Kegiatan Wlampah Ziarah dari Tugu Jogja ke Sedangsono Ikut Menggerakkan Ekonomi Rakyat

beritabernas.com – Mlampah ziarah atau ziarah dengan jalan kaki dari Tugu Jogja ke Gua Maria Sendangsono, Kalibawang, Kulonprogo, DIY berlangsung setiap bulan sejak 24 Juli 2025 hingga Desember 2025.

Mlampah ziarah yang lebih dikenal dengan Walking Marathon de Sendangsono (WMSS) dengan titik start Tugu Jogja ini sangat diminati banyak umat Katolik yang rindu ziarah dengan jalan kaki seperti tahun 1990-an ke bawah. Sejak digelar 24 Juli 2025 lalu hingga September 2025, jumlah peserta terus meningkat.

Baca juga:

Jika pada awal kegiatan yang digagas dan diprakarsai oleh Roni Romel selaku Ketua Komunitas Mlampah Ziarah (KMZ) bersama kawan-kawan sekaligus sebagai penyelanggara, jumlah peserta WMSS selalu meningkat. Jika pada WMSS#1 atau edisi pertama pada 24 Juli 2025 diikut 50 peserta, maka pada WMSS#2 yang dilaksanakan pada 24 Agustus 2025 diikuti 150 peserta atau jumlah peserta 3 kali lipat. Kemudian, pada WMSS#3 tanggal 28 September 2025 diikuti 174 peserta.

Untuk WMSS#4 yang akan dilaksanakan pada 26 Oktober 2025 ditargetkan minimal 300 peserta. Target ini diperkirakan akan tercapai bahkan bisa lebih mengingat pelaksanaan WMSS#4 bertepatan dengan Bulan Rosario dimana dalam tradiri Gereja Katolik, umat Katolik berziarah ke Gua Maria, termasuk Gua Maria Sendangsono, untuk devosi atau menghormati Bunda Maria, Ibu Yesus.

Mlampah ziarah atau WMSS yang lebih fokus sebagai kegiatan rohani tersebut secara tidak langsung juga ikut menggerakkan ekonomi rakyat, terutama di sepanjang jalan yang dilalui, meskipun kecil. Sebab, meski penyelenggara-dalam hal ini Komunitas Mlampah Ziarah-tidak memungut biaya satu sen pun dari peserta, namun peserta tetap mengeluarkan biaya mandiri sejak dari rumah hingga pulang lagi ke rumah. Dalam hitungan kasar, setiap peserta mengeluarkan biaya minimal Rp 100 ribu setiap kali ikut WMSS.

Ketua Komunitas Mlampah Ziarah (KMZ) Roni Romel di depan peserta WMSS@3. Foto: Dok panitia

Mari kita hitung. Sebelum berangkat, khususnya mulai WMSS#3, setiap peserta wajib memiliki surat keterangan sehat dari dokter, klinik atau Puskesmas. Untuk mendapatkan surat keterangan sehat tersebut, peserta mengeluarkan biaya minimal Rp 20.000 per orang. Dengan demikian, dari 174 peserta WMSS#3 kali Rp 20.000 mencapai Rp 3.480.000.

Kemudian, biaya transpor dari rumah ke Tugu Jogja menggunakan ojek online, baik sepeda motor maupun mobil, minimal rata-rata Rp 20.000 per kendaraan. Katakan dari 174 peserta WMSS#3 ada 100 orang yang menggunakan ojek online maka 100 peserta kali Rp 20.000 sama dengan Rp 2 juta.

Selain itu, sejak dari rumah atau di sepanjang rute yang dilalui, setiap peserta pasti membeli minuman dan makanan kecil. Katakan setiap peserta rata-rata mengeluarkan Rp 30.000 untuk beli minum dan makanan ringan maka 174 peserta kali Rp 30.000 sama dengan Rp 5.220.000. Belum lagi bila peserta makan besar, baik sarapan atau makan siang di jalan maupun di Sendangsono, maka biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi bisa lebih dari Rp 30.000 per orang.

Kemudian, untuk biaya transportasi menggunakan shuttle dari Sedangsono ke Tugu Jogja, setiap peserta mengeluarkan biaya sekitar Rp 48.750. Pada WMS#3, sebanyak 80 peserta yang menggunakan 13 jasa shuttle dari Sendangsono ke Tugu Jogja. Biaya per shuttle Rp 300 ribu dikalikan 13 shuttle berarti total sebesar Rp 3.900.000 lalu dibagikan kepada 80 orang maka tiap orang mengeluarkan biaya Rp 48.750 untuk ongkos shuttle.

Peserta WMSS#3 foto bersama sebelum start dari Tugu. Foto: Dok panitia

Selanjutnya, bila 100 peserta menggunakan ojek online lagi dari Tugu Jogja ke rumah dengan rata-rata Rp 20.000 per peserta, maka 100 orang kali Rp 20.000 sama dengan Rp 2 juta.

Dengan demikian, total uang beredar dari peserta MWSS sejak berangkat dari rumah hingga kembali lagi ke rumah masing-masing sebesar Rp 16.600.000. Angka ini diperkirakan bisa lebih besar lagi karena penyelenggara juga mengeluarkan biaya untuk keperluan peserta, seperti untuk membuat papan petunjuk jalan, buah-buahan di checkpoint 2 dan 3, membuat emblem WMSS dan sebagainya.

Ini hanya dalam sehari atau hanya sekali kegiatan WMSS. Dengan hitungan kasar tersebut, diakui atau tidak, kegiatan MWSS yang diadakan oleh Komunitas Mlampah Ziarah pimpinan Roni Romel, tidak hanya melulu kegiatan rohani tapi juga berdampak pada upaya menggerakkan ekonomi rakyat, terutama di sepanjang rute yang dilalui. (philipus jehamun)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *