Agrowisata Pagilaran Butuh Pembenahan 

beritabernas.com – Agrowisata Pagilaran di Desa Keteleng, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang kini butuh pembenahan dan perhatian serius dari berbagai pihak. Sebab, kondisi agrowisata itu saat ini kurang terawat dengan baik.

Kondisi ini dikeluhkan oleh sejumlah pedagang di kompleks agrowisata Pagilaran, karena penghasilan mereka juga ikut menurun sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia sejak Maret 2020 hingga sekarang. Sebab, jumlah wisatawan yang terus menurun bila dibandingkan sebelum pandemi.

Melihat kondisi tersebut, Tim Penelitian Fundamental Unsoed, yang dipimpin oleh Pakar Pemberdayaan  Dr Adhi Iman Sulaiman SIP MSi melakukan kajian terhadap agrowisata Pagilaran di Kabupaten Batang dan agrowisata Gunungsari di Kopeng, Kabupaten Semarang sejak Jumat hingga Minggu (28-30/7/2023). 

Ketua Paguyuban Pedagang Agrowisata Pagilaran (PPAP), Waluyo (58) menunjukkan sling baja flying fox yang rusak dan tidak berfungsi lagi. Foto: prasetyo

Dengan dibantu mahasiswa S1 dan S2 Unsoed, Adhi Iman Sulaiman melakukan observasi, penyebaran angket dan wawancara kepada 40 responden, terdiri warga setempat, pedagang, wisatawan dan pengelola.

Setelah dilakukan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa kondisi agrowisata Pagilaran kini membutuhkan revitalisasi. Karena banyak fasilitas wisata yang rusak, di antaranya kolam renang yang penuh berisi sampah, sling baja flying fox yang putus, rumah pohon yang sudah rapuh dan arena permainan anak, seperti ayunan dan jungkat jungkit  yang rusak. Bahkan, kini kondisinya gersang, karena sejak dua pekan lalu ada penebangan puluhan pohon pinus berusia tua. 

BACA JUGA:

“Untuk membangkitkan agrowisata Pagilaran, kini mendesak butuh pembenahan dan perhatian khusus dari berbagai pihak, pemilik lahan, Pemerintah Kabupaten Batang, swasta maupun  warga masyarakat setempat,”  ujar Adhi Iman Sulaiman ketika ditemui  di agrowisata Pagilaran, Sabtu 29 Juli 2023.

Agrowisata andalan Kabupaten Batang ini dulunya menawarkan pemandangan kebun teh yang sejuk, panorama pegunungan yang menawan dan banyak fasilitas wisata yang bisa menghibur pengunjung.

Adhi Iman menegaskan, saat ini pihaknya sedang melakukan riset yang dibiayai oleh Kemendikbud Ristek terhadap lima agrowisata  di Jateng, yakni agrowisata Kaligua di Brebes, Tambi di Wonosobo, agrowisata Gunungsari di Kopeng, Embung Cangkring di Kebumen, dan agrowisata Pagilaran di Batang. 

Rumah pohon yang kini kondisinya lapuk, sehingga membahayakan keselamatan wisatawan jika berada di sini. Foto: prasetyo

“Kami melakukan kajian melalui pendekatan Community Based Tourism (CBT) atau pariwisata berbasis komunitas. Dari riset ini ini kami ingin mengkonstruksi keterlibatan masyarakat dalam pengembangan agrowisata,” ujarnya.

Pengembangan agrowisata yang ideal, menurut Adhi Ima, adanya kolaborasi dan sinergi dalam strategi revitalisasi pengembangan agrowisata melalui pemberdayaan masyarakat antara pemerintah desa dan daerah, swasta, akademisi  dan media,” saran Adhi Iman.

Program pemberdayaan masyarakat, ujar Adhi Iman,  idealnya didesain dan dilaksanakan secara partisipatif tentang pelestarian lingkungan, seni budaya lokal, sosial, ekonomi dan kelembagaan masyarakat. (prasetyo)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *