Miris, Investasi Apple di Indonesia Jauh Lebih Rendah dari Vietnam

 Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo 

beritabernas.com – Berita kedatangan CEO Apple Tim Cook di Indonesia sempat gegap gempita, seolah-olah marwah Indonesia masih seperti belasan tahun silam ketika negara ini benar-benar bangkit dari krisis ekonomi.

Namun apa lacur, meski sudah diterima langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, layaknya seorang Kepala Negara yang diterima sejajar juga oleh seseorang yang sedang menjabat sebagai Kepala Negara, ternyata nilai investasinya sangat miris, kalau tidak bisa disebut memalukan bila dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Vietnam

Bagaimana tidak, meski sudah sedemikian mewah “karpet merah” yang digelar PresidenJokowi untuk seorang CEO tersebut, ternyata nilai investasi yang ditanamkan di Indonesia hanya berupa pembangunan Apple Developer Academy yang keempat yakni di Bali (dalam catatan saya sebelumnya Apple sudah memiliki 3 infrastruktur pendidikan serupa di Indonesia yakni di Tangerang Selatan, Batam dan Surabaya).

Bila dihitung total investasi Apple di Tanah Air ini baru senilai Rp 1,6 triliun untuk membuka Apple Academy dengan program pengembangan talenta developer di Indonesia. Apple Academy sendiri merupakan program yang dibuat Apple untu memenuhi syarat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) agar bisa mengimpor ponsel iPhone buatannya ke Indonesia.

Mengacu Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 65 tahun 2016, ada beberapa skema yang bisa dipilih masing-masing vendor ponsel untuk memenuhi kandungan lokal pada perangkat yang akan dipasarkan di Indonesia.

BACA JUGA:

Skema pertama yaitu lewat jalur perangkat keras (hardware), misalnya dengan membangun manufaktur ponsel atau merakit ponsel di pabrik lokal di Indonesia. Skema kedua yaitu lewat software, di mana vendor bisa menggandeng developer atau pengembang lokal. Kemudian skema ketiga yakni memberikan komitmen investasi dalam jumlah tertentu dan direalisasikan secara bertahap.

Dari ketiga skema itu, Apple memilih skema ketiga dengan investasi bidang riset dan pengembangan, salah satunya lewat program Apple Developer Academy untuk mengembangkan talenta developer di Tanah Air ini.

Mirisnya berbeda jauh dengan Vietnam, meski tidak merinci nilai investasi tambahan bagi negara yang mendapat kemerdekaan dari Perancis beberapa hari setelah Indonesia merdeka itu, tepatnya 2 September 1945 tersebut, namun Apple sudah menggelontorkan sekitar 400 triliun Dong (mata uang Vietnam) atau setara sekitar Rp 255 triliun di negeri tersebut.

Dari total investasi itu, Apple juga telah menciptakan sekitar 200.000 lapangan pekerjaan, sebuah perbedaan bagaikan bumi dan langit kalau dibandingkan dengan Indonesia. Apalagi jumlah penduduk Vietnam hanya 1/3 negara kita, alias 84 juta jiwa saja. Memang Vietnam sudah jadi pusat manufaktur utama Apple, seperti disampaikan Tim Cook juga saat bertemu PM Vietnam, Pham Minh Chinh pada 16 April 2024.

Di Vietnam, Apple memiliki 25 pemasok pada tahun 2022, naik 4 dari 21 pemasok tahun 2020. Beberapa di antaranya yaitu Foxconn, GoerTek, Luxshare, Intel, Samsung Electronics dan Compal. Foxconn sebagai mitra pemasok utama Apple juga konon berencana mengalihkan sebagian  pabriknya dari Tiongkok.

Indonesia juga mendesak agar Apple bisa membangun pabrik atau melakukan proses manufaktur di sini, mengingat produk Apple yang cukup laris bagi masyarakat Indonesia. Namun, Apple belum mempertimbangkan permintaan ini mengingat kondisi dan citra Indonesia di luar negeri kini masuk ke titik nadir akibat proses demokrasi yang buruk dan bahkan sempat menjadi perbincangan di PBB saat dipertanyakan oleh Komisi HAM tentang cawe-cawe Presiden dalam Pemilu 2024 lalu.

Berbagai pemberitaan miring tentang Indonesia di media-media mainstream Luar Negeri setidaknya juga berpengaruh terhadap minatnya investor asing untuk menanamkan modalnya di sini.Sebab sebagaimana pernah dimuat dalam The Guardian, New York Times, The Economist dan sebagainya bahwa sekarang mata dunia sudah terbuka terhadap kondisi demokrasi di Indonesia yang “sedang tidak baik2 saja”, bahkan kisah “Paman Usman yang meloloskan Anak Presiden”pun sudahmenjadi konsumsi publik dunia dan sangat mendegradasi posisi Indonesia di mata dunia yang sudah merdeka semenjak 17 Agustus 1945 ini. Sangat disayangkan.

Kondisi Pemilu 2024 yang sangat karut marut dan bahkan menggunakan teknologi (Sirekap, Sistem Informasi Rekapitulasi Pemilu) yang seharusnya bisa menjadi teknologi yang membanggakan dengan proses OCR & OMR-nya, malah jadi “pepesan kosong” sebagaimana disebut oleh Profesor yang menjadi ahli yang dihadirkan Paslon 02 di MK.

Hal ini lagi-lagi sangat ironis, sebab Sirekap sebenarnya justru alat utama Pemilu 2024 sesuai PKPU Nomor 05/2024. Apakah CEO Apple Tim Cook tidak mendapat masukan soal hal tersebut? Pasti dia mengetahui dan membuatnya tidak terlalu berani berinvestasi di Indonesia, karena teknologi malah jadi alat bantu kecurangan bahkan kejahatan demokrasi.

Padahal kalau melihat data statistik dari Meltwater, jumlah penduduk dunia mencapai 8,08 miliar saat ini, pengguna Ponsel-lebih banyak dari penduduk-mencapai 8,65 miliar, pengguna internet 5,35 milar dan pengguna social media 5,04 miliar.

Sementara dari data statistik yang sama Indonesia sebenarnya cukup menjanjikan, karena berpenduduk 278,7 juta namun jumlah pengguna ponselnya mencapai 353,3 juta, sementara pengakses internet 185,3 juta jiwa dan pengguna social media mencapai 139 juta. Namun lagi-lagi kondisi demokrasi akhir-akhir ini membuat statistik yang sangat bagus tersebut menjadi tidak berarti dimata CEO Apple dalam mempertimbangkan investasinya di Indonesia.

Apalagi kemudian yang ditunjuk untuk menangani investasi Apple tersebut di Indonesia adalah sosok “L4” alias “Lu lagi Lu lagi” yang sudah terlalu banyak memegang jabatan sehingga dikhawatirkan tidak akan bisa fokus lagi.

Akhirnya, sebagaimana segera dirilis dalam Film “Dirty Election” di hari-hari ke depan, kondisi dan citra Indonesia akhir-akhir ini memang sudah sangat mengkhawatirkan, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di mata dunia.

Penyalahgunaan teknologi informasi menjadi sesuatu yang bersifat Terstruktur, Masif dan Sistematis digunakan dalam Pemilu 2024. Kerugian akan hal ini sudah tampak di depan mata, bilamana tidak ada pihak-phak yang peduli maka kehancuran Indonesia sudah terbayang di depan mata: investasi tidak jadi masuk, kurs Dollar makin tidak terkendali, kolusi dan nepotisme terjadi dimana-mana tanpa malu-malu lagi.

Mau bukti apalagi? Kecilnya investasi Apple di Indonesia dibanding Vietnam ini benar-benar sudah jadi bukti. Ambyar. (Dr KRMT Roy Suryo, Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *