Beragam Metode Belajar Pendidikan Pancasila yang Menyenangkan

Oleh : Nunik Dwiastuti S.Pd

beritabernas.com – Dalam struktur kurikulum merdeka nama mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menjadi Pendidikan Pancasila. Muatan Pendidikan Pancasila terdiri atas empat elemen yaitu Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Semua elemen tersebut dipelajari dari fase A sampai Fase F.

Pendidikan Pancasila memuat nilai-nilai karakter Pancasila yang ditumbuhkembangkan dalam berbagai kehidupan, baik kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat serta bangsa dan negara. Untuk mencapai hal tersebut maka pembelajaran Pendidikan Pancasila harus dibuat menarik dan aplikatif, agar para siswa tidak hanya sekedar belajar teori tetapi mampu memahami dan mengamalkan dalam kehidupan sehari- hari.

Berikut beberapa metode yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila agar aplikatif dan menyenangkan sesuai pengalaman penulis.

Pada Fase F, Kelas XI SMA/SMK elemen Pancasila capaian pembelajaran yang akan dicapai adalah peserta didik mampu menganalisis kedudukan Pancasila sebagai ideologi terbuka serta peluang dan tantangan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global, peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari hari.

Dalam belajar materi ide dasar pendiri bangsa tentang Pancasila dan dinamika penerapan Pancasila sebagai dasar negara, metode yang dapat diterapkan adalah sosio drama. Anak-anak dapat memerankan tokoh-tokoh perumus dasar negara seperti Ir Soekarno, M Hatta, M Yamin, Soepomo, Ki Bagus Hadi Kusumo dan Wachid Hasyim.

Sedangkan anak yang lain dapat diberi tugas sebagai sutradara, dokumentasi, perlengkapan serta peserta sidang. Jadi semua anak dapat terlibat langsung dalam kegiatan belajar. Sebelum bertugas mereka pasti akan mempelajari peran masing-masing agar dapat tampil dengan totalitas. Secara tidak langsung mereka sudah mencari sumber, membaca dan belajar tentang proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara. Semua dilakukan anak-anak dengan senang karena ingin menampilkan yang terbaik.

Peran guru di sini adalah mendampingi anak-anak dengan menunjukkan sumber belajar yang bisa dipakai, mengarahkan dan membimbing sampai anak-anak mampu memerankan dengan baik serta memberikan umpan balik berupa evaluasi dan penilaian terhadap drama yang sudahh ditampilkan. Selanjutnya guru memberikan penegasan terhadap materi dan menyimpulkan bersama sama dengan peserta didik.

Pada materi penerapan Pancasila dalam kehidupan bernegara, metode yang diterapkan adalah studi kasus. Anak-anak dibagi dalam lima kelompok. Kelompok satu sila 1, kelompok dua sila 2, kelompok 3 sila 3, kelompok 4 sila 4 dan kelompok 5 sila 5. Selanjutnya mereka diberi tugas untuksmencari kasus aktual terkait pelanggaran sila-sila Pancasila. Kasus tersebut didiskusikan di kelompok dengan pertanyaan mengapa kasus tersebut merupakan pelanggaran terhadap Pancasila, dan bagaimana seharusnya agar kasus itu tidak terjadi lagi.

Setelah selesai, masing masing kelompok akan mempresentasikan hasil diskusinya dengan terlebih dahulu menyampaikan yel yel ajakan untuk melakukan nilai praksis sila-sila Pancasila. Anak-anak dapat menunjukkan kreatifitas-nya melalui yel yel yang mereka buat, dan sekaligus dengan riang gembira anak- anak dapat menarik teman-teman mereka untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila melalui yel yel yang mereka buat.

Pada materi peluang dan tantangan berpancasila dalam kehidupan global, metode yang dapat diterapkan adalah metode sharing. Secara etimologis kata sharing berasal dari bahasa Inggris yang artinya berbagi. Berbagi dalam metode pembelajaran ini maksudnya berbagi pengalaman tentang peluang dan tantangan dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila. Setiap peserta didik dapat menyampaikan pengalaman masing-masing terkait tantangan yang mereka hadapi dan peluang yang mereka miliki.

Tantangan yang dimaksud adalah tantangan di era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Anak-anak dapat menyampaikan pengalaman mereka mengenai tantangan yang mereka hadapi dalam berpancasila di tengah kemajuan iptek.

Demikian juga dengan peluang yang mereka miliki di tengah kemajuan iptek. Anak-anak dapat belajar dengan gembira. Mereka dapat belajar dari pengalaman teman-temannya dalam menghadapi tantangan dan menggunakan peluang dalam berpancasila. Pengalaman buruk dapat mereka hindari dan pengalaman baik dapat mereka tiru dalam berpancasila di era globalisasi.

Masih banyak metode lain yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila agar aplikatif dan menyenangkan. Yang pasti bahwa pembelajaran Pendidikan Pancasila tidak cukup dengan memberikan teori-teori tentang Pancasila tetapi harus disertai berbagai aktivitas dan contoh yang dapat membantu siswa dalam memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila berdasarkan kesadaran dari diri sendiri. (Penulis adalah guru Pendidikan Pancasila SMK Negeri 5 Yogyakarta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *