Prof Subhan Afifi: Artificial Intelligence jadi Tantangan Profesi Guru dan Profesi Lainnya

beritabernas.com – Teknologi AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan merupakan tantangan terhadap eksistensi profesi guru dan profesi-profesi lainnya di masa depan. Bill Gates memprediksi bahwa dalam 10 tahun mendatang, guru-guru akan tergantikan oleh AI. Bahkan saat ini sudah mulai muncul sekolah tanpa guru.

“Tentu agendanya adalah bagaimana para guru merespon tantangan ini,” ujar kata Prof Dr Subhan Afifi MSi, Ketua Prodi Magister Ilmu Komunikasi UII, dalam workshop yang diadakan oleh Yayasan Darussalam Selokerto (YDS) dan Prodi Ilmu Komunikasi UII di Restoran The Harjo’s Pancasari Yogyakarta pada Sabtu 8 November 2025.

Dalam workshop dengan tema Menjadi Guru di Era Artificial Intellegence (AI) & Produksi Media Pembelajaran dan Promosi Sekolah Berbasis AI yang diikuti oleh pembina, pengawas, pengurus YDS, guru, tenaga kependidikan RA dan SDIT Darussalam Selokerto serta beberapa mahasiswi Prodi Magister Ilmu Komunikasi UII itu, Prof Subhan mengatakan bahwa AI atau teknologi hanya tools.

Budi Yuwono S.Sos., M.Sn Menyampaikan materi tentang Produksi Video Pembelajaran dan Promosi Sekolah Berbasis AI. Foto: Humas UII

“Kita meyakini bahwa guru tidak tergantikan oleh AI, tapi bagaimana para guru memanfaatkan AI untuk mendukung tugas mulianya. Tugas guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi mendidik keyakinan, karakter dan akhlak mulia dengan sentuhan personal dan manusiawi. Kemampuan itu yang tidak dimiliki AI,” kata Prof Subhan.

Workshop yang merupakan salah satu aktivitas dari rangkaian program pengabdian masyarakat Prodi Ilmu Komunikasi UII di RA dan SDIT Darussalam Selokerto ini juga menghadirkan Budi Yuwono S.Sos M.Sn  (Dosen STSRD Visi Yogyakarta dan Praktisi Disain Komunikasi Visual) sebagai pemateri.

Menurut Budi Yuwono, kepintaran sebenarnya dimiliki oleh manusia, bukan AI. “AI sebenarnya “bodoh”, karena AI hanya menerima data dan mengikuti instruksi atau prompt manusia untuk memproduksi sebuah karya, seperti video dan gambar,” kata Budi Yuwono.

Baca juga:

Budi Yuwono memberikan stategi produksi video pembelajaran dan promosi sekolah berbasis AI. Kuncinya adalah membuat prompt atau instruksi untuk produksi video dengan teknologi AI harus secara detail untuk mendapatkan hasil optimal yang diharapkan.

Prompt dituliskan dengan menyertakan jenis visual, subjek, detail subjek, background setting, mood atau suasana, bahkan hingga ke teknik kamera. Di sinilah letak kreativitas manusia dalam mengupayakan pekerjaan dengan menggunakan teknologi AI,” ujar Budi Yuwono.

Manfaat-Mudharat AI

Menurut Prof Subhan, para guru dan tenaga kependidikan bisa mengoptimalkan teknologi AI dengan berbagai manfaat dan kelebihannya untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah. Manfaatnya sangat banyak, misal membatu guru dalam hal efisiensi waktu, personalisasi pembelajaran, inovasi media dan metode, analisis data pembelajaran, pengembangan profesional hingga menjadi pendamping/asisten guru dalam mengembangkan kualitas pembelajaran.

Pemateri, Pembina dan Pengurus Yayasan Darussalam Selokerto, Kepala Sekolah dan Guru SDIT Darussalam Selokerto. Foto: Humas UII

Selain memberikan manfaat, AI memiliki potensi dampak buruk (mudharat) yang harus diwaspadai, seperti plagiarisme, berkurangnya kreativitas dan kemandirian, hilangnya nilai-nilai kemanusiaan, terancamnya privasi dan keamanan, bahkan terganggunya kesehatan mental pengguna yang menggunakannya secara berlebihan dan tidak terkontrol.

“Untuk itu diperlukan peningkatan literasi digital di kalangan para guru untuk memanfaatkan AI dengan bijak dan menegakkan etika, sekaligus mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, agar terhindar dari dampak buruk AI,” kata Prof Subhan. (Evy Aprilia Ramadaningtyas, Mahasiswi Prodi Magister Ilmu Komunikasi UII)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *