Sanggar Kebudayaan Marhaen Yogyakarta jadi Simbol Perlawanan Homogenisasi Budaya Global

beritabernas.com – Di jantung Kota Yogyakarta, tepatnya di Kampung Pengok, Kelurahan Demangan, Kecamatan Gondokusuman, sebuah gagasan besar mulai terwujud dalam bentuk Sanggar Kebudayaan Marhaen Yogyakarta.

Sanggar ini lahir dari semangat yang membara untuk menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan yang berkepribadian dalam kebudayaan, sebagaimana diamanatkan oleh Trisakti Bung Karno. Gagasan ini tidak muncul begitu saja, melainkan berakar dari diskusi-diskusi hangat yang melibatkan sekelompok intelektual muda dan tokoh masyarakat yang prihatin melihat memudarnya nilai-nilai budaya bangsa di tengah derasnya arus modernisasi.

Dua tokoh sentral yang menjadi penggerak utama dalam pendirian sanggar ini adalah mantan Anggota DPRD Kota Yogyakarta Antonius Fokki Ardiyanto S.IP dan Walikota Yogyakarta terpilih Dokter Hasto Wardoyo.

Fokki, seorang aktivis sosial masyarakat, penggiat budaya dan anggota Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) sayap partai PDI Perjuangan, telah lama dikenal atas komitmennya terhadap pelestarian budaya dan perjuangan demokrasi.

Sementara Dokter Hasto, yang juga menjabat sebagai Walikota Yogyakarta periode 2025-2030, membawa perspektif unik sebagai seorang profesional medis sekaligus pemimpin yang berakar pada nilai-nilai perjuangan rakyat.

BACA JUGA:

Berangkat dari visi bersama, Fokki dan Dokter Hasto mengintegrasikan konsep Trisakti Bung Karno ke dalam filosofi pendirian sanggar ini. Trisakti yang meliputi berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan, menjadi pijakan ideologis yang kuat untuk mengarahkan gerakan mereka. Bagi keduanya, kebudayaan tidak hanya menjadi alat ekspresi artistik, tetapi juga fondasi utama untuk membangun bangsa yang tangguh.

Fokki percaya bahwa tanpa kebudayaan, masyarakat akan kehilangan jati diri dan arah dalam menghadapi tantangan global. Dengan semangat yang sama, Dokter Hasto melihat kebudayaan sebagai elemen vital untuk memperkuat daya saing bangsa tanpa mengorbankan akar tradisinya. Keduanya meyakini bahwa kebangkitan budaya adalah langkah awal untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya dan berdaulat.

Dikutip beritabernas.com dari akun media sosial TikTok@Fokki Ardiyanto, Sanggar Kebudayaan Marhaen Yogyakarta menjadi ruang kolaborasi bagi berbagai elemen masyarakat, mulai dari seniman, budayawan, hingga generasi muda yang ingin belajar dan berkontribusi dalam pelestarian budaya.

Program-program yang dijalankan oleh sanggar ini meliputi pelatihan seni tradisional, diskusi budaya, hingga pagelaran seni yang menampilkan kekayaan tradisi lokal. Semua ini dirancang untuk membangun kesadaran kolektif akan pentingnya budaya sebagai pijakan ideologis perjuangan bangsa.

Di tengah tantangan zaman, Sanggar Kebudayaan Marhaen Yogyakarta hadir sebagai simbol perlawanan terhadap arus homogenisasi budaya global. Sanggar ini menjadi bukti nyata bahwa semangat berkepribadian dalam kebudayaan tetap relevan dan mampu menjadi landasan kuat bagi masyarakat untuk melangkah menuju masa depan yang lebih cerah.

Fokki dan Dokter Hasto, dengan visi dan dedikasi mereka, telah menunjukkan bahwa kebudayaan bukanlah sekadar warisan masa lalu, tetapi juga aset strategis untuk membangun peradaban. Sanggar Kebudayaan Marhaen Yogyakarta adalah manifestasi dari harapan dan perjuangan mereka, sebuah tempat di mana nilai-nilai luhur bangsa dihidupkan kembali untuk generasi mendatang. (*/lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *