beritabernas.com – Nasib Immanuel Ebenezer yang biasa disapa Noel, Wakil Menteri Tenaga Kerja (Wamenaker) RI, sungguh tragis. Ia yang selama ini sering “menyerang” PDI Perjuangan terkenan Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK pada Rabu 20 Agustus 2025 malam.
Menurut Saiful Huda Ems, Lawyer dan Aktivis 1998, beberapa hari lalu, ia sempat mengirim chat ke WA Immanuel Ebenezer alias Noel. Ia bilang: sejak jadi pejabat kok jadi sombong dan pelit gini? Dan Noel tidak membalas chat tersebut.
Saiful Huda Ems mengaku sempat berkata dalam hati: Wah, biasanya teman yang begini tidak lama lagi akan masuk bui. Dan ternyata benar. Tidak ada panas, tidak pula ada hujan, tiba-tiba pada hari ini Kamis 21 Agustus 2025 tersiar berita di berbagai media Tanah Air: Wamenaker Immanuel Ebenezer terkena OTT KPK! Media lainnya menulis dengan judul: KPK sita puluhan kendaraan dari OTT KPK, Immanuel Ebenezer.
“Waowww. Sungguh sama sekali saya tidak pernah menyangka, teman yang akrab disapa Noel ini, begitu kaya raya dan suka main palak perusahaan-perusahaan. Ya, pada hari Rabu (20/08/25) malam, Noel ternyata benar-benar telah terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK,” kata Saiful Huda Ems kepada beritabernas.com, Kamis 21 Agustus 2025.
Saiful Huda mengaku tidak habis pikir, bagaimana bisa teman yang penampilannya terlihat sederhana itu ternyata mempunyai jiwa serakah yang luar biasa. Sudah digaji ratusan juta rupiah per bulan, masih juga menyalah gunakan kekuasaan.
Baca juga:
- Amnesti untuk Hasto Kristiyanto, Saiful Huda Ems: Keajaiban yang Luar Biasa
- Saiful Huda Ems: Indonesia Mengalami Kegagalan Diplomasi Perdagangan dengan AS
- Dakwaan KPK Tidak Konsisten, Saiful Huda Ems: Ini Bukti Kasus Hasto Kristiyanto Sarat Kepentingan Politik
“Terus terang, dulu saya sempat membela Noel ketika dia diserang habis-habisan oleh teman-teman sesama relawan Jokowi, karena saya anggap dia memiliki prinsip tersendiri ketika dia membela Munarman. Meskipun saat itu saya kontra dengan Munarman, namun saya juga tidak keberatan jika Noel membela Munarman dengan argumentasinya yang kuat,” kata Saiful Huda.
Namun ketika ia melihat Noel mulai suka berubah-ubah, tidak konsisten dengan pilihan politiknya, seperti dulu dia mendukung Ganjar Pranowo namun kemudian tiba-tiba berbalik mendukung Prabowo-Gibran, ia mulai tahu bahwa Noel hanyalah seorang “pemain”.
Bahkan lucunya, ketika Prabowo-Gibran menang dan belum mengumumkan siapa-siapa calon menteri-menterinya, Noel sempat menelpon dirinya dan mengajak melawan Prabowo, kalau Presiden terpilih (Prabowo) tidak menjadikan Noel dan dirinya Menteri atau setidak-tidaknya Wamen.
“Ketika saya jawab bahwa sampai detik ini saya tidak punya keinginan untuk menjadi Menteri, Wamen apalagi Komisaris tapi ingin fokus menyuarakan suara kebatinan rakyat marginal, dhuafa, tiba-tiba Noel berhenti menelpon dan dia bilang lagi ditelpon orang istana. Tak seberapa lama kemudian tersiar kabar, Noel menjadi Wamenaker,” kata Saiful Huda.
Menurut Saiful Huda, iulah karakter yang sesungguhnya dari Noel. Plin plan, tak memiliki prinsip, mudah berubah-ubah dan berpolitik hanya sebagai alat untuk kepentingan pribadi. Maka tak heran jika Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto pernah menyebutnya “Isuk kedele sore tempe” ketika Noel tiba-tiba menyebrang dari pendukung Ganjar Pranowo menjadi pendukung Prabowo Subianto menjelang Pilpres 2024.
Bukannya melakukan kontemplasi dan sadar diri, Noel malah bicara secara terbuka menyerang Hasto Kristiyanto dengan mengatakan: “Kita enggak butuh pemimpin bermental korup, jangan sampai nanti pagi Masiku, siangnya Hasto.”
Lalu ketika proses hukum terhadap Hasto di PN Jakpus sama sekali tidak menemukan bukti bahwa Hasto terlibat dalam kasus Harun Masiku, muka Noel mau disembunyikan kemana? Malu sendiri kan? Hasto sekarang bebas melalui amnesti yang diberikan oleh Presiden Prabowo, yang diklaim Noel sebagai bosnya sendiri. Namun sekarang Noel, justru yang malah menunggu masuk bui. Tragis sekali bukan?
Noel juga pernah membabi buta menyerang PDIP dengan mengatakan bahwa PDIP sebagai partai besar seharusnya menyampaikan gagasan besar, bukan narasi ketakutan. “Partai besar pasti bicara tentang gagasan‑gagasan besar, tidak ambekan‑ambekan dan perasaan‑perasaan,” kata Noel suatu kertika.
Menurut Saiful Huda, Noel mengaku mengejek PDIP untuk lebih rasional, bukan emosional, agar suasana demokrasi menjadi lebih riang gembira.
Kenyataannya sekarang bagaimana? Meskipun Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dikriminalisasi melalui KPK, PDIP tetap tenang, tidak pernah mengobarkan perlawanan terhadap Pemerintahan Prabowo-Gibran. Bahkan Ketua Umum PDIP Ibu Megawati Soekarnoputri berkali-kali menginstruksikan semua kader PDIP untuk mendukung Pemerintahan Prabowo Subianto.
Dalam suatu waktu, saat Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan: “Jika Jokowi ingin bertemu Megawati, “harus” terlebih dulu menemui kader ranting, Noel juga menanggapi sinis: “Katanya kita butuh sosok negarawan? Kok perilakunya seperti preman jalanan yang penuh dengan sinisme?”
Ia meminta PDIP untuk berhenti sinis dan memberi contoh positif, terutama di momen Idulfitri. Pernyataan Noel seperti ini sangat memojokkan PDIP, seolah-olah PDIP bersikap seperti preman, padahal yang sebenarnya terjadi, Noel tidak mampu memahami suasana kebatinan kader-kader PDIP yang telah dikhianati oleh Jokowi, hingga PDIP seolah meminta pada Jokowi untuk insyaf dengan cara meminta maaf terlebih dahulu pada kader-kader PDIP mulai dari tingkat ranting.
Noel kini telah menghadapi persoalan yang mencekam, tertangkap tangan KPK dan berdebar-debar menunggu status hukumnya, sebagai tersangka yang akan segera diumumkan. Setelah itu Noel akan menjalani proses persidangan yang panjang dan meletihkan, lalu masuk penjara yang gelap.
“Noel bukan akan menjadi tahanan politik sebagaimana Hasto Kristiyanto yang dahulu sering diserangnya, namun Noel akan menjadi tahanan koruptor yang namanya akan tercoreng di lembaran sejarah, mantan aktivis mahasiswa masuk bui karena serakah dan korup! Tragis,” kata Saiful Huda. (*/lip)
There is no ads to display, Please add some