beritabernas.com – Sebuah isu terkait kepemimpinan yang jarang dibahas yaitu kepengikutan (followership). Dalam isu ini, pengikut berperan dalam menentukan keberhasilan pemimpin. Dengan demikian, kepemimpinan tanpa kepengikutan yang efektif tidak akan berjalan dengan baik.
Hal itu disampaikan Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD dalam sambutan pada wisuda 570 lulusan UII periode V tahuan akademik 2021/2022 di Auditorium Abdul Kahar Muzakkir Kampus Terpadu UII, Sabtu 28 Mei 2022,
Rektor UII Prof Fathul Wahid memberi ilustrasi sederhana seperti YouTuber atau Selegram. Menurut Prof Fathul Wahid, salah satu yang menentukan keberhasilan/kesuksesan para Youtuber atau Selebgram adalah pengikut (follower). Lebih tepatnya pengikut yang efektif yakni mereka aktif dan sekaligus independen.
Bayangkan, kata Prof Fathul Wahid, jika para pengikut tersebut pasif dan mudah dipengaruhi untuk pindah ke lain hati, keberadaannya tidak akan banyak membantu para Youtuber atau Selegram tersebut untuk mendapatkan penghasilan karena tidak ada keterlibatan (engagement) dari pengikutnya. Atau, bisa jadi, keberadaannya justru membuat gaduh dengan beragam umpan balik yang tidak diinginkan.
Demikian juga dalam sebuah konteks organisasi atau komunitas. Menurut Prof Fathul Wahid, kepemimpinan tanpa kepengikutan yang efektif tidak akan berjalan dengan baik. Pemimpin atau pengikut adalah soal pembagian peran yang komplementer dan sekaligus temporer. Bisa berubah kapan saja. Seorang pemimpin di sebuah konteks, bisa menjadi pengikut di konteks yang lain. Dan, sebaliknya. Karenanya, penting untuk melihat bahwa kedua peran ini sejajar dan dinamis. Kedua peran ini harus dapat dimainkan dengan baik.
“Ada kalanya, ketika dalam posisi pemimpin, kita harus sadar akan semua sikap yang harus diambil. Salah satunya adalah membuat bingkai, dengan beragam inisiatif, termasuk menunjukkan jalan, mengumpulkan sumber daya, mengetahui dan memitigasi risiko, menunjukkan komitmen untuk mencapai misi, mendorong keragaman informasi yang masuk, menghargai kontribusi, dan memperjelas wilayah kerja. Pemimpin yang baik harus meyakini bahwa dia memiliki pengikut yang hebat,” kata Rektor UII.
Di sisi lain, menurut Prof Fathul Wahid, pengikut akan melengkapi dengan menjalankan beragam aksi termasuk memahami apa yang dicari, mengetahui dengan tepat waktu yang dipunyai, berkolaborasi dengan yang lain, menghargai ide orang lain dan dapat diandalkan.
“Daftar ini dapat kita perpanjang dan didetailkan. Namun ada satu poin penting yang bisa menjadi pengingat bersama, terkait dengan inovasi. Inovasi adalah kreativitas yang terjual atau diterima untuk digunakan. Di sini, istilah berpikir di luar kelaziman (thinking outside the box) menjadi relevan,” katanya.
Dalam konteks relasi pemimpin dan pengikut, berpikir di luar kelaziman harus dilakukan oleh keduanya. Oleh pemimpin digunakan untuk mendefinisikan bingkai, dan oleh pengikut digunakan untuk menjalankan aksi. Nah, ketika pengikuti berpikir kreatif dan mengembangkan inovasi, harus tidak keluar bingkai yang disepakati.
Hal ini penting dipastikan supaya relasi yang ada menjadi produktif untuk kemajuan organisasi dan tidak justru menyemai konflik yang berpotensi menggeser organisasi dari misi yang diformulasikan dan disepakati.
“Sebagian besar dari Saudara sangat mungkin ketika memasuki dunia berkarya, di tahap awal, akan memerankan sebagai pengikut. Ingatkan poin ini: sadar posisi, menjadi pengikut yang efektif, dengan memahami bingkai yang dibuat pemimpin, dan mengeksekusi beragam aksi secara inovatif tetapi tetap di dalam bingkai,” kata Prof Fathul Wahid.
Dikatakan, menjadi pengikut yang efektif merupakan salah satu jalan menjadi pemimpin. Untuk meningkatkan kualitas kepengikutan, semua pelajaran etika dan akhlak baik yang didapatkan di bangku kuliah dalam mewarnai setiap aksi yang Saudara dilakukan ketika berkarya. (lip)
There is no ads to display, Please add some