beritabernas.com – Ensiklik atau surat resmi dari Paus Fransiskus yang mengajak umat Katolik di dunia untuk semakin mencintai alam ciptaan Tuhan kini sudah berusia 10 tahun. Namun, ensiklik itu belum sepenuhnya dijalankan atau dilaksanakan oleh umat Katolik di seluruh dunia, termasuk di Indonesia khususnya di Jogja. Karena itu, umat Katolik diajak untuk melaksanakan ensiklik itu untuk semakin peduli merawat bumi dengan tindakan nyata, bukan sekadar retorika belaka.
Baca juga:
- Membuat Ecoencyme, Langkah Kecil Paguyuban Banyu Urip Gereja Babadan Merawat Bumi
- Bank Sampah Go Green Cupuwatu Mengolah Sampah Plastik Menjadi BBM
- Kesadaran Masyarakat Menjadi Faktor Kunci dalam Pengurangan Sampah
Sebuah hasil survei kecil-kecilan yang dilakukan Komisi Keadilan Perdamaian Keutuhan Ciptaan (KPKC) Kevikepan Jogja Timur tentang perilaku kehidupan umat yang mengikuti ensiklik Laudato ‘Si menunjukkan hasil yang kurang menggembirakan. Para responden merupakan calon peserta workshop peringatan 10 tahun Laudato ‘Si di Rumah Pengolahan Sampah Plastik dengan Teknologi Pirolisis Cupuwatu II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Minggu 21 September 2025.
Anastasia Kiki dari Komisi KPKC Kevikepan Jogja Timur yang membacakan hasil survey itu mengungkapkan, baru 38,9 persen gereja kadang-kadang atau hanya sebulan sekali menyampaikan homili, katekese, kegiatan pewartaan atau menyampaikan pesan tentang tanggungjawab manusia terhadap lingkungan. Sementara 33,3 persen sering atau 2-3 kali dalam sebulan menyampaikan pesan yang sama dan hanya 16,7 persen yang sangat sering atau hampir tiap minggu menyampaikan pesan itu. Dan 11,1 persen sangat jarang atau hanya 2 kali dalam setahun.

Sementara itu, sebanyak 55,6 persen paroki kadang-kadang menggunakan ensiklik Laudato ‘Si sebagai bahan pewartaan atau evangelisasi kepada masyarakat luas, sebanyak 22,2 persen menyampaikan secara rutin dan terstruktur, 13,9 persen jarang sekali dan 8,3 persen mengaku tidak tahu.
Selain itu, sebanyak 50 persen komunitas di paroki (OMK, PIA, PIR, paguyuban ibu-ibu dan lain-lain) belum memiliki program bersama, baru 36,1 persen komunitas aktif dalam kegiatan peduli lingkungan, dan 13,9 persen komunitas sama sekali tidak punya program bersama.
Kemudian, hanya 19,4 persekutuan umat di paroki sangat kuat, saling mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan peduli lingkungan, 36,1 persen sedang atau hanya sebagian umat yang mendukung serta 38,9 persen cukup kuat atau mayoritas umat mendukung kegiatan peduli lingkungan.
Sementara dalam perayaan liturgi, 61,1 persen ada doa khusus untuk lingkungan hidup, terutama pada momen khusus pada hari lingkungan hidup, 22,2 persen kadang-kadang doa untuk lingkungan hidup dan jarang mendoakan 8,3 persen.
Terkait penrapan praktek ramah lingkungan dalam pelaksanaan liturgi, seperti mengurangi penggunaan plastik dan kertas, menggunakan bahan-bahan alami, sebanyak 36,1 persen sudah menerapkan banyak praktek ramah lingkungan dan 36,1 persen juga sudah menerapkan beberapa praktek ramah lingkungan serta 25 sudah mulai menerapkan sedikit praktek ramah lingkungan.
Mengenai apakah pelayanan sosial di paroki mencakup program-program peduli lingkungan untuk masyarakat sekitar, 50 persen menjawab memiliki beberapa program, 27,8 persen menjawab memiliki banyak program pelayanan sosial lingkungan, 13,9 persen menjawab tidak tahu dan 8,3 persen mengaku tidak ada program pelayanan sosial lingkungan di parokinya.
Sementara apakah paroki Anda melayani keluarga miskin dengan pendekatan yang peduli lingkungan, seperti bantuan bibit tanaman, pelatihan pertanian organik dan sebagainya, sebanyak 38,9 persen menjawab cukup aktif dengan beberapa program ramah lingkungan, 25 persen menjawab kadang-kadang memberikan bantuan ramah lingkungan, 13,9 persen mengaku tidak tahu, 11,1 persen mengaku tidak ada bantuan sosial ramah lingkungan dan 8,3 persen mengaku jarang ada bantuan ramah lingkungan.
Sementara terkait seberapa aktif umat di paroki memberikan kesaksian hidup peduli lingkungan di tengah masyarakat, sebanyak 44,4 persen umat cukup aktif, 25 persen mengaku sedang atau hanya beberapa umat saja, 16,7 persen menjawab kurang aktif dalam memberikan kesaksian lingkungan dan 11,1 persen menjawab sangat aktif atau banyak umat yang memberikan teladan.

Kemudian, terkait advokasi atau gerakan pembelaan lingkungan di paroki masing-masing, sebanyak 36,1 persen cukup terlibat dalam gerakan advokasi lingkungan, 22,2 kadang-kadang terlibat jika ada gerakan advokasi lingkungan, 13,9 persen sangat terlibat aktif dalam berbagai gerakan advokasi lingkungan dan hanya 8,3 persen jarang terlibat dalam advokasi lingkungan.
Dengan hasil tersebut, Komisi KPKC mengharapkan paroki-paroki untuk melanjutkan dan meningkatkan kepedulian umat dalam mewujudkan paroki hijau atau kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Workshop kali ini diikuti umat dari seluruh paroki yang ada di Kevikepan Jogja Timur. Materi workshop berupa pengolahan sampah plastik dengan mesin pirolisis disampaikan oleh Fransiska Dani, Pemimpin Pusat Pengolahan Sampah Plastik Cupuwatu, merawat sungai disampaikan oleh AG Irawan dan gereja hijau disampaikan oleh Drs P Kianto Atmodjo MSi dari UAJY. Workshop dibuka oleh Agustinus Sumaryoto, Ketua Komisi KPKC Kevikepan Yogyakarta Timur. (lip)
There is no ads to display, Please add some