Oleh: Saiful Huda Ems
beritabernas.com – Manuver politik Surya Paloh (SP) melalui Partai Nasdem yang mendeklarasikan Anies Baswedan (AB) sebagai Capres 2024, bagi saya merupakan manuver politik yang terlalu dini. Terlebih ketika Nasdem endeklarasikan AB tanpa diikuti oleh parpol lainnya.
Ini tak lebih hanya sebagai taktik SP yang mau menunjukkan ke parpol-parpol lainnya, bahwa AB merupakan kader Nasdem yang selama ini “bertaqiyyah” (baca: menyamarkan/menyembunyikan identitasnya).
Selain itu manuver politik SP dengan mendeklarasikan AB sebagai Capres 2024 yang diusungnya itu, hanyalah usaha dari SP untuk menaikkan posisi tawar Nasdem di pentas politik nasional, agar Nasdem dapat menjadi pelopor dan mendominasi parpol-parpol lainnya yang ingin bergabung dengannya yang sama-sama sepakat mau mengusung AB sebagai Capres 2024. Lalu, apakah taktik SP ini akan sukses nantinya? Marilah kita telaah bersama.
Pertama, syarat minimal parpol untuk dapat mengajukan Capres atau Cawapres haruslah memilik 115 kursi di DPR RI, sedangkan Nasdem sendiri saat ini hanya memiliki 59 kursi di DPR RI. Ini artinya, jika Nasdem pada akhirnya hanya maju sendirian mengajukan AB sebagai Capres 2024 tidaklah sah. Nasdem baru sah mengajukan Capres jika didukung oleh Parpol lainnya yang jika digabung dengan Nasdem jumlah kursinya bisa memenuhi syarat minimal parpol mengajukan Capres/Cawapres.
PKS yang memiliki 50 kursi di DPR RI dan Partai Demokrat yang memiliki 54 kursi di DPR RI, dapat saja bergabung dengan Nasdem. Masalahnya maukah Nasdem memenuhi syarat-syarat khusus yang akan diajukan oleh PKS dan Partai Demokrat? Percayalah, PKS dan Partai Demokrat itu dari dulu sangat terkenal sebagai partai yang sok merasa besar dan hebat, olehnya PKS dan Partai Demokrat akan mengajukan syarat khusus dan berat yang akan menjadikan sang bandar (SP) tekor dan hanya dapat namanya yang kesohor.
Jika syarat yang diajukan oleh PKS dan Partai Demokrat hanya soal jumlah menteri yang akan diajukan pada Nasdem bila koalisinya menang, itu mungkin tidak akan terlalu bermasalah bagi SP. Namun jika Partai Demokrat mengajukan syarat AHY sebagai Capres yang harus diusung dan AB digeser jadi Cawapres bagaimana? Akan membuat ruwet pikiran SP, bukan?
Inilah kemustahilan pertama bagi AB sebagai Capres 2024. Ingat loh, SBY itu tidak akan bisa tidur nyenyak sebelum dapat mengantarkan anak kesayangannya jadi Presiden.
Kedua, sudah menjadi rahasia umum, bahwa untuk menjadi Capres di Indonesia diperlukan modal setidaknya Rp 70 hingga Rp 100 triliun, sedangkan kita semua tahu, hanya segelintir orang terkaya di Indonesia yang memiliki uang di atas Rp 70 sampai dengan Rp 100 triliun.
Kalau toh ada bandar yang mempunyai uang Rp 70 sampai Rp 100 triliun, mungkinkah mereka mau mempertaruhkan semua uangnya untuk AB? Mustahil bukan? Olehnya, tidak bisa dipungkiri bahwa mayoritas Capres di Indonesia akan selalu memerlukan dukungan dana dari asing dan yang rasional untuk itu adalah kekuatan negara. Ya negara asing maksudnya. Lalu, negara asing mana yang mau atau bersedia memodali Anies untuk jadi Capres? Amerika? Bullshits!
Release data dari Departemen Keuangan Amerika Serikat di tengah trend inflasi tinggi, kenaikan suku bunga dan ketidakpastian ekonomi AS menunjukkan, bahwa utang nasional AS saat ini melejit ke rekor tertinggi yakni US$ 31,1 miliar atau setara Rp 472, 4 ribu triliun (kurs Rp 15.190) pada awal pekan ini. Amerika saat ini benar-benar sedang terguncang dilanda badai krisis yang sangat dahsyat hingga di kota-kota besar di sana banyak rakyatnya yang jatuh miskin, kelaparan dan tidur di emperan-emperan pertokoan.
Selain itu Amerika saat ini juga terus menerus dilanda kerusuhan dan penjarahan di berbagai kota. Mungkinkah negara yang nyaris ambruk seperti ini masih bersedia memodali AB untuk nyapres yang tidak terjamin untuk menang? Inilah kemustahilan kedua bagi AB.
Ketiga, track record politik AB di panggung politik lokal (DKI Jakarta) maupun nasional, yang gemar ngibul dan gemar membentur-benturkan umat beragama, sudah diketahui secara luas oleh seluruh rakyat Indonesia. Di mata umat non muslim, AB tak ubahnya monster penghisap darah kerukunan antar umat yang mengerikan, sedangkan di mata kaum muslimin yang melek politik, AB tak ubahnya lintah darat yang menghisap darah perekonomian rakyat.
Banyak kasus dana APBD DKI Jakarta yang terkuras untuk hal-hal yang berbau korupsi, dengan dalih kelebihan bayar, dalih menaikkan pamor Jakarta di dunia internasional dan lain sebagainya. Semua ini tentu tercatat dengan rapih di pikiran banyak orang. Maka Parpol selain Nasdem yang mau mengusung AB sebagai Capres 2024 akan mikir 1000 kali, karena khawatir ditinggalkan oleh calon pemilih rasionalnya. Inilah kemustahilan ketiga bagi AB untuk nyapres apalagi menang di Pilpres 2024.
Keempat, apabila Ganjar Pranowo maju sebagai Capres yang diusung oleh PDIP bersama partai-partai koalisinya, dan Prabowo maju sebagai Capres yang diusung oleh Gerindradan partai-partai koalisinya, maka kekuatan politik AB tinggal setengah, bahkan bisa jadi amburadul. Kekuatan Ganjar Pranowo akan solid, utuh, sedangkan kekuatan Prabowo dan AB akan berantakan. Kalau sudah begini siapa parpol mana yang masih mau bersedia mencapreskan AB?
Jangankan AB bisa lolos dan menang sebagai Capres 2024, AB gak dilempar asbak oleh Prabowo saja sudah beruntung, karena akibat ulah AB-lah koalisi penantang poros Ganjar akan jadi tambah berantakan. Inilah kemustahilan keempat pencapresan AB untuk Pilpres 2024. Maka segera lupakanlah AB untuk jadi Capres 2024! Kalau masih ada yang mau membantah, perlukah saya menjelaskan lagi soal kemungkinan AB terjerat kasus korupsi yang kasusnya sedang didalami oleh KPK, agar bantahan itu tak lagi memiliki kekuatan argumentasi logisnya?
SP mendeklarasikan AB sebagai Capres 2024 hanyalah bersifat sementara, setelah SP nantinya bertemu dengan Megawati di detik-detik akhir menjelang penutupan pendaftaran pengajuan Capres 2024 ke KPU. SP akan membatalkan pencalonan AB dan beralih mendukung Capres yang akan diajukan oleh Megawati. Kalau SP tidak bersedia melakukan itu, maka SP akan kehilangan imperium bisnisnya. Inilah hukum pertarungan politik di negara yang beranjak menuju kapitalis religius, kawan… (Saiful Huda Ems (SHE), Lawyer dan Pemerhati Politik)
There is no ads to display, Please add some