Arsitektur Vernakular Mewujudkan Local Wisdom yang Relevan dan Memperkaya Praktik Desain Berkelanjutan Kontemporer

beritabernas.com –Dr-Ing. Yulia Nurliani Lukito H ST M.Des.S dari Departemen Arsitektur Universitas Indonesia (UI) yang merupakan ahli arsitektur vernakular dan digital heritage mengatakan, arsitektur vernakular di Nusantara mewujudkan local wisdom yang tidak hanya relevan, tetapi juga dapat memperkaya praktik desain berkelanjutan kontemporer.

Integrasi nilai-nilai tradisional dengan inovasi modern menciptakan keseimbangan yang harmonis antara konteks budaya, lingkungan dan teknologi. Hal ini menegaskan bahwa keberlanjutan bukan sekadar hasil teknis yang terukur, tetapi merupakan proses reflektif yang berakar pada identitas komunitas dan pengetahuan indigenous.

Baca juga:

Hal itu disampaikan Dr Yulia Nurliani Lukito dalam makalah berjudul Vernacular Icing: Layering Sustainability in Ideas, Spaces, and Technology yang disampaikan dalam Webinar Series pertama sebagai rangkaian The 8th International Conference on Sustainable Built Environment (ICSBE) 2025. Webinar bertajuk Vernacularizing Sustainability: Exploring Ideas and Spatial Narratives yang diadakan FTSP UII ini berlangsung secara virtual pada Sabtu, 1 November 2025.

Pada kesempatan itu, Dr Yulia Nurliani Lukito juga menyoroti pentingnya dokumentasi digital warisan arsitektur dan inklusi tradisi sebagai upaya strategis untuk pembelajaran lintas generasi. Dalam perspektif ini, arsitektur menjadi dialog dinamis yang terus berevolusi menuju masa depan yang adaptif, inklusif, dan berkelanjutan.

Ir Wiryono Raharjo, M.Arch PhD. Foto: Dok FTSP

Sementara Prof Dr. Micah R Fisher, dari College of Social Science, University of Hawai’I, memaparkan topik dengan pendekatan antropologi lingkungan dan geografi manusia berjudul Between the Formal and the Vernacular: Situating Flood Sustainability and Repair in Jakarta.

Pada kesempatan itu, Micah R Fisher mengajak peserta menyelami dinamika climate migration, khususnya di Kampung Melayu, Jakarta. Alih-alih melihat banjir semata-mata sebagai bencana yang harus dihilangkan, Prof Fisher memperlihatkan bagaimana masyarakat setempat memaknai dan meresponsnya sebagai bagian dari siklus kehidupan.

Melalui narasi yang kaya data, ia menunjukkan bagaimana inisiatif pengelolaan banjir telah mengubah tidak hanya kondisi material dan spasial kehidupan sehari-hari, tetapi juga membentuk ulang “imajinasi urban” dan relasi sosial di dalam komunitas.

Inisiatif-inisiatif pengelolaan banjir tidak hanya mengubah kondisi material dan spasial kehidupan sehari-hari, tetapi juga mengonfigurasi ulang imajinasi dan relasi urban. Keberlanjutan juga tidak dilihat dari sudut pandang tunggal, melainkan dilihat sebagai transisi untuk melihat bentuk-bentuk perbaikan yang menjiwai masa lalu, masa kini, dan menjadi masa depan kota.

Konferensi internasional bereputasi

Menurut Yulia Pratiwi ST M.Eng PhD, Ketua Panitia, dalam rilis yang dikirim kepada beritabernas.com, Sabtu 1 November 2025, ICSBE sendiri merupakan konferensi internasional bereputasi yang berkomitmen untuk menjadi wadah pertukaran ide dan inovasi terkini di bidang lingkungan binaan yang berkelanjutan. Tema besar tahun ini, Vernacularizing Sustainability: Stories of Ideas, Spaces, and Technologies, mengajak para akademisi, peneliti, praktisi dan mahasiswa untuk mengeksplorasi bagaimana kearifan lokal, narasi spasial dan praktik-praktik vernakular (kelokalan) dapat memberi kontribusi fundamental dan kontekstual untuk mencapai keberlanjutan.

Webinar pertama ini berhasil menarik perhatian lebih dari 200 partisipan dari dalam dan luar negeri, seperti dari Malaysia, India, Amerika, dan Japang. Dua pembicara utama webinar membahas topik dari perspektif sosial-lingkungan dan arsitektural.

Narasumber dan moderator webinar. Foto: Dok FTSP

Selama sesi diskusi, peserta antusias memberikan pertanyaan-pertanyaan yang kritis. Diskusi-diskusi yang muncul antara lain berkaitan dengan bagaimana mentransformasikan konsep constant repair” ke dalam kebijakan perencanaan kota, tantangan dalam mendigitalisasi elemen warisan budaya dan strategi untuk menghubungkan pembelajaran dari skala desa ke skala metropolitan. Secara umum, kedua pembicara sepakat bahwa kunci utamanya adalah pendekatan partisipatif dan pengakuan terhadap kapasitas dari komunitas lokal.

Acara ditutup dengan pengumuman bahwa perjalanan The 8th ICSBE 2025 akan berlanjut pada Webinar 2 yang akan diselenggarakan pada 6 Desember 2025. FTSP UII mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pembicara, moderator, panitia, dan seluruh peserta atas kontribusinya dalam menjadikan webinar ini sukses dan penuh makna.

“Semoga ilmu dan jaringan yang terbangun dapat menjadi modal berharga untuk bersama-sama mewujudkan lingkungan binaan yang lebih berkelanjutan dan berakar pada kearifan nusantara,” kata Dr Yulia Pratiwi. (*/phj)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *