Roy Suryo: Kemegahan HUT ke-79 TNI “Terganggu” oleh Penampilan Wapres Terpilih

beritabernas.com – Dr KRMT Roy Suryo M.Kes, Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen, yang biasa disapa Roy Suryo menilai kemegahan acara HUT ke-79 TNI, Sabtu 5 Oktober 2024 dan citra positif yang sudah terbentuk antara TNI dan rakyat malah “terganggu” oleh penampilan Wapres terpilih Gibran Rakabuming Raka.

Sebab, menurut Roy Suryo, raut muka Wapres terpilih yang juga banyak dikomentari oleh netizen dan berbagai media karena terlihat sangat tegang dengan kantung mata menebal seperti kurang tidur. Bila hal ini terus terjadi maka bukan hanya citra TNI yang dipertaruhkan namun citra bangsa Indonesia secara keseluruhan di masa depan.

“Akankah semua prediksi yang sudah dikritisi oleh para pengamat politik, ahli kesehatan dan pakar hukum tatanegara, bahkan sampai dipentaskan oleh Ki Dalang Jlitheng Suparman dengan WKS/ Sayang Kampung Sebelah-nya akan kejadian di Indonesia? Tidak ada jalan lain, masyarakat harus membuat penyelamatan terhadap negeri tercinta, tidak ada jalan lain,” kata Roy Suryo dalam tulisannya berjudul HUT TNI ke-79, Beda Citra Positif di Alam Nyata dengan Komentar di Jagad Maya yang diterima beritabernas.com, Minggu 6 Oktober 2024.

Menurut Roy Suryo, kemeriahan upacara HUT ke-79 TNI di jagad nyata tampak sedikit berbeda di alam maya. Netizen +62 justru lebih banyak menyoroti kemunculan Wapres terpilih yang pada acara pelantikan Anggota DPR RI periode 2024-2029 tak tampak. Padahal saat itu bahkan semua mantan Wapres dan Presiden terpilih Prabowo Subianto hadir mengikuti acara.

Roy Suryo mengutip berbagai cuitan di X/ Twitter antara lain dari @CakKhum : “Setelah dicari-cari akhirnya Gibran Wapres terpilih hadir bersama Prabowo di Perayaan HUT ke-79 TNI. Coba perhatikan, Gibran tidak berani di samping Prabowo, malah sempat ngintil di belakang Bapaknya”.

BACA JUGA:

Ada juga @Boediantar4 : “Setelah Dicari cari Akhirnya Si Gibran Bocil Tengil Fufufafa Cawapres Dipilih .Hadir Bersama Prabowo di Acara Perayaan HUT ke 79 TNI. Tapi pak Prabowonya malah menggandeng wapres Ma’ruf Amin 😀”. Kemudian @Dalam_temaram : “Gaya canggung Gibran didekat Prabowo acara HUT TNI. Cocok berlindung dibalik ketek Mulyono. 😁😁”.

Lucunya, kata Roy Suryo, beberapa media pun berkomentar serupa, misalnya @liputan6dotcom : “Beda Gaya Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka Saat Hadiri HUT ke-79 TNI”. Kemudian @Kilat_com : “Kehadiran Gibran Rakabuming Saat HUT TNI ke 79 Jadi Sorotan, Tak Berani Disamping Prabowo” dan @geloraco : “Sejak Heboh ”Fufufafa”, Gibran Kini Terlihat Bersama Prabowo di HUT TNI”.

Sejarah TNI 

Pada 5 Oktober 2024, bangsa Indonesia memperingati usia 79 tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pada awal pembentukannya, lembaga ini bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR), lalu TKR dibubarkan dan kemudian berdirilah Tentara Republik Indonesia (TRI) dan berganti nama menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Setelah pemisahan antara militer dengan kepolisian maka diubah lagi menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga saat ini.

Pada masa Orde Lama alias Demokrasi Terpimpin hingga masa Orde Baru, TNI pernah digabung dengan Kepolisian. Penggabungan ini dikenal secara kolektif dengan singkatan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Sesuai Ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan Polri dan Ketetapan MPR nomor VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan Polri, maka sejak 18 Agustus 2000 keduanya kembali terpisah.

