Mgr PC Mandagi: Pembentukan Provinsi Papua Selatan Solusi Strategis Menyelesaikan Konflik

beritabernas.com – Uskup Agung Keuskupan Agung Merauke Mgr PC Mandagi mengatakan, terbentuknya wilayah Papua Selatan menjadi provinsi baru hasil pemekaran di Papua merupakan pemecahan strategis sekaligus penyelesaian atas masalah Wilayah Papua termasuk konfliknya.

Sebagai Uskup Agung Keuskupan Agung Merauke, Mgr PC Mandagi ingin menyampaikan pesan kepada dunia bahwa Papua tidak seperti suara-suara para propagandais dan pendukung pemisahan diri Papua dari NKRI.

“Kami di Wilayah Papua Selatan hidup dalam damai, toleran dan kerukunan antar suku sungguh terlihat. Konflik bukan berada di Wilayah Selatan. Dunia harus tahu Papua itu seperti apa dan saya ingin menegaskan bahwa Papua adalah wilayah NKRI. Saya ingin Papua diselesaikan secara damai, cepat dan tanpa dendam,” ujar Mgr Mandagi dikutip dari rilis yang dikirim Pendiri Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) yang juga Presidium Bidang Komunikasi Politik ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia) kepada beritabernas.com, Rabu 28 September 2022.

Baca berita terkait: Bertemu di Vatikan, Mgr PC Mandagi Undang Paus Fransiskus Berkunjung ke Merauke

Pernyataan itu disampaikan Mgr PC Mandagi saat menerima kunjungan AM Putut Prabantoro setahun lalu di Merauke atau tepatnya pada 1 Juni 2021.

Mgr Mandagi yang merupakan salah satu tokoh perdamaian konflik Maluku melihat adanya ketidakadilan dalam distribusi dana otsus Papua dan digunakan tidak secara bijak sehingga menghambat pembangunan daerah-daerah di Papua.

Dikatakan, rentang kendali pemerintahan untuk Papua dengan wilayah yang begitu luas merupakan alasan lain, karena sangat tidak efektif untuk pembangunan daerah dan pemberdayaan masyarakat. Uskup Mandagi juga melihat, sebagian para pemimpin daerah di Papua kurang memberikan contoh yang baik dan bijak bagi masyarakatnya.

“Yang paling parah adalah stigma buruk atas Papua dari dunia luar berdampak pada Wilayah Papua Selatan yang damai dan aman,” kata Mgr PC Mandagi.

Mgr Mandagi sendiri mengaku tidak menduga pembentukan Provinsi Papua Selatan terjadi secepat ini. “Terus terang saya tidak menyangka bahwa setahun setelah pernyataan saya, Papua Selatan terbentuk. Bahkan terbentuknya bersamaan dengan Provinsi Papua Tengah dan Papua Pegunungan pada 30 Juni 2022. Ini merupakan karya Allah melalui tangan-tangan yang menginginkan Papua damai, sejahtera serta ketidakadilan dihilangkan. Oleh karena itu, saya akan memenuhi janji saya untuk mengundang Paus Fransiskus ke tanah Papua Selatan,” ujar Mgr Mandagi dikutip AM Putut Prabantoro.

Sebulan sebelum terbentuknya tiga provinsi Papua baru hasil pemekaran, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas terbang ke Vatikan dan atas nama Presiden Joko Widodo mengundang Paus Fransiskus untuk berkunjung ke Indonesia. Undangan itu disampaikan Yaqut Ketika bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan pada Rabu 8 Juni 2022.

Sementara Uskup Agung Keuskupan Agung Merauke Mgr PC Mandagi bertemu Paus Fransiskus di Vatikan pada Rabu 21 September 2022. Pada kesempatan itu, Mgr Mandagi secara pribadi sekaligus mewakili umat Katolik di Keuskupan Agung Merauke sangat berharap Paus Fransiskus berkenan datang di Merauke, jika pimpinan Gereja Katolik se-Dunia itu mengunjungi Indonesia.

“Saya mengutarakan kepada paus bahwa umat Katolik di Keuskupan Agung Merauke sangat berharap bahwa Paus Fransiskus berkenan berkunjung ke Merauke. Tentu kehadiran itu baru dapat terlaksana jika Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia. Jika harapan ini terkabul, tentu kunjungan ke Merauke akan menjadi salah satu agenda yang penting dan bahkan luar biasa bagi Keuskupan Agung Merauke. Saya juga meyakini bahwa umat Katolik seluruh Papua memiliki harapan yang sama,” ujar Uskup Agung Merauke setibanya kembali di Indonesia, di Jakarta pada Rabu (28/09/2022). (lip)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *