Romo Dadang Ajak Pengurus WKRI Sleman untuk Lungguh Bareng, Ngrembug Bareng dan Nandangi Bareng

beritabernas.com – Penasihat Rohani Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Kabupaten Sleman Romo Antonius Dadang Hermawan Pr mengajak para pengurus untuk lungguh bareng (duduk bersama), ngrembug bareng (berembug bersama) dan nandangi bareng (mengerjakan bersama).

Untuk bisa nandangi bareng maka harus melalui proses yang disebut lungguh bareng untuk ngrembug bareng. Pertanyaannya, apakah selama ini dalam merancang program WKRI sudah melalui proses lungguh bareng dan ngrembug bareng? Ataukah hanya yo wis garapen, aku manut kowe.

Lungga bareng dan ngrembug bareng itu memang tidak mudah. Dan lebih tidak mudah lagi nandangi bareng. Hal ini berlaku dan terjadi di organisasi manapun. Karena itu, berjalan bersama itu sangat penting. Duduk bersama untuk berembug lalu dijalankan/dilaksanakan bersama,” kata Romo Dadang Hermawan dalam pembekalan Pengurus WKRI DPC Sleman periode 2025-2028 sebelum dilantik di Pendopo Kantor DPRD Sleman, Kamis 5 Juni 2025.

Pengurus WKRI DPC Sleman dilantik, Kamis 5 Juni 2025. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Hal ini disampaikan Romo Dadang untuk mengingatkan kembali apa yang pernah disampaikan Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS) Mgr Robertus Rubiyatmoko dalam suatu kesempatan tentang kata sinode yakni mlaku bareng atau berjalan bersama. Hal ini juga merupakan penjelasan makna tema pelantikan Pengurus WKRI DPC Sleman yakni berjalan bersama dalam pengharapan untuk mewujudkan kesejahteraan perempuan dan anak.

Menurut Romo Dadang, tema berjalan bersama dalam pengharapan untuk mewujudkan kesejahteraan perempuan dan anak itu merupakan ajaran sosial Gereja. Hidup sosial, karena kita tidak bisa pisah dari hidup sosial. Maka Gereja selalu mengajarkan pentingnya martabat manusia, keadilan sosial dan perhatian khusus terhadap kelompok yang lemah.

“Perempuan dan anak berada dalam lingkup yang membutuhkan perhatian itu. Pertanyaannya, apakah pengurus baru WKRI tiga tahun ke depan bisa mewujudkan hal ini? Keberpihakan terhadap masalah ini,” kata Romo Dadang.

Sementara makna pengharapan, menurut Romo Dadang, berbeda dengan optimis. Optimis mengandalkan kekuatan (manusia) sendiri, sedangkan harapan mengandalkan kekuatan Allah, mengandalkan rahmat Allah. Maka membangun pengharapan itu artinya kita berusaha sekaligus mengandalkan rahmat Allah.

BACA JUGA:

Karena itu, bagi pengurus jangan khawatir merasa tidak mampu, karena selalu punya harapan yang mengandalkan rahmat Allah, kekuatan Allah. “Sementara optimis, kalau gagal, bisa kecewa. Pogram tidak behasil, dirasani kancane, dibully, diupdateke nang status, dibaca lalu tidak mau gabung WKRI lagi,” kata Romo Dadang yang disambut tawa ibu-ibu.

Dikatakan, kalau kita jatuh pada optimisme itu artinya kita jatuh pada kesombongonan. Tapi kalau pengharapan maka rumusan kita adalah ini semua karena kebaikan Tuhan, ini semua karena kekuatan Tuhan.

Bekerja dalam tim

Sementara Dra Vincentia Lies Ratnawati, Ketua WKRI Cabang Sleman, mengatakan, sebagai organisasi, kita atau pengurus bekerja dalam tim, tidak berjalan sendiri-sendiri. Bagi yang masih baru atau belum sepenuhnya tahu apa yang harus dilakukan, maka perlu saling belajar, jangan malu bertanya terutama kepada senior-senior atau mereka yang sudah berpengalaman.

Penandatanganan berita acara pelantikan Pengurus WKRI DPC Sleman, Kamis 5 Juni 2025. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

“Dengan terus belajar maka kita akan semakin tahu apa yang seharusnya dilakukan demi kemajuan organisasi kita tercinta, WKRI,” kata Lies Ratnawati.

Menurut Lies Ratnawati, sebagai pengurus kita perlu meneladani apa yang dilakukan pendiri WKRI maupun para pengurus terdahulu. Apa yang baik kita wajib melanjutkan dan apa yang kurang, kita wajib membenahi atau memperbaikinya agar organisasi ini terus maju dan berkembang, tidak jalan di tempat alias mandeg.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, maka kita perlu menyesuaikan diri. Tidak ada kata aku ora iso, tapi mari kita belajar kepada anak-anak muda atau mereka yang lebih tahu agar dalam hal administrasi, organisasi ini bisa dikelola secara modern sesuai perkembangan teknologi, bukan lagi secara manual. Kuncinya: kita harus mau belajar dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Usia WKRI boleh saja sudah tua, yakni 101 tahun, tapi semangat para pengurus harus selalu muda yakni dengan mau dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *