Prof Musa Asy’arie: Kapitalisme Lebih Kuat dari Pancasila dan Agama

beritabernas.com – Guru Besar (Emeritus) UMS Prof Musa Asy’arie melihat realitas sosial Indonesia menunjukkan bahwa kapitalisme lebih kuat daripada Agama dan Pancasila. Bahkan kapitalisme mengatur kehidupan dan mereduksi nilai-nilai Pancasila.

“Kapitalisme religius pun mati pelan-pelan dan digantikan oleh kapitalisme liberal. Uang memang bukan segalanya tapi segalanya diatur oleh uang,” kata Prof Musa Asy’arie dalam Seri Dialog Peradaban: Kapitalisme, Sosialisme dan Islam (Seri #1: Bedah Buku Kapitalisme Religius) di Ruang Teatrikal Lantai 2 Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof Dr Sardjito Kampus Terpadu UII, Selasa 17 Oktober 2023.

Selain Prof Musa Asy’arie, tampil sebagai pembedah buku karya Drs Mohammad Swarsono, mantan Ketua Umum Yayasan Badan Wakaf UII, itu adalah Yudi Latief, mantan Kepala BPIP (Badan Pembina Ideologi Pancasila).

Penulis buku Kapitalisme Religius M Suwarsono (kiri) menjelaskan tentang isi buku karyanya. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Prof Musa Asy’arie pun mempertanyakan apa ada religi(us) mempunyai kekuatan untuk mengatur kapitalisme? Ia memberi contoh ekonomi syariah hanya menjadi pemanis kapitalisme liberal. Bahkan dalam money politik, “agama” bisa menjadi transaksional dan bisa diatur kapitalisme.

Menurut Prof Musa Asy’arie, bank syariah mengambil modal dari bank konvensional sehingga biaya administrasi bank syariah lebih mahal dari bank konvensional. “Saya kira ini sangat ironis,” kata Prof Mus Asy’arie.

Dikatakan, kapitalisme religi(us) bukan kapitalisme berbau syariah karena biaya administrasi perbankan syariah ternyata lebih mahal daripada bank konvensional. Padahal ekonomi syariah harus mendorong kemajuan yang lemah, usaha kecil dan menengah, yang kapitalnya lemah. Ini merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa ekonomi syariah tidak bisa berkembang.

Suasana Seri Dialog Peradaban: Kapitalisme, Sosialisme dan Islam (Seri #1: Bedah Buku Kapitalisme Religius). Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Sementara menjawab pertanyaan bagaimana peradaban Islam hendak bangkit kembali di masa mendatang, setelah dalam waktu relatif panjang berada dalam fase penurunan dan kemunduran yang jauh, Prof Musa mengatakan bahwa visi Al-Quran menyebutkan kejatuhan peradaban dimulai dari demoralisasi kehidupan masyarakat.

“Kehidupan bermewah-mewah, hedonistik, pemimpin munafik, kesenjangan hidup yang tajam dan ketidakadilan yang meluas menjadi penyebab kemunduran peradaban,” kata Prof Musa.

Meski demikian, ia optimistis bahwa peradaban Islam memiliki syarat dan peluang untuk bangki kembali di masa depan. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *