang. Dimana keadilan FIFA? Apa kita dipaksa tunduk aturan FIFA sekalipun tidak masuk akal? 

Sikap pak Ganjar dan Koster tidak ada kaitan dengan agama. Sebaliknya, lahir dari konsistensi negarawan yang ingin mewujudkan amanat alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945, “…ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dalam konteks ini, penolakan Timnas U-20 Israel adalah momen perjuangan solidaritas dan upaya menegakkan hukum internasional atas penderitaan rakyat Palestina. Apalagi Israel tidak punya hubungan diplomatik dengan Indonesia. 

Apakah sikap seperti itu bisa menguubah Israel? Tidak semudah itu, tetapi sebagai negara berdaulat, maka setiap event apapun yang melibatkan Israel harus terus disuarakan, dan menuntut FIFA harus adil.

Saya yakin itulah yang ada dalm hati Pak Ganjar. Bukan kebencian, bukan perpecahan, apalagi mau cari popularitas diri. Ganjar tampil sebagai seorang negarawan, pejuang kemanusiaan dan martabat bangsa berdaulat, Paletina. Sri Paus Fransiskus bahkan saat berkunjung ke Israel memilih melewati Palestina. (Ansel Alaman, pengamat politik)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *