beritabernas.com – Anggota DPRD DIY dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dr R Stevanus Christian Handoko menanggapi rencana pemerintah pusat yang akan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertalite dan Solar subsidi dalam waktu dekat.
Menurut Dr R Stevanus, keputusan pemerintah pusat tersebut perlu benar-benar menghitung effect dari kenaikan BBM di semua wilayah karena saat ini berbagai wilayah sedang proses recovery pasca terpaan pandemik Covid-19 yang hingga saat ini belum selesai.
“Strategi untuk menekan gejolak di masyarakat dengan mengelontorkan bansos cukup tepat. Mengubah penerima subsidi BBM kepada pihak yang benar membutuhkan, namun harus dipastikan bahwa penerima bantuan merupakan warga dengan kategori yang memang perlu mendapatkan bantuan,” ujar Dr R Stevanus
Menurut Dr R Stevanus, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu bersinergi agar bantuan yang diberikan tepat sasaran. Transformasi digital dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi tidak dapat dihindarkan agar data penerima dapat terkontrol dan terverifikasi dengan baik guna tidak terjadi data ganda ataupun warga tidak menerima bantuan.
“Dan alangkah baiknya jika penyaluran bansos yang digunakan untuk bantalan sosial penting bagi masyarakat dilakukan sebelum harga BBM naik,” kata Dr R Stevanus.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pemerintah akan menambah jumlah anggaran bantuan sosial (bansos) sebanyak Rp 18,6 triliun sehingga total anggaran yang akan dikeluarkan mencapai Rp 431,5 triliun.
Menurut Sri Mulyani, tambahan ini akan disalurkan untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada 20,65 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM). Tambahan ini dimaksudkan untuk meringankan beban masyarakat di tengah gejolak harga pangan dan komoditas.
Adapun dananya bersumber dari program penanganan penanganan pandemi COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC PEN). Namun, hingga saat ini, pemerintah belum memastikan kapan penyalurannya. (lip)
There is no ads to display, Please add some