beritabernas.com – Kota Jogyakarta dan sekitarnya, yang dikenal tentrem, adem dan ayem, seringkali terusik. Tiba-tiba terjadi kekerasan di jalanan. Pelaku kekerasan ini seringkali disebut sebagai klitih.
Klitih adalah sebutan bagi kumpulan remaja dari sekolah tertentu yang berkeliaran di jalanan, mencari mangsa sesama remaja SMA/SMK dari sekolah lain yang dianggap sebagai musuh. Jika ditemukan, maka di-bully-lah mereka. Bullying atau perundungan ini sering menimbulkan korban meninggal dunia.
Menyimak kepanjangan klitih, terkesan kumpulan remaja ini mempunyai perilaku yang mengerikan. Klitih, singkatan dari Kliling Golek Getih (berkeliling cari darah). Pelaku klitih adalah genk sekolah dari SMA dan SMK di DIY.
Ada satu sekolah dimana sebagian siswa seringkali terlibat dalam tawuran. Di kawasan Sleman dan sekitarnya, jika terjadi tawuran, seringkali masyarakat mengarahkan pandangan pada genk siswa sekolah ini.
Para lulusan sekolah ini membentuk satu organisasi. Yang bergabung dalam organisasi ini kebanyakan adalah mantan genk sekolah, yang pada waktu masih bersekolah banyak terlibat dalam tawuran. Jumlah anggota lumayan banyak, sekitar 500 orang. Organisasi ini bernama Alumni Gayeng. Ketua Alumni Gayeng saat ini adalah Donni Andriyanto. Sedangkan anggota adalah para lulusan SMK Negeri 1 Seyegan. Anggota Alumni Gayeng seringkali disebut Bosse atau Bocah Seyegan.
Alumni Gayeng adalah organisasi yang dibentuk lulusan atau alumni SMK N Seyegan. Dibentuk dengan tujuan mewadahi para lulusan dan mengadakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Dyah Puspita Sari, seorang mantan bodyguard, yang menjadi pengusaha dan aktivis di bidang olahraga tarung drajat, bersedia menjadi Pembina Alumni Gayeng. Perempuan yang akrab disapa Pita ini beralasan, sebuah organisasi seperti Alumni Gayeng membutuhkan dukungan dari luar untuk melakukan kegiatan yang positif dan bermanfaat untuk masyarakat.
BACA JUGA:
- Dyah Puspita Sari, dari Tarung Drajat ke Tarung Politik
- Cerita di Balik Rumah Bibi, Obrolan Ringan di Katolikana TV
Jadilah Dyah Puspita Sari menjadi Pembina Alumni sejak 24 Juli 2021. Sebagai Pembina Alumni Gayeng, Pita berusaha memberi edukasi tentang organisasi dan mengarahkan para anggota dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Kegiatan yang rutin diadakan adalah syawalan dan bakti sosial pada bulan puasa. Kegaitan lain berupa aksi-aksi kepedulian terhadap lingkungan dan bencana. Misalnya, mengadakan bakti sosial dan membantu korban gempa di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan ikut serta menangani bencana tanah longsor di Wonosari, Gunungkidul.
“Yang bergabung di Alumni Gayeng ini kan mantan siswa yang dikenal sebagai anggota genk sekolah yang hobi tawuran. Seringkali kami mentok di perijinan saat mau buat kegiatan. Dengan pendekatan dan mediasi ke pihak kepolisian, biasanya dapat berjalan baik,” tutur Pita, menyampaikan salah satu kendala dalam mengadakan kegiatan yang melibatkan Alumni Gayeng.
Pita adalah sosok yang bisa diterima di Alumni Gayeng. Menurut Pita, hal ini karena mereka (para pengurus dan anggota Alumi Gayeng) sudah sangat mengenal dirinya. “Kami mempunyai pemikiran yang sama. Menurut mereka saya mudah dimintai tolong dan membantu mereka dalam memperbanyak relasi,” jelas Pita.
Selama dua tahun mendampingi Alumni Gayeng dalam berbagai kegiatan, Caleg PDIP untuk DPRD Tingkat II Kabupaten Sleman ini semakin melihat, para anggota Alumni Gayeng mempunyai potensi yang bisa dikembangkan dan diarahkan menuju kebaikan di masyarakat.
Ia berpesan agar para remaja, khususnya di Sleman, mengurangi aktivitas yang merugikan dan justru memperbanyak kegiatan yang positif. “Ikut sertalah membangun dan mendukung program pemerintah!” demikian ajakan dari Pita. (Anton Sumarjana)
There is no ads to display, Please add some