SMP Eksperimental Mangunan Menerapkan Konsep Pembelajaran Warisan Romo Mangun

beritabernas.com – SMP Eksperimental Mangunan menerapkan konsep pembelajaran warisan Romo YB Mangunwijaya atau Romo Mangun yakni pendidikan berbasis eksperimentasi.

SMP Eksperimental Mangunan yang beralamat di Dusun Cupuwatu 2, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman ini pertama kali menerima siswa baru pada tahun 2018.

BACA BERITA TERKAIT: Festival Literasi, SMP Eksperimental Mangunan Angkat Tema Merawat Bumi Melestarikan Hidup

Dengan basis eksperimentasi, sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Dianamika Edukasi Dasar yang didirikan oleh Romo Mangun ini berbasis eksperimentasi. Yakni, setiap anak diberikan kebebasan untuk mencoba dan mengalami berbagai proses kehidupan yang ada di sekitarnya, termasuk berbagai permasalahan yang muncul.

Siswa SMP Eksperimental Mangunan kegiatan Puncak Festival Literasi. Foto: Istimewa

“Dengan konsep ini sumber belajar anak tidak terbatas pada buku dan guru tetapi juga dari berbagai literasi yang ada di sekitarnya, mulai dari literasi pustaka, ekologi dan sosial. Dengan sumber belajar yang sedemikian luas, setiap anak ditantang untuk selalu melakukan eksplorasi di awal proses pembelajaran,” kata August Windu Aji, Wakasek Humas SMP Eksperimental Mangunan dalam rilis yang dikirim kepada media, termasuk beritabernas.com, Kamis 6 April 2023.

Menurut August Windu Aji, setelah melakukan eksplorasi dan menemukan permasalahan yang ada, anak-anak sampai pada tahap kreasi, yaitu menggagas solusi dari permasalahan yang ditemukan. Solusi ini bisa bermacam-macam bentuknya, seperti dalam bentuk karya tulis, produk tertentu, karya seni, dan banyak bentuk kreasi lainnya.

Buku karya siswa SMP Eksperimental Mangunan. Foto: Istimewa

Anak-anak juga dibiasakan untuk mempertanggungjawabkan gagasan dan ide yang dimunculkannya. Mereka mempertanggungjawabkan dalam sebuah forum Sidang Retorika. Forum ini dibuat bukan hanya untuk mempresentasikan hasil kreasi tetapi bahkan sejak proses awal merencanakan kreasinya.

“Seluruh proses belajar ini dikemas dalam sebuah proyek pembelajaran atau lebih dikenal dengan Project Based Learning (PjBL). Dengan format proyek inilah anak dikondisikan untuk berkembang secara optimal sesuai dengan potensi, bakat, dan minatnya masing-masing dalam suasana yang menggembirakan,” kata Windu Aji.

Siswa SMP Eksperimental Mangunan mengikuti kegiatan puncak Festival Festival Literasi. Foto: Istimewa

Sebagai puncak dari kegembiraan belajar melalui proses PjBL inilah diselenggarakan Puncak Festival Literasi. Selain sebagai tempat untuk mempertanggungjawabkan karya yang dibuat, kegiatan ini juga untuk melatih kepercayaan diri dan keberanian berbicara anak-anak.

Melalui ajang ini anak-anak juga diberikan ruang untuk saling belajar dan mengapresiasi karya, memberikan masukan, kritikan, dan saran sehingga dalam proses selanjutnya mereka belajar untuk saling terbuka terhadap penilaian dan pandangan dari orang lain. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *