beritabernas.com – Umat Katolik harus menjadi pemilih yang kritis dan cerdas dalam pemilihan kepala daerah (pilkada), pemilu legislatif dan pemilihan presiden-wakil presiden. Sebagai, pemilih yang cerdas dan kritis, sebelum memilih harus melihat rekam jejak calon yang akan dipilih dan kemampuan sang calon untuk menjadi pemimpin.
“Sebagai pemilih cerdas dan kritis, umat Katolik perlu mengetahui tentang rekam jejak calon, baik calon anggota DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, DPR RI dan DPD maupun pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Dengan melihat rekam jejak maka pemilih akan tahu kemampuan calon untuk menjadi wakil dan pemimpin ke depan,” kata Ranggabumi Nuswantoro S.Sos MA, Dosen Ilmu Komunikasi Fisipol UAJY, dalam sarasehan tentang Pemilu Damai dalam Perspektif Gereja Katolik di Aula Gereja Paroki St Petrus dan Paulus Babadan, Kalurahan Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Minggu 12 November 2023.
Dalam sarasehan yang dibuka oleh Wakil Ketua Dewan Pastoral Paroki Harian (DPPH) Titut Odong Kusumajati dengan moderator Dr Riawan Tjandra SH M.Hum itu, Ranggabumi Nuswantoro mengatakan, rekam jejak yang perlu diketahui dari seorang calon atau pasangan calon adalah tawaran ideologi dan program partai pengusung/pendukung.
BACA JUGA:
- Bagi Umat Katolik, Pemilu Bukan Sekadar Hak Tapi Kewajiban sebagai Warga Negara
- Ditunjuk sebagai Ketua Tim Pemenangan, Sumarjono Siap Memenangkan Amilatul Fadhilah
Selain itu, perlu diketahui partai-partai pengusung/pendukung dan memahami tawaran program calon atau pasangan calon. “Sebagai pemilih yang cerdas dan kritis, umat Katolik harus memilih pasangan calon Presiden/Wakil Presiden yang menjamin tegaknya dan dapat mengimplementasikan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika demi kesejahteraan bangsa dan masyarakat,” kata Ranggabumi Nuswantoro dalam sarasehan yang dihadiri ratusan pengurus lingkungan, pengurus wilayah dan pengurus DPPH Gereja Babadan itu.
Ranggabumi Nuswantoro mengatakan, keterlibatan umat Katolik dalam Pemilu 2024 adalah menggunakan hak pilih secara kritis dan cerdas, terlibat menjadi penyelenggara pemilu, terlibat menjadi bagian dari peserta pemilu, terlibat sebagai calon anggota legislatif dan eksekutif, terlibat menjadi pemantau dan bentuk-bentuk keterlibatan lainnya.
Sementara dalam kesimpulannya sebagai moderator, Dr Riawan Tjandra mengatakan bahwa Gereja Katolik sesungguhnya mempunyai ciri politis untuk membangun peradaban kasih yaitu bonum commune atau masyarakat yang sejahtera dalam peradaban kasih.
Karena itu, sebagai bagian dari warga negara, umat Katolik perlu menggunakan hak pilih dalam Pemilu dengan bersikap kritis melihat calon yang dipilih. Dengan bersikap kritis maka umat Katolik akan bisa mendapatkan pilihan sesuai dengan suara hati dan harapannya kita mendapatkan ganjaran. (lip)
There is no ads to display, Please add some