beritabernas.com – Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pengelolaan dan pengolahan sampah di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul bisa menjadi contoh bagi desa-desa di DIY untuk mengelola sampah.
Sebab, BUMDes pengelolaan dan pengolahan sampah di Desa Panggungharjo yang dibuka sejak tahun 2013 sangat efektif mengurangi volume sampah yang dibuang ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan. Ini terbukti, sebelum BUMDes ini ada, setiap hari 1 truk sampah yang diangkut/dibuang ke TPST Piyungan, namun setelah BUMDes itu ada hanya sekali seminggu 1 truk sampah yang diangkut/dibuang ke TPST Piyungan.
“BUMDes ini sangat membantu dan efektif mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPST Piyungan. Kalau sebelumnya setiap hari 1 truk sampah kami angkut dan dibuang ke TPST Piyungan, tapi sekarang cuma sekali seminggu 1 truk sampah diangkut ke TPST Piyungan. Kalau semua desa di DIY bisa seperti ini maka bisa mengurangi sampah yang dibuang ke TPST Piyungan,” kata Supartono, Supervisor Pemilahan Sampah BUMDes Panggungharjo, ketika ditemui beritabernas.com, Kamis 20 Juli 2023 sore.
Menurut Tono, sapaan akrab Supartono, setiap hari sampah yang diangkut dari rumah tangga ke tempat pengolahan sampah BUMDes Panggungharjo mencapai sekitar 5-6 ton. Sampah yang diangkut oleh perusahaan jasa pengangkut sampah Pasti Angkut dari rumah tangga, perusahaan, hotel, restoran dan sebagainya itu langsung dimasukkan ke conveyor yakni sebuah alat yang berfungsi memindahkan sampah ke mesin cacah pilah sampah.
Dari conveyor, petugas memilah sampah sesuai jenisnya seperti sampah kertas, kardus, beling, dupleks dan rosok lalu dimasukkan ke kantong-kantong yang tersedia sesuai jenisnya, sementara termoplas dalam kantong tersebut dan sampah basah secara otomatis masuk ke mesin pencacah sampah untuk diolah hingga menjadi bubur sebagai pupuk organik.
BACA JUGA:
- Pemkab Sleman Bangun 3 Tempat Pengelolaan dan Pengolahan Sampah Terpadu
- Pengelolaan dan Pengolahan Sampah Harus Tuntas Dilakukan di Tingkat Desa
- Memprihatinkan, Kesadaran Masyarakat Jogja dalam Menjaga Kebersihan Sangat Rendah
- Semua Pihak Wajib Mengurangi Sampah
Menurut Tono semua sampah yang dipilah dan diolah di tempat pengelolaan/ pengolahan sampah milik BUMDes Panggungharjo berharga. Sampah kertas, plastik, karton/kardus, beling dan dupleks yang sudah dipilah dibeli/ diambil pengepul.
Demikian pula sampah termoplas seperti plastik diambil perusahaan pracetak untuk diolah/ dicetak menjadi pavingblok, papan, kaso dan sebagainya. Sayangnya, menurut Tono, kapasitas perusahaan pracetak tidak seimbang dengan volume termoplas yang diproduksi BUMDes Panggungharjo sehingga banyak termoplas yang masih menumpuk.
Sedangkan bubur sampah basah yang sudah diolah menjadi pupuk organik setiap diambil/dibeli orang untuk pupuk tanaman hias, tanaman pertanian dan perkebunan. Hasil penjualan sampah yang sudah dipilah/diolah tersebut bisa untuk membayar gaji 25 karyawan yang bekerja BUMDes Panggungharjo.
KH Cholil Bisri, Ketua Paguyuban Peduli Sampah Gunturmadu DIY yang bersama Hendrikus Mulyono alias Mbah Mul yang melihat langsung tempat pengolahan sampah BUDes Panggungharjo, mengatakan, pihaknya akan memperjuangkan agar semua desa di DIY memiliki tempat pengolahan sampah seperti yang dilakukan BUDes Panggungharjo.
“Saya akan menyampaikan kepada Gubernur DIY agar sebagian dana keistimewaan digunakan untuk membeli alat pengolah sampah seperti di Panggungharjo ini. Diharapkan semua desa/kalurahan punya sehingga suatu saat tidak perlu lagi membuang sampah ke TPST Piyungan karena sudah penuh bahkan sudah setinggi hingga 1 kilometer,” kata KH Cholil Bisri.
Sementara Mbah Mul juga mendukung langkah yang dilakukan KH Choli dengan mengajak sejumlah tokoh seperti Yayuk Basuki untuk ikut peduli mengolah sampah dengan belajar pengolahan sampah BUMDes Panggungharjo. “Saya tahu dan yakin Yayuk Basuki juga peduli mengelola dan mengolah sampah,” kata Mbah Mul. (lip)
There is no ads to display, Please add some