beritabernas.com – Berdasarkan hasil analisis tren sentimen menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2024, sentimen negatif terhadap Kurikulum Merdeka sangat mendominasi, terutama pada aspek P5 dan PMM. Sementara tren sentimen positif meningkat pada momen-momen tertentu, seperti pelaksanaan ANBK pada RP dan aksi nyata pada PMM, yang mendapat apresiasi karena efisiensi dan relevansinya.
“Penurunan sentimen di akhir tahun disebabkan karena berakhirnya semester ganjil, yang mengurangi tekanan administratif dan beban kerja bagi guru dan siswa,” kata Andi Wafda, Mahasiswa Program Studi Informatika, Program Magister FTI UII kepada wartawan dalam jumpa pers secara daring melalui zoom meeting pada Rabu 23 April 2025.
Hal ini merupakan hasil penelitian Andi Wafda dengan judul Aspect-Based Sentiment Analysis terhadap Cuitan Platform X tentang Kurikulum Merdeka Menggunakan IndoBERT yang dilakukan pada periode 1 Januari hingga 31 Desember 2024.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sentimen publik terhadap Kurikulum Merdeka dengan menerapkan Aspect Based Sentiment Analysis (ABSA). Data dikumpulkan dari platform X (dulu Twitter) menggunakan tools Tweet Harvest dengan keyword yang spesifik dan relevan terkait masing-masing aspek Kurikulum Merdeka yaitu Modul Ajar, Rapor Pendidikan, Platform Merdeka Mengajar (PMM) dan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Menurut Andi Wafda, temuan ini dapat menjadi panduan bagi pemangku kebijakan dalam mengevaluasi dan menyempurnakan implementasi Kurikulum Merdeka. Fokus utama perbaikan perlu diarahkan pada peningkatan dukungan teknis, penyederhanaan beban kerja guru dan siswa serta pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan efektivitas dan penerimaan Kurikulum Merdeka di kalangan pengguna utama.

“Dengan langkah-langkah strategis yang tepat, diharapkan implementasi Kurikulum Merdeka dapat lebih optimal dan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di Indonesia,” kata Andi Wafda.
Dikatakan, temuan ini juga mengindikasikan bahwa masih ada berbagai tantangan dalam implementasi Kurikulum Merdeka yang perlu diperhatikan. Analisis sentimen dari platform X, yang merupakan media sosial tempat publik bebas menyampaikan opini, menunjukkan bahwa keluhan dan kritik terhadap kebijakan ini masih cukup tinggi.
Hal ini mencerminkan adanya kesenjangan antara kebijakan yang dirancang dengan harapan dan pengalaman nyata di lapangan. Oleh karena itu, meskipun Kurikulum Merdeka telah membawa sejumlah perubahan positif, evaluasi dan perbaikan berkelanjutan tetap diperlukan agar kebijakan ini dapat lebih efektif diterima dan diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan nyata di dunia pendidikan.
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang perlu dicatat. Pertama, keterbatasan dalam variasi dan ukuran dataset. Kedua, meskipun model IndoBERT yang digunakan telah menunjukkan kinerja yang baik, namun masih rentan terhadap konteks kalimat yang ambigu atau tumpang tindih antara kategori yang menyebabkan kesalahan klasifikasi.
Ketiga, keterbatasan waktu dan sumber daya komputasi yang dibutuhkan untuk menguji semua kombinasi hyperparameter, yang memungkinkan adanya kombinasi hyperparameter yang lebih optimal yang tidak terdeteksi. Keterbatasan-keterbatasan ini perlu diperhatikan lebih lanjut untuk dievaluasi agar dapat meningkatkan model yang digunakan.
Namun, secara keseluruhan penelitian ini menegaskan bahwa IndoBERT efektif dalam menganalisis aspek dan sentimen terkait Kurikulum Merdeka dan memberikan wawasan berharga mengenai persepsi publik dan pola tren sentimen sepanjang tahun 2024.
Menurut Andi Wafda, perubahan kurikulum kembali terjadi dengan hadirnya Kurikulum Merdeka yang bertujuan mengatasi learning loss di dunia pendidikan. Implementasi kurikulum ini memicu berbagai respon, dukungan berupa kebebasan bagi guru untuk berinovasi, fokus pada materi esensial, pembelajaran bervariasi, dan mengembangkan kreativitas siswa.
Namun, kritik juga muncul terkait banyaknya pendidik yang belum memahami konsep kurikulum baru, kekhawatiran orangtua dan beban proyek yang mengurangi waktu istirahat siswa. Analisis terhadap respons ini penting untuk memberikan masukan dan meningkatkan kebijakan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sentimen publik terhadap Kurikulum Merdeka dengan menerapkan Aspect Based Sentiment Analysis (ABSA).
Data dikumpulkan dari platform X (dulu Twitter) menggunakan tools Tweet Harvest selama periode 1 Januari-31 Desember 2024, dengan keyword yang spesifik dan relevan terkait masing-masing aspek Kurikulum Merdeka yaitu Modul Ajar, Rapor Pendidikan, Platform Merdeka Mengajar (PMM) dan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Data yang terkumpul kemudian dilakukan pra-processing, filtering, refinement hingga pelabelan data. Total dataset yang valid terdiri dari 22.780 tweet, dengan 14.313 tweet digunakan dalam pemodelan, dengan distribusi seimbang untuk setiap aspek dan kategori sentimen. Selanjutnya, model ABSA dibangun menggunakan IndoBERT dengan fine-tuning dan dievaluasi menggunakan data latih, validasi, dan uji dengan rasio 80:10:10.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model klasifikasi aspek mencapai nilai presisi, recall, skor F1 dan akurasi sebesar 99%. Sedangkan model klasifikasi sentimen mencapai nilai presisi, recall, skor F1 dan akurasi sebesar 86%.
Pendekatan ABSA berhasil menghubungkan sentimen tertentu dengan aspek-aspek spesifik. Analisis mengungkapkan bahwa sentimen negatif mendominasi pada aspek P5 dan PMM, yang mencerminkan kritik terkait beban kerja, kendala teknis, dan tantangan implementasi. Sebaliknya, Modul Ajar dan Rapor Pendidikan menunjukkan distribusi sentimen yang lebih seimbang. Model ABSA yang dikembangkan diharapkan dapat dipakai untuk melakukan monitoring dan memberikan gambaran umpan balik untuk pengembangan kebijakan ke depan, khususnya pada konteks Kurikulum Merdeka.

Menurut Wafda, penelitian ini berhasil membangun model Aspect-Based Sentiment Analysis (ABSA) untuk menganalisis sentimen publik terhadap aspek Modul Ajar, Rapor Pendidikan, Platform Merdeka Mengajar, dan Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka yang dikumpulkan melalui platform X pada rentang waktu 1 Januari-31 Desember 2024.
Setelah melalui proses pra-pemrosesan dan penyeimbangan data, sebanyak 14.313 data digunakan untuk melatih model. Model IndoBERT yang digunakan dalam klasifikasi aspek menunjukkan performa yang sangat baik dengan skor akurasi, presisi, recall, dan F1-score rata-rata sebesar 99%, sementara model untuk klasifikasi sentimen juga menunjukkan hasil yang memuaskan dengan skor akurasi, presisi, recall, dan F1-score rata-rata sebesar 86%.
“Temuan ini menunjukkan efektivitas transfer learning dengan IndoBERT sebagai pendekatan yang kuat untuk analisis sentimen berbasis aspek pada data tweet berbahasa Indonesia,” kata Wafda.
Menurut Wafda, penerapan Aspect-Based Sentiment Analysis (ABSA) berhasil menghubungkan sentimen dengan aspek spesifik, memberikan wawasan yang lebih mendalam terhadap opini publik. Dari total 22.780 tweet yang dikumpulkan sepanjang tahun 2024, hasil ABSA menunjukkan bahwa sentimen negatif mendominasi (42%), diikuti oleh sentimen netral (41%) dan sentimen positif (17%).
“P5 menjadi aspek dengan tingkat sentimen negatif tertinggi. sementara Modul Ajar, PMM dan Rapor Pendidikan memiliki persepsi yang lebih seimbang, meskipun tetap terdapat kritik atau masukan yang perlu diperhatikan,” kata Wafda.
BACA JUGA:
- UII Kembali Meluluskan Mahasiswa Program Studi Profesi Arsitek
- Aplikasi WAVE Mobile Communicator di Ponsel Motorola LEX L11 Jamin Keamanan Komunikasi TNI
- Multimedia Forensik Berperan Penting dalam Investigasi Cybercrime untuk Mengungkap Bukti Digital
Sementara Ir Irving Vitra Paputungan ST MSc PhD, Ketua Program Studi Informatika, Program Magister FTI UII yang didampingi Dhomas Hatta Fudholi ST M.Eng Ph.D, Dosen Pembimbing dan Ketua Program Studi Informatika, Program Sarjana FTI UII, mengatakan, apa yang dihasilkan Andi Wafda merupakan pencapaian luar biasa untuk menyelesaikan Studi S2 Magister Komputer di Program Studi Informatika, Program Magister FTI UII dengan predikat sempurna, IPK 4.0.
“Ini sebuah capaian dari hasil kerja keras, dedikasi dan semangat pantang menyerah yang luar biasa. Tidak mudah menempuh perjalanan akademik di tingkat pascasarjana, apalagi mampu meraih nilai yang begitu membanggakan,” puji Irving Vitra Paputungan.
Ia berharap pencapaian ini menjadi awal dari kesuksesan yang lebih besar lagi di masa depan, baik dalam dunia profesional maupun kontribusi bagi dunia industri dan masyarakat.
Menurut Irving, keberhasilan ini tentu bukan hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga menginspirasi banyak orang di sekitar Andi Wafda. “Semoga gelar yang diraih bisa menjadi bekal yang kuat untuk terus berkarya, berinovasi dan memberikan dampak positif di masyarakat. Sekali lagi, selamat atas prestasi gemilang ini, teruslah menjadi sosok yang menginspirasi dan membanggakan,” harap Irving. (lip)
There is no ads to display, Please add some