Srawung Orang Muda Lintas Agama, Momen Belajar jadi Pejuang Persaudaraan dan Pembawa Damai

beritabernas.com – Acara Srawung Orang Muda Lintas Agama yang diadakan oleh Kevikepan Yogyakarta Timur bekerjasama dengan Keuskupan Agung Semarang (KAS) dan Pembimas Katolik Kementeriaan Agama DIY menjadi kesempatan para peserta untuk belajar tentang apa arti menjadi pejuang persaudaraan dan menemukan cara-cara menjadi pembawa damai di era sekarang.

Acara yang berlangsung sejak Jumat 5 Agustus hingga Sabtu 6 Agustus 2022 di Wisma Salam Muntilan, Jawa Tengah ini diikuti 50-an Orang Muda Lintas Iman dari agama Katolik, Islam, Hindu, Buddha, Kristen, Khonghucu dan aliran kepercayaan Sapta Darma.

Baca berita terkait:

Ada tiga acara utama yang dilakukan dalam acara itu, yakni belajar dari 3 narasumber, workshop persaudaraan dan pentas seni dan keakraban.

Tiga narasumber yang berbicara adalah Wahyu Utomo dari Wihara Mendut, Romo Martinus Joko Lelono, Pr (Ketua Komisi Hubungan antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan Yogyakarta Timur) dan Ag Irawan (wartawan dan praktisi media di Yogyakarta).

Suasana acara Srawung Orang Muda Lintas Agama di Wisma Salam Muntilan, Jawa Tengah. Foto: Istimewa

Bersama Wahyu Utomo, para peserta belajar meditasi dan kesadaran bahwa kedamaian dimulai dari diri sendiri. Sementara bersama Romo Joko, mereka belajar tentang kebanggaan sebagai orang Indonesia dengan berbagai macam problem identitas di dalamnya, termasuk soal identitas agama.

Mereka sepakat bahwa identitas utama yang menyatukan adalah identitas sebagai manusia dan dalam konteks Indonesia. Identitas itu adalah identitas sebagai putra-putri Ibu Pertiwi, Indonesia. Sementara Irawan mengajarkan tentang bagaimana menulis, terutama di media sosial, guna menjadi duta perdamaian.

Dalam workshop persaudaraan, peserta bersama-sama menyiapkan video pendek tentang persaudaraan yang diharapkan bisa menjadi kontribusi untuk menjaga persaudaraan di Indonesia. Selanjutnya mereka juga mulai memikirkan tentang bagaimana orang muda bisa semakin hari semakin berkontribusi untuk kedamaian di tengah masyarakat.

Para pesert cara Srawung Orang Muda Lintas Agama dengan serius menyimak materi yang disampaikan narasuber di Wisma Salam Muntilan, Jawa Tengah. Foto: Istimewa

Acara kebersamaan dilakukan dalam bentuk pentas seni dengan tema Berani Bergaul, Berani Berperan. Ke depan komunitas ini diharapkan tetap menjadi komunitas yang bekerja bersama untuk berkontribusi dalam menjaga persaudaraan di Indonesia.

Dalam acara tersebut, beberapa peserta memberikan pesan dan kesan-kesan tentang acara Srawung Orang Muda Lintas Iman ini. Dharma dari Pemuda Hindu Banguntapan, misalnya, mengaku mendapatkan makna tentang keberagaman umat beragama dan bertemu dengan teman-teman yang berbeda.

Sementara Made Arya dari Pemuda Hindu Banguntapan mengaku acara ini menyenangkan. “Mungkin hanya di sini kita bisa saling bertukar pikiran antara umat yang satu dengan yang lainnya,” katanya.

Sedangkan Riski dari pemuda Hindu Banguntapan mengaku sempat ketakutan pas awal datang ke dalam acara tersebut karena masih belum saling mengenal. Namun, setelah ikut acara selama 2 hari, ternyata teman-teman yang ikut acara kemah Lintas Agama ini sangat humble, ramah, mudah untuk diajak komunikasi dan berteman sehingga nanti bisa menambah relasi dan sharing-sharing ke depan.

Agnes Desta Natalia Asmaningrum dari Paroki St Petrus dan Paulus Babadan mengaku takut tidak punya teman, apalagi ia paling susah bertemu dengan teman baru. Namun, setelah datang ketemu dengan teman-teman kamar bergabung, mereka merangkul.

Acara Srawung Orang Muda Lintas Agama di Wisma Salam Muntilan, Jawa Tengah. Foto: Istimewa

“Teman-teman juga merangkul saya, jadinya saya gak takut. Baru kali ini bisa dapat teman sebanyak ini. Dari teman-teman yang berbeda saya jadi lebih tahu tentang ajarannya. Salah satunya teman-teman Sapta Darma dan kepercayaan serta cara ibadahnya. Saya belajar dari mereka,” kata Agnes.

Sedangkan Tri Uliarta Manalu dari Komisi Kerasulan Mahasiswa Kevikepan Yogyakarta Timur mengatakan, yang ia pelajari itu tentang lintas iman. Ia menemukan ada kepercayaan Sapta Darma yang percaya diri untuk berbagi tentang ibadahnya. Ia tidak merasa minder dan tidak ada ketakutan yang diperkirakan. Mereka berani mengungkapkan iman mereka. Sementara yang Islam itu beda-beda, ada yang menutup diri.

Gaby Anjani dari Komunitas Srawung Yogyakarta mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan dengan baik untuk memupuk persatuan dan persaudaraan antar umat beragama dalam lingkungan generasi muda. “Ini asik banget!” kata Gaby. (lip)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *