beritabernas.com – Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengajak seluruh kader PDI Perjuangan untuk meneruskan tradisi Bung Karno yakni suka membaca.
Sebab, menurut Hasto Kristiyanto, dengan membaca, kita terapkan metode berpikir kritis, denk methode ala Bung Karno. Cara berpikir dialektis ini dengan menyelidiki terhadap aksi-reaksi, thesa-antitesa-sintesa, dan kemudian membumikan dalam seluruh problematika rakyat, bangsa dan negara Indonesia.
“Dalam tradisi Bung Karno, politik itu diawali dengan tradisi membaca. Dengan membaca, kita terapkan metode berpikir kritis,” kata Hasto Kristiyanto dalam surat yang disebarkan kepada seluruh kader PDI Perjuangan yang juga diterima beritabernas.com, Kamis 18 April 2024.
Menurut Hasto Kristiyanto, semua proses tersebut dilihat dalam perspektif Indonesia dan dunia, dengan mengarungi sejarah bangsa dan sejarah dunia sehingga keduanya akan terhubung, mengingat sejak awal kemerdekaan, Indonesia bertekad membangun persaudaraan dunia.
Proses itu merupakan kontemplasi intelektual, hingga lahirlah ide, the power of idea terhadap masa depan. Ide diolah lebih lanjut secara teknokratis, namun realistis hingga lahirlah daya imajinasi.
Albert Enstein, menurut Hasto, mengatakan bahwa imajinasi lebih penting dari pengetahuan. Karena itulah Bung Karno sering menampilkan the power of imagination itu. Misalnya ia mengatakan: “kemerdekaan Indonesia adalah suatu jembatan emas dan di seberang jembatan emas itulah kita makmurkan rakyat Indonesia”.
“Itulah kekuatan imajinasi yang menjadi arah perjuangan bagi masa depan. Dan itulah kepemimpinan intelektual itu,” kata Hasto.
Dikatakan, ide dan imajinasi akan melahirkan spirit (geist). Sebab ada gambaran terhadap masa depan. Ada sense of direction, arah masa depan. Dari situlah lahir suatu tekad (willl) dan tindakan strategis (daad). Dalam tindakan itu maka moralitas sederhana dari politisi, seorang pemimpin adalah satunya kata dan perbuatan.
BACA JUGA:
- Teror Politik Rezim Jokowi pada PDI Perjuangan
- Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto: Tak Perlu Menanggapi Manuver Elit
Hari ini melalui hatian Kompas kita dicerahkan oleh tulisan Mas Sukidi di Kolom Kompas: “Tinta Merah Megawati” yang menanggapi tulisan Ibu Megawati Soekarnoputri: “Kenegarawanan Hakim Konstitusi”. Kita juga dicerahkan tulisan mas Butet: “Memuliakan Manusia”.
Dengan pencerahan melalui tulisan tersebut, maka kita perkuat tradisi berpikir Bung Karno: Kritis-dialektis, the power of idea, imajinasi, spirit, tekad dan tindakan. Dalam proses itu moralitas menjadi landasan shg terbangun rasa percaya terhadap PDI Perjuangan karena para kadernya juga terpercaya.
Menurut Hasto Kristiyanto, menjadi anggota PDI Perjuangan artinya menerapkan tradisi berpikir BK dan setidaknya dengan membaca dan menulis serta bertindak memperkuat akar rumput yang diorganisir dan dibangun kesadarannya sehingga menjadi power bagi pergerakan yang berkemajuan bagi peningkatan kualitas peradaban Indonesia.
Mereka yang jarang membaca dan jarang menerapkan tradisi berpikir Bung Karno, menurut Hasto, akan tersesat dalam alam rimba politik yang makin pragmatis, tidak beraturan, liberal tanpa supremasi hukum serta tidak respek terhadap meritokrasi akibat abuse of power Jokowi. Tugas kita sebagai partai politik untuk terus menggelorakan semangat juang bagi masa depan.
“Itulah pesan Ibu Megawati Soekarnoputri. Jangan pernah merasa lelah berjuang dan jangan pernah takut menghadapi ancaman, sebab ketakutan adalah ilusi (Megawati, Rapat DPP ke 172),” kata Hasto Kristiyanto. (lip)
There is no ads to display, Please add some