Pada awal berdiri, Indonesia sama sekali tidak mempunyai kesatuan tentara. Kemudian dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) di sidang PPKI pada 22/08/1945 dan diumumkan oleh Presiden Soekarno pada 23/08/1945. Namun BKR bukanlah tentara sebagai suatu organisasi kemiliteran yang resmi. Baru melalui Maklumat Pemerintah tanggal 05/10/1945, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada tanggal 07/01/1946, TKR berganti nama menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Kemudian pada 26/01/1946, diubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).

Sejak 1959, tanggal 05/10 ditetapkan sebagai Hari Angkatan Perang atau Hari Angkatan Bersenjata, yang saat ini disebut sebagai Hari Tentara Nasional Indonesia, yaitu hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959 tanggal 16/12/1959 untuk memperingati peristiwa kelahiran angkatan bersenjata Indonesia. Oleh karenanya saat ini TNI sudah berusia 79 tahun dihitung saat pembentukan TKR pada 05/10/1945 silam.

Oleh karenanya saat peringatan HUT ke-79 TNI yang dipusatkan di Monumen Nasional (Monas), Sabtu 5 Oktober 2024, ditampilkan 1.059 jenis Alutsista (Alat Utama Sistem Pertahanan) dan melibatkan 100.000 rajurit aktif. Alutsista modern yang tampil mulai dari milik TNI-AU seperti pesawat-pesawat tempur Sukhoi SU-27 Flanker, F-16 Fighting Falcon, T-50 Golden Eagle, Hercules C-130J, HS Hawk 100/200 hingga berbagai jenis Drone (Geospasial, Surveillance, Tactical Combat, Angkut Logistik, hingga Drone CH4).

Sementara melalui Videotron juga ditampilkan Alutsista milik TNI AL yang terdiri atas All Terrain Assault Vehicle (ATAV), Indonesian Light Strike Vehicle (ILSV), Rigid/Rubber Hulled Inflatable Boat (RHIB), hingga Explosive Ordnance Disposal (EOD).

Sementara TNI AD tak kalah garang menampilkan jajaran produksi PINDAD mulai dari Anoa (APC dan Morse), Komodo, Komob Kopassus, P2 Tiger, Panser Badak & Pandur, Panser V-150 Kanon,Tank Harimau,Tank Marder, Tank Armoured Recovery Vehicle (ARV), Tank Armoured Engineer Vehicle (AEV), juga kebanggaan TNI AD Tank Leopard 2 dan Tank Scorpion.

Ada juga LML (Lightweight Multiple Launcher) dan RapidRanger Multi Mission System (RapidRanger MMS) dengan rudal Starstreak/rudal mistral ATLAS dan Multi Purpose Combat Vehicle (MPCV). Ada juga Radar bergerak CM200/Shikra dan Mistral Coordination Post (MCP) dari Decon Nubika (nuklir, biologi, kimia), lidik Nubika, Spider Excavator, Unit M3I Amphibious Pontoon, unit Treva, dan Faun Trackaway, Monob Hubad, Komob Hubad, SOTM Hubad, ECS Hubad dan Jammer Hubad.

Menariknya, kata Roy Suryo, alutsista-alilutsista TNI ini beberapa di antaranya sengaja diperbolehkan untuk dinaiki masyarakat yang tumpah ruah di lokasi, sehingga tercipta manunggal antara rakyat dan Tentara. Hal ini baik dan patut diapresiasi karena rakyat memang ingin agar TNI dan alutsistanya yang dibeli dengan uang masyarakat tersebut memang harus menyatu dan tidak boleh justru digunakan untuk melawan rakyatnya sendiri.

Demikian juga rakyat juga berharap agar TNI tetap berpihak kepada rakyat dan negara, bukan hanya kepada pemerintah apalagi rezim tertentu. Karena kalau menginat sejarah kelahirannya, TNI adalah Tentara Keamanan Rakyat (TKR yang berpihak kepada rakyat. (*/lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *