Tigal Hal Ini Diperlukan untuk Mengimlementasi Konsep Ki Hadjar Dewantara Tentang Tri-Nga

beritabernas.com – Dalam upaya mengimplementasikan ajaran Ki Hadjar Dewantara, khususnya konsep Tri-Nga (Ngerti, Ngrasa, Nglakoni) setiap insan Tamansiswa perlu bersikap dan bertindak yang mencakup 3 ranah ini yakni penalaran, penghayatan dan pengamalan.

Sebab, konsep Tri-Nga hanya bisa diimplementasikan bila kita mampu bersikap atau bertindak dengan penalaran yang berkaitan dengan ngerti, penghayatan yang berkaitan dengan ngrasa dan mengamalkan yang berkaitan dengan nglakoni. Tanpa penalaran, penghayatan/ menghayati dan pengamalan maka akan sulit mengimplementasikan konsep Tri-Nga.

Hal itu disampaikan Ki Prijo Mustiko, Dewan Pengawas PKBTS, pada acara Malam Keakraban (Makrab) mahasiswa baru Fakultas Psikologi UST 2024 dengan tema Mendalami Konsep Tri Nga di Bumi Perkemahan Lindhu Gedhe, Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah pada Sabtu-Minggu, 5-6 Oktober 2024.

Ki Prijo Mustiko, Dewan Pengawas PKBTS, saat menyampaikan materi pada acara Malam Keakraban (Makrab) mahasiswa baru Fakultas Psikologi UST 2024. Foto: Istimewa

Menurut Ki Prijo Mustiko, konsep Tri-Nga merupakan salah satu cara atau metode berpikir dan bertindak untuk mengolah cipta, rasa dan karsa dengan jalan mendalami dan menghayati. Dalam konsep ini, Ki Hadjar Dewantara mengingatkan bahwa terhadap segala ajaran dan cita-cita hidup yang dianut atau dipelajari, diperlukan pengertian (ngerti), kesadaran untuk memahami atau menghayati (ngrasa) dan kesanggupan untuk melaksanakan (nglakoni).

Dengan ngerti maka seseorang yang belajar akan memperoleh pemahaman baru atau lebih dalam dari sesuatu yang dipelajari. Belajar ditandai dengan tumbuhnya pengetahuan yang dapat disejajarkan dengan tanah kognitif.

BACA JUGA:

Dalam hal ini, pengertian ngerti bukan menunjukkan kemampuan kognitif tingkat rendah, tapi pemahaman atau kemampuan berpikir yang bukan sekadar menghafal atau mandeg di kepala tanpa proses lebih lanjut.

Sementara ngrasa atau merasakan ditekankan bahwa manusia bukan robot yang tidak hanya memperoleh informasi tetapi memiliki perasaan yang dapat meningkatkan kepekaan dan ikatan batin dengan manusia lain, yang seolah-olah dapat mengalami sendiri kesedihan dan kesenangan yang dialami oleh orang lain di sekitarnya. Dengan ngrasa membuat manusia dapat menjadi makhluk sosial atau dapat disandingkan dengan ranah afektif.

Ki Prijo Mustiko, Dewan Pengawas PKBTS (kanan) menerima cindera mata dari panitia Malam Keakraban (Makrab) mahasiswa baru Fakultas Psikologi UST 2024. Foto: Istimewa

Sedangkan nglakoni atau melaksanakan adalah kemampuan untuk mengamalkan apa yang telah dipelajari atau dikenal dengan ranah psikomotor atau ranah ketrampilan motorik.

Nglakoni adalah kesungguhan untuk melaksanakan pengetahuan, cita-cita, empati yang telah dipelajari. Dalam hal ini terdapat unsur kehendak, kesungguhan dan perjuangan sebagai sumber utama tenaga manusia untuk dapat merdeka lahir dan batin,” kata Prijo Mustiko.

Dalam dunia pendidikan dan proses belajar mengajar, menurut Prijo Mustiko, kemampuan penalaran, penghayatan dan pengamalan juga sangat penting dan diperlukan. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *