Sekber Keistimewaan DIY dan Aliansi Mahasiswa Nusantara Peringati Harkitnas di Plaza Pasar Beringharjo

beritabernas.com – Sekretariat Bersama (Sekber) Keistimewaan DIY bersama Aliansi Mahasiswa Nusantara menggelar peringatan Harkitnas (Hari Kebangkitan Nasional) di Plaza Pasar Beringharjo Yogyakarta pada Jumat 20 Mei 2022 mulai pukul 09.30-11.00.

Widihasto Wasana Putra, Ketua Sekber Keistimewaan DIY, mengatakan, Pasar Bringharjo Yogyakarta dipilih untuk tempat upacara peringatan Harkitnas 2022 karena merupakan representasi kekuatan ekonomi rakyat.

Dalam acara tersebut akan diisi pembacaan Ikrar Kebangkitan, menggelorakan kembali Gerakan Indonesia Raya Bergema dan lagu-lagu kebangsaan serta orasi kebangsaan dan pentas seni pertunjukan. Mahasiswa akan hadir mengenakan berbagai busana adat Nusantara.

Menurut Widihasto, peringatan Harkitnas adalah momentum bagus untuk kita sejenak merefleksikan perjalanan NKRI sebagai sebuah bangsa merdeka dan berdaulat. Ibarat layanan kesehatan general check up, kita perlu memastikan sendi-sendi kebangsaan kita tetap kokoh dan mampu berdiri tegak menjadi mercusuar dunia.

“Kami mengajak dan mengundang segenap komponen bangsa untuk hadir di acara ini. Jangan lupa membawa bekal uang untuk melarisi dagangan pedagang Pasar Bringharjo. Sampai jumpa.
Merdeka! Yogyakarta 19 Mei 2022,” tulis Widihasto dalam siaran pers yang diterima beritabernas.com pada Rabu 18 Mei 2022 malam.

Widihasto mengatakan bahwa pencapaian kedaulatan wilayah NKRI hari ini, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote, tidak terjadi begitu saja, tapi terwujud lewat pergulatan panjang dan penuh perjuangan segenap komponen bangsa.

Meski sejarah Mataram Kuno sampai era kerajaan Majapahit pernah memiliki pencapaian penyatuan Nusantara, bahkan hingga ke sejumlah wilayah Melayu, namun capaian itu lambat laun memudar dan akhirnya benar-benar ambyar ketika kemudian Nusantara memasuki era kolonialisme-imperialisme baik zaman dijajah Inggris, Portugis, Belanda hingga Jepang.

Di masa kolonialisme-imperialisme itu Nusantara seakan memasuki lorong gelap tak berujung. Kedigdayaan kerajaan-kerajaan Nusantara sirna dan dipaksa bertekuk lutut dibawah kokangan senjata bangsa asing.

Selama berabad-abad, potensi kekayaan alam Nusantara menjadi ladang subur yang mampu melibatgandakan pundi-pundi bangsa penjajah. Bangsa kita menjadi budak di negerinya sendiri. Sungguh ironis.

Bangkitnya kesadaran nasionalisme bangsa Nusantara menuju negara merdeka mulai muncul kembali dengan lahirnya organisasi kebangsaan pertama Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Boedi Oetomo mengkonsolidasi kaum priyayi yang mulai tergugah wawasan kebangsaannya, menolak praktek kesewenang-wenangan bangsa barat dan mendorong kaum pribumi untuk mengeyam pendidikan sebagai kunci pembuka kesadaran.

Boedi Oetomo boleh jadi adalah kehendak alam agar bumi Nusantara kembali bangkit dari masa kegelapan. Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Seiring perjalanan waktu, gerakan kebangsaan berdikari kian membuncah dalam dada para pemuda Indonesia. Sehingga kemudian kesatuan-kesatuan pemuda dari berbagai daerah, seperti Jong Sumatera, Jong Kalimantan, Jong Java, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Bali dan lainnya menancapkan kesadaran bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu dalam gelaran agung Konggres Pemuda yang ditandai dengan ikrar bersejarah Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. 

Pada moment spesial itu seorang pemuda asal Purworejo Wage Rudolf Supratman menggesekkan biolanya mengumandangkan sebuah lagu yang kelak menjadi lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Rangkaian pencapaian spirit bangsa yang mandiri dan merdeka akhirnya tergenapi lewat Proklamasi Kemerdekaan RI pada Jumat Legi 17 Agustus 1945. Kediaman Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta (kini Museum Proklamasi) dan bendera Sang Saka Dwi Warna yang dijahit sendiri oleh Fatmawati, jadi saksi sejarah lahirnya bayi NKRI.

“Adalah tugas kita semua untuk menjaga keberlangsungan NKRI sebagai bangsa berdaulat berdasarkan idiologi Pancasila dengan semboyannya Bhinneka Tunggal Ika,” kata Widihasto.

Menurut Widihasto, aApa yang dicetuskan Raja Ngayogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X lewat Gerakan Indonesia Raya Bergema pada momentum Harkitnas 20 Mei 2021 merupakn bentuk untuk merawat, menjaga dan memelihara semangat nasionalisme rakyat Indonesia. Masyarakat diajak menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya setiap pukul 10.00 pagi. Tujuannya untuk mengingatkan kita atas komitmen sebagai bangsa yang dijiwai rasa Ketuhanan, rasa Kemanusiaan dan rasa keadilan.

Upaya ini menemukan relevansinya ketika NKRI kini menghadapi berbagai ancaman disintegrasi bangsa akibat dampak persaingan global yang diam-diam menerapkan proxy war melalui berbagai model politik identitas. Gerakan itu mesti kita lawan. Kita mengapresiasi dorongan masyarakat DIY yang pekan lalu mengajak DPRD DIY meneken komitmen bersama menolak idiologi Khilafah yang ingin mengganti Pancasila. Kiranya gerakan-gerakan semacam ini perlu terus digencarkan. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *