Oleh: Andreas Chandra
beritabernas.com – Di zaman yang semakin kompleks ini, berpikir kritis menjadi salah satu kunci penting dalam menghadapi berbagai isu sosial dan politik yang berkembang. Bagi anak muda, kemampuan berpikir kritis bukan hanya soal mempersoalkan keadaan, tetapi juga menggerakkan perubahan.
Sebagai generasi yang hidup di tengah dinamika kehidupan yang serba cepat, anak muda memiliki posisi strategis untuk menumbuhkan benih-benih pergerakan perlawanan terhadap penindasan oleh alat kekuasaan yang seringkali tak terlihat jelas. Zaman edan-sebuah istilah yang mencerminkan kekacauan dan ketidakadilan-merupakan tantangan besar bagi anak muda untuk tampil kritis, reflektif dan melawan sistem yang tidak adil.
Rasionalisme berpikir kritis pada dasarnya adalah kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi dan membuat keputusan secara logis tanpa terbawa oleh emosi atau kepentingan sesaat. Anak muda, yang sering kali penuh semangat dan idealisme, harus mampu menggunakan rasionalisme ini untuk melihat realitas sosial dengan sudut pandang yang lebih luas.
Mereka tidak hanya harus menerima begitu saja apa yang disampaikan oleh media atau pihak berkuasa, tetapi harus mampu mengajukan pertanyaan: “Mengapa ini terjadi?,Siapa yang diuntungkan?” dan “Apa dampaknya bagi rakyat banyak?”
Pentingnya berpikir kritis adalah untuk mencegah terjadinya manipulasi dan penyalahgunaan kekuasaan. Banyak kebijakan yang mungkin tampak baik di permukaan, tetapi ternyata memiliki dampak yang merugikan bagi kelompok-kelompok marginal atau kelompok yang lebih lemah. Anak muda yang kritis bisa memecah dan mengevaluasi kebijakan tersebut dengan cara yang cermat. Mereka bisa melihat lebih jauh dari hanya sekedar berita yang disajikan oleh media mainstream, memahami agenda di balik kebijakan, dan menggali fakta-fakta yang lebih dalam. Dengan rasionalisme ini, anak muda bisa menjadi pendorong perubahan yang mencerahkan.
Menumbuhkan benih-benih pergerakan perlawanan
Rasionalisme berpikir kritis tidak hanya sebatas pada analisis, tetapi juga melibatkan tindakan. Dalam konteks ini, anak muda harus memiliki keberanian untuk mengubah pemikiran menjadi aksi. Pergerakan perlawanan terhadap penindasan tidak hanya bisa dimulai dengan kata-kata, tetapi harus dilanjutkan dengan tindakan kolektif yang mampu mengguncang status quo yang ada. Di zaman edan ini, penindasan oleh alat kekuasaan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, baik itu dalam bentuk ketidakadilan ekonomi, diskriminasi sosial atau penindasan politik.
Anak muda yang terbangun dalam berpikir kritis tidak akan hanya terjebak dalam lingkaran kekhawatiran atau ketidakberdayaan. Mereka akan mencari solusi bersama, mengorganisir diri dalam bentuk kelompok yang solid, dan melawan penindasan dengan cara yang strategis. Sejarah telah mencatat banyak gerakan yang dimotori oleh anak muda, seperti gerakan mahasiswa pada era Orde Baru di Indonesia yang menuntut reformasi politik.
BACA JUGA:
- Korupsi, Penyakit Kronis yang Menghambat Kemajuan Bangsa
- Di Balik Kemajuan Ekonomi Tiongkok: Desa-Desa Digital Mengubah Wajah Bisnis Lokal
- Guru Sebagai Arsitek Masa Depan
Keberanian anak muda untuk menyuarakan ketidakadilan, baik melalui demonstrasi atau gerakan sosial lainnya, menjadi vital dalam menumbuhkan perubahan yang lebih baik. Anak muda adalah agen perubahan yang sangat potensial dalam memperjuangkan keadilan dan melawan penindasan oleh alat kekuasaan.
Melalui rasionalisme berpikir kritis, mereka dapat menumbuhkan benih-benih pergerakan perlawanan yang berdampak besar bagi masyarakat. Zaman edan ini, dengan segala ketidakadilan yang ada, membutuhkan generasi yang mampu berpikir jernih, bertindak tegas, dan memperjuangkan hak-hak yang seringkali diabaikan. Oleh karena itu, berpikir kritis harus menjadi landasan utama bagi anak muda untuk mendorong perubahan yang lebih adil dan lebih manusiawi. (Andreas Chandra, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta)
There is no ads to display, Please add some