beritabernas.com – Keberadaan Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PSAD) UII merupakan tempat untuk mengumpulkan dan merawat akal sehat kolektif sebagai bangsa. Sebab, dalam banyak kesempatan akal sehat sudah dilecehkan dengan kebijakan yang tidak bermutu, tidak berbasis data, serampangan dan lain-lain yang dibungkus dengan narasi yang seakan-akan masuk akal.
Dengan adanya titik kumpul seperti PSAD akan membantu kita untuk mengumpulkan keberanian. Sebab kawan di luar sana ketika bertemu di ruang-ruang privat menyampaikan kegelisahan, kegalauan, kegusaran tetapi tidak berani menyampaikan secara terbuka di ruang publik.
BACA JUGA:
- 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran, Direktur PSAD UII: ‘Di Bawah Lindungan Mulyono’
- Setahun Pilpres 2024, PSAD UII: Pilpres Terburuk Sepanjang Sejarah Politik Indonesia
“Saya termasuk yang percaya ketika kegusaran itu muncul bersama-sama maka akan muncul keberanian kolektif. Pernyataan sikap, ekspose beragam kegiatan, ini bayangan saya adalah akumulasi atau titik kulminasi kecil di banyak kesempatan untuk mengumpulkan keberanian,” kata Prof Fathul Wahid ST MSc PhD, Rektor UII, dalam acara Srawung Demokrasi #6 : Refocusing Khittah Reformasi di Ruang Teatrikal Lantai 1 Gedung Kuliah Umum Prof Dr Sardjito, Kampus Terpadu UII, Selasa 20 Mei 2025.

Acara untuk memperingati Milad-1 PSAD UII sekaligus ajang refleksi gerakan reformasi 1998 menghadirkan 3 narasumber yakni Hamid Basyaid, Connie Rahakundini, Anies Baswedan dan Penasihat PSAD Mahfud MD.
Menurut Prof Fathul Wahid, PSAD UII lahir dari sebuah diskusi kecil. Keberadaan PSAD sebagai jawaban atas kerinduan akan adanya titik kumpul untuk merawat akal sehat. “Saya melihat ketika ketemu dengan kawan-kawan lintas daerah, lintas latar belakang terkait dengan perkembangan terakhir, salah satu yang dirindukan adalah tempat bertemu, titik kumpul. Dan PSAD dan acara-acaranya bagi saya merupakan titik kumpul untuk merawat akal sehat kolektif kita,” kata Rektor UII.
Titik kumpul ini, menurut Prof Fathul Wahid, tidak hanya untuk diskusi di belakang meja, di ruang tertutup oleh tembok di sekeliling kita tapi kita juga melakukan advokasi di ruang publik. Kita berharap titik kumpul ini untuk merawat akal sehat dan titik kumpul untuk bergerak bersama-sama.
Sementara Direktur PSAD UII Prof Masduki mengatakan, selain memperingati satu tahun PSAD, acara kali ini juga untuk memperingati gerakan reformasi 1998. Momen ini bukan sekadar memperingati gerakan reformasi tapi meratapi reformasi yang gagal.

Bahkan mungkin reformasi menjadi mitos, diksi karena semua berbicara reformasi hanya sebagai slogan tapi sejatinya tidak terjadi reformasi. Karena yang berganti hanya presidennya tapi nilai-nilai politik yang kita pahami feodalisme semakin menjadi-jadi. Bahkan di era Jokowi dipuncaki dengan politik dinasti.
“Saya tidak tahu merayakan atau meratapi tapi yang pasti kita merawat ingatan bahwa pernah terjadi suatu peristiwa 27 tahun yang lalu yakni pergantian pemimpin yang otoriter ke demokrasi liberal tapi justru yang terjadi sekarang tidak 27 tahun lalu tapi lebih awal lagi bahkan melebihi Soeharto,” kata Masduki. Pada kesempatan itu juga diluncurkan dua buku. (lip)
There is no ads to display, Please add some