Rumah Abu Oasis Lestari Mengundang 5 Bhikku Sangha dari Vihara Sidarta Memimpin Perayaan Pattidana Cit Gwee

beritabernas.com – Lima bhikku Sangha dari Vihara Sidarta di aula Kolumbarium Oasis Lestari, Sabtu 10 Agustus 2024. Lima bhikku itu masing-masing dua berasal dari luar negeri yakni Bhikku Weligama Thera dari Srilangka dan Bhikku Phra-khru Phi-phat tham masathon Vira-chai-sewin dari Thailand. Sementara 3 lainnya dari Indonesia yakni Bhikku Abhagamo, Bhikku Abhassaro, dan Bhikku Abhipunno Thera. 

Rumah Abu (kolumbarium) Oasis Lestari milik Dana Pensiun KWI, yang adalah lembaga Gereja Katolik, menyediakan fasilitas upacara keagamaan bagi semua agama, termasuk umat Buddha yang banyak menitipkan abu di rumah abu ini.

Upacara pattidana yang terkait perayaan Cit Gwee ini bertujuan untuk menghormati arwah para mendiang yang abu jenazahnya disemayamkan di rumah abu ini. Juga ditujukan untuk para mendiang yang tidak dikenal, seperti para korban kejahatan, korban aborsi, korban bencana alam, korban perang dan sebagainya. 

Acara Pattidana di rumah abu Oasis Lestari bekerjasama dengan Yayasan Magabudhi Provinsi Banten. Perayaan berlangsung di Aula Kolumbarium Oasis Lestari, Jatake, Jatiuwung, Kota Tangerang, Sabtu 10 Agustus 2024. Acara Pattidana dimulai pukul 09.15 WIB dan disiarkan secara live streaming melalui channel Youtube Oasis Lestari. 

Manajemen Oasis Lestari, para bhilku sangha, rama dan ramani, serta umat Buddha, berfoto usai mengokuti upacara Pattidana Cit Gwee. Foto: Anton Sumarjana

Direktur Utama PT Danita Oasis Lestari Bernadeta Ania Desliana mengajak keluarga-keluarga untuk mempersembahkan sembahyang bagi leluhur. “Kita mohon kedamaian bagi semua jiwa orang beriman yang telah kembali ke Sang Pencipta, khususnya keluarga kita, sanak saudara, kerabat, dan para sahabat kita,” ajak Ania Desliana. 

Kegiatan ini, menurut Ania Desliana, sesuai dengan visi misi Oasis Lestari, yakni mempersiapkan, memantaskan dan menghantar semua jiwa yang berpulang menghadap Sang Pencipta, sesuai dengan keyakinan dan iman masing-masing. 

Acara Pattidana di Rumah Abu Oasis Lestari dimulai pukul 09.15 Wib dan berakhir pukul 11.00 WIB. Dimulai dengan sambutan Ketua Pengurus Cabang Magabudhi Kota Tangerang. Dilanjutkan penyalaan lilin dan dupa di altar Buddha oleh Ketua PD Magabudhi Kota Tangerang dan wakil manajemen Oasis Lestari. Berikutnya dilakukan Namakhara patha, pembacaan Tirokudda Sutta, Pancasila Aradhana, dan pembacaan Paritta, Suta, serta Gatha oleh Bhikku Sangha.

Dalam acara ini juga dilakukan meditasi, permohonan Dhammadesana dan ceramah dhamma oleh Bikhu Sangha. Sebagai penutup, para bhikku berkeliling untuk melakukan  pemercikan air paritta ke kotak abu di Rumah Abu Oasis Lestari.

BACA JUGA:

Acara Pattidana terkait perayaan Cit Gwee ini untuk ketiga kali diadakan di Oasis Lestari, sejak 2022. Upacara berjalan khitmat, dan disambut umat Buddha dengan antusias. Puluhan keluarga  yang menitipkan abu jenazah anggota keluarga meminta doa khusus dalam perayaan ini dengan terlebih dulu menghubungi panitia. Nama-nama mendiang dituliskan di secarik kertas dan dipasang di depan altar. Demikian juga para mendiang yang tidak dikenal yang meninggal karena bencana alam, korban aborsi, kejahatan dan lain-lain.

Dalam renungannya, Bhikku Abhipunno Thera menguraikan, bulan ini leluhur kembali ke rumah para leluhurnya. Bhikku Abhipunno Thera berterima kasih kepada rumah abu Oasis Lestari yang telah mengadakan acara ini. “Ini luar biasa. Rumah Abu Oasis Lestari yang bukan budhis mengundang para sangha, rama dan ramani, serta umat Buddha,” tuturnya. 

Selanjutnya Bhikku Abhipunno Thera menuturkan, Cit Gwee memberi memori bahwa leluhur kita telah mengajarkan hal yang baik. Melalui perayaan Cit Gwee ini, Bhikku  Abhipunno Thera mengajak umat untuk mengingat budi baik para leluhur. “Mengutip perkataan Sang Buddha, orangtua kita adalah orang yang patut menerima persembahan, sekalipun mereka sudah tidak ada,” urainya. 

Aktivis Buddis Achonk Liem. Foto: Anton Sumarjana

Cara  memberi persembahan kepada orangtua,  menurut Bhikku Abhipunno, yakni dengan cara menjaga tindak tanduk dan  menghindari ucapan yang tidak benar. “Misalnya, menghindari tindakan asusila dan makan dan minum yang melemahkan kesadaran,” ajak Bhikku Abhipunno Thera. 

Sedangkan aktivis Budhis Achonk Liem dalam kesempatan itu mengajak para keluarga untuk tidak melalaikan leluhur. Ia menekankan, perayaan Pattidana Cit Gwee ini sangat penting bagi umat Buddha, karena setiap keluarga Buddha mempunyai anggota keluarga yang telah meninggal. “Almarhum ini membutuhkan doa, agar mereka semua berakhir di alam kedamaian. Momen pattidana ini dimanfaatkan oleh keluarga mendiang untuk mengenang kebajikan dari almarhum,” ungkapnya. 

Achong mengingatkan, hubungan kekerabatan keluarga dengan almarhum, walaupun telah meninggal tidaklah hilang atau terputus. “Tidak ada kita tanpa beliau-beliau. Mari kita tetap mengingat mereka dan menyampaikan doa-doa bagi mereka. Khususnya pada saat khusus, seperti Pattidana Cit Gwee ini!” ajak Achong. (Anton Sumarjana, Jakarta)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *