Ruang Publik Menjadi Ruang Etika bagi Kita

Oleh: Maria Sertiana Naus

beritabernas.com – Ruang publik sebagai tempat pertemuan masyarakat memiliki potensi besar untuk menjadi arena pembelajaran etika. Dalam interaksi sehari-hari, kita dihadapkan pada berbagai nilai dan norma yang dapat membentuk karakter dan kesadaran sosial.

Transformasi ruang publik menjadi ruang etika sangat penting untuk membangun masyarakat yang saling menghormati dan peduli. Ruang publik baik fisik maupun digital tidak hanya sekedar tempat berkumpul atau berinteraksi tetapi di dalamnya juga kita menemukan cerminan budaya, perilaku dan yang lebih penting adalah etika kita sebagai masyarakat.

Dalam setiap sudut kehidupan kita, ada aturan yang tak tertulis yang mengarahkan bagaimana kita bertindak satu sama lain. Di sini ruang publik menjadi ruang etika dan sebuah tempat dimana tanggung jawab sosial dan moral diuji dan dipraktikkan.

Pada dasarnya ruang publik adalah milik bersama dan tempat dimana kebebasan individu berhadapan dengan hak dan kebebasan orang lain. Di ruang publik ini tindakan kita memiliki konsekuensi yang lebih luas dan mampu mempengaruhi orang lain di sekitar kita.

BACA JUGA:

Namun, tanggung jawab ini tidak selalu dijalankan dengan baik. Banyak contoh dimana ruang publik menjadi korban dari ketidakpedulian kita. Mulai dari sampah yang berserakan di jalan, merusak fasilitas umum, kebisingan yang mengganggu kenyamanan orang lain dan sebagainya. Semua ini menandakan bahwa kita masih memiliki banyak pekerjaan dalam membangun kesadaran sosial dan tanggung jawab etis di ruang bersama ini.

Keseimbangan antara kebebasan pribadi dan kepentingan umum merupakan tantangan utama di ruang publik. Setiap individu berhak untuk merasa bebas dan nyaman, tetapi kebebasan itu tidak boleh melanggar hak orang lain. Ketika berbicara tentang hak berekspresi, misalnya, kita harus memahami ekspresi kita jika kita tidak berhati-hati dimana itu dapat mengganggu atau bahkan menyakiti orang lain. Oleh karena itu kebebasan di ruang publik selalu datang dengan batasan etis. Kebebasan tanpa tanggung  jawab hanya akan menciptakan kekacauan, bukan keharmonisan.

Di banyak negara protes dan kebebasan berekspresi adalah hak dasar. Tetapi dalam praktiknya tindakan-tindakan tersebut diatur oleh hukum untuk memastikan bahwa kegiatan ini tidak melanggar hak-hak orang lain atau mengganggu ketertiban umum. Inilah yang disebut dengan tanggung jawab sosial yaitu dengan kesadaran bahwa setiap tindakan individu di ruang publik berpotensi mempengaruhi lingkungan sosial yang lebih luas.

Kesadaran etis

Di sini hukum dan peraturan memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ini. Melalui peraturan yang jelas tentang apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak, masyarakat dapat menciptakan ruang publik yang nyaman bagi semua orang. Namun, lebih dari ini kesadaran etis setiap individu juga penting, karena memiliki kesadaran tentang dampak dan tindakan kita terhadap orang lain adalah sebuah fondasi dari perilaku etis di ruang publik.

Dengan perkembangan teknologi ruang publik kini tidak lagi terbatas pada tempat-tempat fisik. Dunia digital telah membuka dimensi baru dari ruang publik, dimana miliaran orang terhubung melalui media sosial dan sebagainya. Meskipun terlihat seperti ruang pribadi karena sering kali diakses dari perangkat pribadi, ruang digital ini sejatinya adalah ruang publik yang lebih luas, dimana interaksi sosial, pertukaran informasi dan diskusi terjadi secara massal dan terbuka.

Namun dengan ekspansi ini, muncul tantangan baru dalam hal etika. Dunia digital menawarkan anonimitas yang sering kali membuat individu merasa kurang bertanggung jawab atas tindakan mereka. Misalnya, perilaku yang tidak etis seperti penyebaran hoaks, ujaran kebencian atau serangan pribadi dalam bentuk komentar yang negatif sering ditemukan di media sosial.

Anonimitas memungkinkan seseorang untuk bersembunyi di balik layar tanpa memikirkan dampak dari perilakunya terhadap orang lain. Ini menceritakan fenomena dimana ruang publik digital menjadi tempat yang lebih rentan terhadap perilaku yang merusak. Apa yang sering dilupakan banyak orang adalah bahwa etika di dunia maya seharusnya sama pentingnya dengan etika di dunia nyata.

Masalah lebih besar adalah bahwa ruang publik, meskipun ada undang-undang yang mengatur penyebaran berita palsu atau ujaran kebencian, penegakan hukum di dunia digital ini masih sulit dilakukan karena batasan teknis geografis. Perusahaan media sosial juga memiliki tanggung jawab dalam memoderasi konten, tetapi tindakan mereka sering kali terlambat atau tidak konsisten.

Jika kita perhatikan setiap ruang publik baik fisik memiliki aturan dan norma yang membantu mengatur bagaimana individu harus berperilaku. Peraturan ini tidak hanya semata-mata untuk mengontrol kebebasan melainkan juga menjaga kenyamanan bersama.

Namun apakah aturan ini cukup? Pada kenyataannya ada banyak orang yang mengabaikan aturan tersebut dan bertindak seenaknya di ruang publik. Mereka yang membuang sampah sembarangan, merusak fasilitas umum dan membuat keributan di tempat-tempat umum tidak hanya menunjukkan sikap yang tidak bertanggung jawab tetapi juga melemahkan nilai-nilai etika yang seharusnya dihormati dan dijaga oleh semua orang.

BACA JUGA TULISAN LAINNYA:

Jika setiap individu tidak memperhatikan tanggung jawab etis mereka di ruang publik maka tempat tersebut akan kehilangan fungsinya sebagai ruang bersama yang aman dan nyaman. Sebaliknya di beberapa negara, kita dapat melihat contoh-contoh bagaimana tanggung jawab sosial dan etika dalam ruang publik sangat dijunjung tinggi. Tanggung jawab dan etika fisik juga berkaitan dengan penghormatan terhadap hak orang lain, dalam artian bahwa kita diajarkan untuk tidak hanya fokus pada kepentingan pribadi tetapi juga mempertimbangkan kepentingan kolektif.

Literasi digital

Di sinilah pentingnya literasi digital dan pendidikan etika bagi semua pengguna internet. Setiap individu yang terlibat dalam ruang publik digital harus memahami bahwa tindakan mereka memiliki dampak yang nyata, bahkan jika mereka merasa anonim atau tidak terlihat.

Menghormati hak-hak digital orang lain seperti privasi dan kebebasan berpendapat harus dipraktikkan dengan sungguh-sungguh. Selain itu, menyebarkan informasi dengan integritas dan memverifikasi fakta sebelum membagikannya, menjadi bagian dari tanggung jawab etika di ruang digital.

Literasi digital tidak hanya tentang kemampuan teknis menggunakan internet tetapi juga mencakup pemahaman tentang bagaimana kita berinteraksi secara etis dalam ruang digital. Dengan meningkatkan kesadaran ini kita bisa mengurangi dampak negatif dari penyalahgunaan ruang publik digital dan menciptakan ekosistem yang lebih sehat dan bertanggung jawab.

Melihat berbagai tantangan yang ada di ruang publik baik fisik maupun digital solusi yang paling efektif adalah melalui pendidikan etika. Pendidikan etika harus dimulai sejak dini, baik itu di lingkungan keluraga maupun di sekolah. Anak-anak diajarkan untuk tidak hanya mematuhi aturan tetapi juga memahami mengapa etika itu penting dalam menjaga keharmonisan di ruang bersama.

Sekolah-sekolah dapat memainkan peran penting dalam menyisipkan nilai-nilai etika ke dalam kurikulum. Misalnya pelajaran tentang tanggung jawab sosial dan sebagainya. Di sisi lain, pendidikan non-formal juga sangat penting dimana orang tua harus memberikan teladan yang baik dengan memperhatikan bagaimana seharusnya bersikap yang baik di ruang publik.

Sederhana saja seperti membuang sampah pada tempatnya dan sebagainya, bisa menjadi pelajaran yang berharga tentang tanggung jawab sosial. Lebih dari pada itu, pendidikan etika harus diperluas ke dunia digital.

Literasi digital bukan lagi pilihan melainkan kebutuhan mendesak di era internet. Lembaga pendidikan harus memasukkan topik-topik seperti keamanan digital, tanggung jawab dalam berkomunikasi secara online serta dampak dari penyebaran berita atau informasi palsu ke dalam materi ajar. Dengan memahami resiko dan tanggung jawab yang ada di dunia maya, generasi akan lebih siap untuk berinteraksi dengan etis di ruang publik digital.

Selain itu, pemerintah dan perusahaan teknologi juga harus berperan aktif dalam mempromosikan etika di ruang publik digital. Dengan regulasi yang lebih kuat dan moderasi konten yang lebih baik, ruang publik digital bisa menjadi tempat yang lebih aman dan kondusif untuk berinteraksi sosial. Namun, pada akhirnya tanggung jawab utama tetap berada pada setiap individu untuk bertindak dengan integritas dan menghormati hak-hak orang lain.

Ruang publik baik fisik maupun digital adalah cerminan dari perilaku dan nilai-nilai kita sebagai masyarakat. Di dalamnya, etika bukan hanya sebuah pilihan tetapi sebuah kebutuhan yang memastikan keberlangsungan interaksi sosial yang harmonis. Tanggung jawab sosial dan penghormatan terhadap hak-hak orang lain harus menjadi prinsip utama dalam setiap tindakan yang kita ambil dari ruang publik.

Kita bisa mengandalkan aturan atau regulasi semata untuk menjaga ruang publik tetap aman dan nyaman, dan yang lebih penting adalah kesadaran pribadi dan pendidikan etika yang baik. Dengan menanamkan nilai-nilai etika yang baik sejak dini dan menerapkannya di setiap aspek kehidupan kita baik di ruang fisik maupun digital, akan tercipta ruang publik yang inklusif, harmonis dan bermartabat.

Sebagai individu kita memiliki peran penting dalam menjaga ruang publik ini. Kita harus terus belajar dan mengingat bahwa tindakan kita sekecil apapun itu, memiliki dampak yang besar bagi orang lain. Hanya dengan sikap etis yang konsisten kita dapat benar-benar menjadikan ruang publik sebagai ruang yang layak bagi semua tempat dimana setiap orang bisa merasa dihargai dan dilindungi. (Maria Sertiana Naus, Mahasiswa Universitas Cendekia Mitra Indonesia Yogyakarta)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *