Balon Presiden 2024 dari Partai Nasdem Tanpa Nama Prabowo Subianto

Oleh: Saiful Huda Ems

beritabernas.com – Partai Nasdem telah mengumumkan nama bakal calon (Balon) Presiden 2024 dalam Rakernas Partai Nasdem di JCC Senayan Jakarta, 17 Juni 2022. Dari sejumlah nama Balon Presiden 2024 yang diumumkan oleh Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh tidak ada nama Prabowo Subianto

Dari sejumlah nama Balon Presiden 2024 yang diumumkan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh ada 3 nama sebagai bakal calon Presiden RI 2024 yang akan diajukan sebagai hasil rekomendasi dari Rakernas Nasdem tanpa ada nama Prabowo Subianto.

Ketiga nama tersebut merupakan hasil masukan dari seluruh utusan DPW Partai Nasdem yang dilanjutkan dalam musyawarah Steering Committee. Ketiga nama tersebut adalah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Andika Perkasa.

Nama Prabowo Subianto tidak ada dalam rekomendasi tersebut, padahal dalam berbagai survei, nama Prabowo Subianto berada di peringkat tiga besar selain Ganjar Pranowo dan Anies dalam perolehan angka popularitas dan elektabilitasnya.

Salah seorang teman wartawan dari salah satu media pun bertanya, mengapa hal itu bisa terjadi? Untuk menjawab pertanyaan itu, saya akan mencoba menguraikan masalahnya dengan mencermati peta politik mutakhir yang terus mengalami perkembangan secara pesat.

Pertama, para politisi dan masyarakat sepertinya mulai jengah dengan nama capres yang hanya itu-itu saja, dari mulai Pilpres 2009 hingga Pilpres 2019. Dalam kedu pilpres itu, nama Prabowo Subianto selalu muncul dalam bursa Capres/Cawapres. Apalagi jika ditarik dari tahun 2004, meskipun nama Prabowo Subinto tidak masuk dalam Capres definitif RI 2004, namun nama Prabowo saat itu masuk dalam urutan Capres dalam Konvensi Capres 2004 Partai Golkar, yang pada akhirnya pertarungan Konvensi Capres Partai Golkar 2004 itu dimenangkan oleh Wiranto.

Selanjutnya ketika hasil Konvensi Capres Partai Golkar ini ditarungkan dengan Capres yang diusung dari partai lain dalam Pilpres 2004, Wiranto kalah dengan SBY. Melihat kenyataan itu, nampaknya seluruh peserta Rakernas Partai Nasdem tidak bergairah lagi untuk mengusung nama Prabowo Subinto.

Kedua, dengan mengusung nama Anies dan Andika serta dengan tidak mengusung nama Prabowo Subinto oleh Surya Paloh bersama kader partainya, maka ini bisa pula dibaca sebagai bentuk siasat Surya Paloh yang ingin membubarkan kesepakatan diam-diam antara Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo yang sudah tercetus lama, sejak adanya Perjanjian Batu Tulis hingga Perjanjian Berlin, yang konon telah disepakati akan mengusung Pasangan Capres dan Cawapres dari Koalisi PDIP dan Gerindra.

Jika dalam Pilpres 2009 mereka mengusung Pasangan Capres Megawati dan Cawapres Prabowo, maka dalam Pilpres selanjutnya merek akan mengusung pasangan Capres Prabowo bersama Puan Maharani. Dan di Pilpres 2024 akan mengusung pasangan Capres Prabowo-Puan atau Ganjar-Anies. Di tahun 2014 dan 2019 kesepakatan perjanjian ini terhenti akibat desakan massa PDIP Pro Jokowi yang saat itu mendorong keras PDIP untuk mencapreskan Jokowi, yang kemudian terbukti sukses besar.

Surya Paloh dan Nasdemnya tentu merasa tidak akan terlalu diuntungkan jika sekenario politik Mega-Prabowo itu berjalan mulus, karenanya Surya Paloh bersama Nasdemnya memaksakan diri untuk mengajukan capresnya sendiri, yang siapa tahu manuver politiknya itu akan diikuti oleh partai politik lainnya. Dengan demikian Surya Paloh akan lebih bebas dan leluasa mengendalikan arah politik sesuai yang diinginkannya.

Surya Paloh selama ini memang diakui sebagai salah seorang “Dalang Politik” yang kuat selain Megawati dan Jusuf Kallaa. Namun para politisi pun tahu, Surya Paloh selama ini selalu kalah strategi dibanding Megawati, hingga akhirnya Surya Paloh frustasi dan segera menggandeng Anies Baswedan untuk dijagokan dan ditandingkan dengan capres jagoan Megawati, yakni Ganjar Pranowo atau setidaknya akan diduetkan dengannya sebagai Pasangan Capres-Cawapres 2024, menggusur Prabowo dan Puan Maharani.

Ketiga, selain Surya Paloh ada Jusuf Kalla di belakang Anies Baswedan, kedua saudagar kaya raya yang sudah lama keranjingan politik ini sudah lama peras otak untuk dapat mengusung Anies Baswedan sebagai Capres atau minimal Cawapres 2024. SBY menangkap sinyal politik ini sejak lama, karenanya SBY selalu berusaha mengajukan nama anak kesayangannya, yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk dipasangkan dengan Anies Baswedan.

Namun para politisi dan publik pun tahu bahwa AHY masih bocah kecil yang baru belajar berpolitik serta tidak layak jual, karena itu AHY terpaksa disuruh latihan pidato tanpa teks terlebih dahulu, dan SBY dipersilahkan terus berlatih melukis dan menciptakan album-album lagu terbaru

Ya, ini pertarungan politik yang akan sangat menarik sekaligus akan sangat menegangkan. Rakyat akan disuguhi kembali tontonan perang horizontal urat saraf antara pendukung Pancasila dan pendukung Khilafah, jika Anies Baswedan masih dipaksa untuk memasuki gelanggang, arena pertarungan Capres 2024.

Mudah-mudahan para pimpinan partai politik dapat mempertimbangkan kembali untuk sedapat mungkin bisa mencegah masuknya Anies dalam kontestansi Capres-Cawapres 2024. Sungguh terlalu beresiko sekali bagi persatuan dan kesatuan bangsa ini ke depan, jika masih saja ada Parpol yang mau mengusung Anies Baswedan menjadi Capres masa depan.

Mbak Mega dan para Ketum Parpol lainnya, mohon lakukan sebuah trobosan politik yang brilian, asal jangan ada Imin yang merangkul PKS seperti politisi yang tak berpendirian. (Saiful Huda Ems, Lawyer dan Pemerhati Politik)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *