Bersama Warga Tanen, Puluhan Siswa SMP Kolese Kanisius Jakarta Menggelar Merti Umbul

beritabernas.com – Sebanyak 87 siswa Kelas IX SMP Kolese Kanisius (CC) Jakarta bersama warga Padukuhan Tanen, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, DIY, menggelar upacara Merti Umbul di satu titik mata air sungai Pelang, Kamis 16 Mei 2024.

Acara dengan tema Merajut Budaya Merawat Semesta tersebut sebagai rangkaian agenda kegiatan Ekskursi Ekologi dan Budaya SMP CC Jakarta yang berlangsung 14 hingga 17 Mei 2024 di komplek Omah Petroek, Karangkletak, Pakem, Sleman.

Sehari sebelum Merti Umbul para siswa diajak mengenal alam dengan melakukan pengamatan langsung dan mengidentifikasi kelestarian lingkungan di tiga lokasi, yakni sungai Boyong, pepohonan hutan desa dan persawahan serta perkebunan di seputaran Omah Petroek.

Siswa SMP Kolese Kanisius Jakarta mengamati biota air di Kali Boyong. Foto: AG Irawan/beritabernas.com

Dari pengamatan yang dilakukan, sekaligus berjumpa langsung dengan air sungai, juga bertemu sejumlah biota air, biota darat dan biota udara yang hidup bebas, para siswa diajak mengalami peristiwa dan merasakan secara otentik kehidupan beraneka ragam kehidupan makhluk di alam bebas.

Dengan metode biotilik yaitu melihat biota yang hidup di aliran sungai para siswa mampu mengidentifikasi kualitas air yang ada. Apakah airnya sehat, tercemar ringan, sedang atau tercemar berat. Pun saat diajak masuk hutan desa, mereka mampu mendeteksi keanekaragaman hayati (biodeversitas) masih bagus atau sudah mulai berkurang. Bahkan saat para siswa dilibatkan dalam memantau tumbuhan pangan, baik di persawahan, perkebunan dan ladang penduduk. Sehingga mereka mampu memprediksi apakah ketahanan pangan wilayah tersebut terjaga atau berpotensi defisit pangan di kemudian hari.

Seperti yang dialami Maximilian Roberto Simanjuntak kelas IX-3 (15) yang merasa senang mengikuti ekskursi ini. “Saya jadi tahu kalau ada hewan-hewan kecil bahkan kecil banget hidup di sungai. Ini pertama kali saya masuk sungai. Karena jika di kelas hanya melihat dari slide. Pokoknya menyenangkan bisa bermain air sambil belajar menemukan hewan air di sela batuan sungai,” ujarnya di sela sesi pemantauan kualitas air sungai.

Para siswa bersama warga mempersiapkan prosesi upacara tradisi Merti Umbul Salareja di Sungai Pelang. Foto: AG Irawan/beritabernas.com

Sementara siswa kelas IX-2 Giovani Herbertus Jagung (14)  terkesan dengan agenda Merti Umbul yang digelar bersama warga Tanen. “Ya saya senang banget bisa terlibat langsung mempersiapkan upacara tradisi ini. Hingga ikut arakan gunungan sampai ke dekat mata air. Apalagi bisa bertemu dengan banyak orang. Asyik ini acaranya,” kata dia.

Kepala Padukuhan Tanen Suhardi mengatakan, upacara tradisi Merti Umbul Selareja yang berada di wilayahnya tersebut sudah dilakukan sejak empat tahun lalu. Dilakukan setahun sekali hingga kini. Pada tahun ini bertepatan dengan kedatangan para siswa dari SMP Kolese Kanisius Jakarta yang sedang melakukan kegiatan ekskursi. “Keterlibatan para siswa ini semakin menumbuhkan semangat warga kami dalam menjaga tradisi menjaga mata air yang berada di sungai Pelang yang melintas di padukuhan Tanen ini,” terangnya.

BACA JUGA:

Kepala Kolese Kanisius Jakarta Thomas Gunawan Wibowo yang turut hadir dalam perayaan tradisi Merti Umbul Selarejo menyampaikan apresiasinya dalam ekskursi kali ini. Pihaknya merasa senang melihat anak-anak bisa langsung mengalami sendiri peristiwa upacara tradisi Merti Umbul. Bukan sekedar pengalaman perayaan, tapi juga mendapat pengalaman spiritual yang mendalam. “Tiap pribadi bisa punya perasaan yang berbeda. Ini perasaan syukur. Dan ada perayaan kehidupan yang dirayakan dalam bentuk air. Di Jakarta air sudah banyak yang terkontaminasi bahan pencemar. Tetapi  air tercemar itu tetap menjaga kelangsungan hidup kita. Sekali lagi, terimakasih warga Tanen yang telah memberi kesempatan kami untuk belajar menghargai air, “ ungkapnya.

Pemilik Oemah Petruk Romo GP Sindhunata SJ (kanan) mensharing soal hidup berdampingan dengan masyarakat dan alam pedesaan. Foto: AG Irawan/beritabernas.com

Dalam sesi malam terakhir, saat berjumpa dengan para siswa peserta ekskursi, Romo Sindhunata menyampaikan gaya hidup di kota bukan satu-satunya pilihan. Pengalaman hidup di desa mengajak kita menajamkan perasaan dan pengalaman. Bukan sekedar menikmati kehidupan, tapi mampu memberi makna dalam setiap perjumpaan. “Standart hidup di desa itu sederhana. Moga-moga dengan pengalaman ini kalian mau berbagi. Karena beragam fasilitas yang kalian punyai di kota tidak dimiliki warga di desa. Dan kalian diajak dan dilibatkan untuk mengalami langsung kehidupan warga desa. Bergembira dengan fasilitas sederhana. Seperti rebutan gunungan. Semoga kelak kalau dewasa selalu bisa mengenang,” pinta Romo Sindhu.

Rangkaian ekskursi ditutup dengan refleksi pagi di lereng Gunung Merapi dan dilanjutkan dengan misa yang dipimpin Romo pamong CC Jakarta Paulus Hastra Kurdani, SJ.

Kolese Kanisius adalah lembaga pendidikan bernafaskan iman Katolik yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1927. Seorang rohaniwan Yesuit, Pater Dr. J. Kurris SJ, sebagai direktur Kolese Kanisius yang pertama. Hingga kini Kolese Kanisius dikenal dengan lembaga pendidikan khusus laki-laki. (ag irawan)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *