beritabernas.com – Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD mengatakan, diskusi yang sehat dan adu argumen bernas adalah ruh perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan. Tanpa itu, perguruan tinggi akan kehilangan sukma.
Karena itu, menurut Rektor UII, ketika ada kondisi yang ‘menghangat’, maka pemimpin termasuk pemimpin di perguruan tinggi, perlu membuka hati dan pikiran untuk mencari solusi disepakati.
“Pemimpin yang memahami konteks tentu akan memahami tugasnya. Insya Allah, jika semua yang dihadapi dianggap sebagai tugas, maka Allah memudahkan dirinya untuk menunaikan tugas dengan tuntas,” kata Rektor UII Prof Fathul Wahid dalam acara pelantikan Dekan dan Wakil Dekan periode 2022-20226 di lingkungan UII di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII, Jumat 1 Juli 2022.
(Baca juga: Dekan dan Wakil Dekan di UII Dilantik)
Menurut Prof Fathul Wahid, seorang pemimpin harus memahami konteks dan mengenali warga organisasi yang dipimpin, karena mereka telah menggantungkan harapan dan menitipkan masa depannya kepada pemimpin. “Tidak jarang masalah muncul karena gagal mengenali ‘budaya setempat, budaya fakultas atau budaya UII’,” kata Rektor UII.
Dikatakan, dalam ajaran Islam, Rasulullah saw.pernah mengatakan bahwa kita diminta mengenali dengan siapa kita berinteraksi, gunakan bahasa yang mudah mereka pahami. Jika tidak, jangan kaget jika ketidakpahamannya dapat mengandung fitnah. Dalam sebuah hadis, yang kalau kita artikan dengan terjemahan bebas, Rasulullah saw berpesan, “informasi yang kamu sampaikan ke orang yang akalnya tidak dapat menjangkaunya dapat menjadi fitnah bagi sebagiannya”.
(Baca juga: Rektor dan 4 Wakil Rektor UII Periode 2022-2026 Dilantik)
Moral ajaran ini dapat kita terapkan, tidak hanya untuk menjalin hubungan dengan yang kita pimpin, tetapi juga untuk memahami ‘generasi milenial’ yang dipercayakan kepada kita. Kita harus mendampinginya untuk siap menjadi warga global.
Menurut Prof Fathul Wahid, tantangan ke depan tidak ringan. Perubahan lingkungan yang sangat cepat, perkembangan aplikasi teknologi informasi yang pesat, hadirnya generasi milenial dengan keunikan sifat, memberikan stimulus kepada kita untuk merespons dengan tepat. Tanpa itu, bisa jadi yang lain melesat dan kita terlewat.
“Dalam konteks UII, seluruh pemimpin, baik di tingkat universitas, fakultas, jurusan maupun program studi, harus mampu bekerjasama produktif, mengumpulkan energi positif dan mengorkestrasi ikhtiar kolektif untuk kemajuan UII ke depan: UII yang menghasilkan lulusan berkualitas dan memberikan dampak untuk lingkungannya,” kata Prof Fathul Wahid.
Menurut Prof Fathul Wahid, jika terjadi hubungan yang ‘menghangat’, ia yakin, sangat mungkin hal itu terjadi hanya karena pilihan strategi yang berbeda. Perbedaan pendapat merupakan hal yang lumrah dan dalam beberapa konteks, bahkan perlu dirayakan. Perbedaan yang ada dalam memperkaya perspektif dalam memandang sebuah masalah dan juga merumuskan solusinya.
“Sampai detik ini saya masih percaya, diskusi sehat dan adu argumen bernas adalah ruh perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan. Tanpanya, perguruan tinggi akan kehilangan sukma. Karenanya, ketika ada kondisi yang ‘menghangat’, maka pemimpin perlu membuka hati dan pikirannya untuk mencari solusi disepakati,” kata Prof Fathul Wahid. (lip)
There is no ads to display, Please add some