beritabernas.com – Berbagai aplikasi trading ditawarkan via media sosial. Semua menjanjikan sukses, menjadi kaya dalam waktu singkat. Punya tabungan banyak, bebas utang, traveling ke mana saja. Benarkah demikian?
Di era digital sekarang ini, beragam informasi bertandang di handphone (HP) kita. Termasuk ajakan yang sangat menggoda, yakni cepat sukses menjadi kaya berkat trading. Banyak orang langsung tergiur. Seketika target hidup berubah. Angan melambung seolah sukses benar-benar sudah di depan muka.
Benarkah dunia trading menjadikan seseorang sukses menjadi kaya raya dalam waktu singkat?
Fakta tidak selalu demikian dulur-dulur. Inilah kisah tidak sukses, justru terjungkal ke jurang utang karena orang ini coba-coba trading.
Sebutlah dia dengan nama Mulyo (bukan nama sebenarnya). Suatu hari, Mulyo mendapat rekomendasi dari teman lamanya, sebut saja Bintoro. Bintoro ini dulu hidupnya susah. Namun sekarang sudah kaya raya berkat trading yang telah dijalaninya sejak lebih dari dua tahun lalu. “Kamu pun bisa Mulyo, ayo gabung. Aku hubungkan dengan konsultanku ya,” ajak Bintoro kepada Mulyo.
Mendengar kisah sukses Bintoro, si Mulyo pun langsung berbunga-bunga. “Siap,” jawabnya. “Bagaimana caranya?” tanya dia lebih lanjut.
Singkat cerita, si Mulyo pun ikut trading. Bintoro menghubungkannya dengan seorang broker atau konsultan trading bernama Hendra (bukan nama sebenarnya). Dengan berkomunikasi melalui aplikasi WA, Hendra mengenalkan diri dan menjelaskan apa yang harus dilakukan Mulyo.
Hendra mempersilakan Mulyo untuk menyiapkan dana terlebih dulu, dan jika sudah siap bisa menghubunginya kembali.
Mulai trading
Seminggu setelah itu, Mulyo siap dengan dana sebesar Rp 2 juta. Mulyo menghubungi Hendra, yang langsung disambut baik. Hendra pun memperkenalkan siapa dirinya. Dia menjelaskan, bahwa dia bekerja sebagai seorang konsultan panduan transaksi keuangan dengan jam terbang sudah lebih dari 10 tahun. Hendra adalah seorang analis data di Wall Street di Amerika Serikat. Dan sekarang ini, Hendra bekerja sebagai seorang konsultan investasi di London, Inggris. Ia bernaung di suatu perusahaan investasi yang telah berdiri selama enam tahun, yang berkantor di kawasan elit di London.
Hendra meyakinkan Mulyo bahwa perusahaan tempatnya bergabung menjamin tingkat keberhasilan transaksi dengan risiko kerugian paling rendah. Didukung dengan dana yang besar, perusahaan menjamin semua klien tidak akan rugi, risiko kerugian dapat dikurangi hingga nol risiko.
Investasi utama menggunakan USDT dan ETH. USDT adalah mata uang stabil terpusat, 1 USDT = 1 Dollar AS. Tetherlah yang menerbitkan dan mengelola mata uang ini, dan menyimpan sejumlah cadangan Dollar AS untuk mendukung nilai USDT. “Jadi tidak perlu kuatir tentang masalah saat menukar mata uang. Ini adalah valuta asing,” demikian dijelaskan Hendra.
Selanjutnya Hendra akan memandu Mulyo untuk melalui semua proses transaksi. Dari transaksi ini dijanjikan keuntungan minimal 20%. Hendra sebagai konsultan akan mendapat komisi sebesar 30% dari seluruh keuntungan. Komisi dibayarkan terpisah. Dibayar dari rekening Mulyo, bukan dari saldo di akun.
Ada dua poin dalam kerja sama antara Mulyo sebagai investor dan Hendra sebagai konsultan dari perusahaan investasi itu. Pertama, setelah mendapat keuntungan dari transaksi, Mulyo harus membayar komisi/ biaya bimbingan sebesar 30% dari jumlah keuntungan. Komisi harus dilunasi, baru melanjutkan ke transaksi selanjutnya. Jumlah transaksi sebanyak lima kali. Saldo di akun dapat ditarik setelah Mulyo menyelesaikan lima transaksi ini.
Poin kedua, dipastikan Mulyo menghasilkan uang terlebih dulu, baru memberi komisi. Jumlah komisi bergantung pada besar keuntungan. Semakin besar keuntungan, komisi pun semakin besar. Mulyo tidak perlu kuatir, tidak ada risiko rugi dalam investasi ini.
Singkatnya, Mulyo pun memulai bertransaksi. Transaksi pertama sebagai percobaan, sebelum menandatangani kontrak kerja sama.
Ia mentransfer Rp 2 juta ke rekening yang disebutkan Hendra. Hendra langsung memberinya sebuah tautan URL yang bisa dibuka di Google Chrome. Setelah Mulyo membuka tautan URL itu, Hendra meminta Mulyo untuk mengirimkan tangkapan layar akun tersebut. Langkah pertama mendaftar di pasar bursa terkenal di Inggris, yang merupakan salah satu dari 10 bursa teratas di dunia. Setelah terdaftar dan memperoleh akun, Hendra memandu langkah per langkah dengan meminta klik sesuai petunjuk anak panah, dan setiap kali mengirim tangkapan layar.
BACA JUGA:
- Satgas Pasti Hentikan Penawaran Investasi Ilegal yang Dilakukan Influencer Ahmad Rafif Raya
- Dinilai Tidak Sehat, OJK Cabut Izin Usaha PT Rindang Sejahtera Finance
Dipandu konsultan Hendra, Mulyo menyelesaikan proses transaksi. Di akhir sesi, Hendra meminta Mulyo untuk tidak klik apa pun sebelum mendapat perintah menutup. Di tahap ini Mulyo menunggu agak lama. Perlu waktu untuk menutup transaksi sehingga mendapat keuntungan yang tinggi. “Ini adalah akhir dari sesi, jangan klik apa pun sampai saya memberitahu anda untuk menjual dan menutup posisi,” demikian perintah Hendra.
Empat menit kemudian, masuk perintah untuk menutup. “Klik menutup!” Dikonfirmasi lagi. Kllik tentu. Transaksi selesai.
“Saldo awal Anda adalah 130 dolar AS. Saldo Anda saat ini adalah 169 dolar AS. Keuntungan Anda hari ini adalah 39 dolar AS, setara dengan 602,316 rupiah Indonesia,” bunyi pesan WA dari Hendra ke Mulyo.
Mulyo pun senang. Dengan modal Rp 2 juta, sejam kemudian saldo berubah menjadi Rp 2.602.316, yang langsung ditarik masuk ke rekeningnya.
Langkah pertama untuk menggapai sukses pun berjalan lancar.
Kontrak kerjasama
Mulyo terus melangkah. Dengan penuh keyakinan, ia mengambil kuota terkecil dengan inves sebesar Rp 5 juta. Ia menandatangani kontrak untuk lima kali transaksi.
Ibarat menjaring ikan di sungai, setiap menebar jaring ikan yang didapat semakin banyak. Demikian pula transaksi demi transaksi, Mulyo semakin besar mendapat keuntungan. Besarnya keuntungan menentukan besarnya komisi yang harus dia bayar sebelum melakukan transaksi berikutnya.
Dengan arahan dari konsultan Hendra, Mulya melakukan transaksi pertama. Kurang dari dua jam lamanya bertransaksi, dari modal investasi sebesar Rp 5 juta mendapatkan perhitungan sebagai berikut: keuntungan Anda hari ini $149, dikonversi menjadi Rp 2.267.340. Komisi yang harus dibayarkan sebesar 30%, ditranfer langsung ke rekening yang ditentukan oleh konsultan Hendra berjumlah $44,7 atau Rp 680,202.
Lanjut transaksi kedua. Modal sudah bertambah keuntungan. Dan hasil dari transaksi kedua didapat perhitungan sebagai berikut: keuntungan Anda hari ini $361, dokonversi menjadi Rp 5.470.341. Besaran komisi yang harus dibayar 30% dari keuntungan ialah $108,3 atau Rp 1.641.102.
Transaksi ketiga. Modal bertambah keuntungan dari transaksi sebelumnya. Dan hasil dari transaksi ketiga didapat keuntungan sebesar $969, dikonversi menjadi Rp 14.690.815. Besar komisi 30% dari keuntungan yang harus Mulyo transfer ke rekening yang ditentukan Hendra sebesar $290,7 atau Rp 4.407.244.
Transaksi keempat membuat Mulyo melonjak dan sesak nafas. Keuntungannya melejit hampir enam kali lipat dari keuntungan sebelumnya. Didapat perhitungan sebagai berikut: keuntungan Anda hari ini $6432, dikonversi menjadi Rp 97.159.540. Besar komisi 30% dari keuntungan, harus dilunasi Mulyo sebelum ke transaksi terakhir/kelima, yakni sebesar $1929,6 atau Rp 29.147.862.
Mulyo pucat, membayangkan jumlah komisi yang harus ia bayar yang melejit di luar dugaannya. Dari mana bisa mendapatkan uang sebesar itu?
Di sesi inilah Mulyo mulai kalut. Ia merasa mati langkah. Mulyo tidak lagi mempunyai dana untuk melanjutkan transaksi ke lima. Ia juga tidak mampu membayar komisi dari keuntungan di transaksi ke empat berjumlah Rp 29.147. 862. Tidak ada aset yang bisa dia jual, atau meminjam uang ke siapa, tak lagi ada jalan.
Kepada konsultan Hendra ia meminta bantuan. Mulyo mengajukan permintaan untuk dapat menarik saldo di akun dari transaksi yang sudah ia lewati. “Ya, saya akan membantu anda agar dapat menarik seluruh dana pada akun anda, setelah anda menyelesaikan pembayaran komisi tertunda ini,” inilah jawaban dari Hendra, si konsultan. Tidak ada negosiasi lagi.
Mulyo pun menyerah. Berhari-hari ia memikirkan uangnya yang telah masuk ke akun trading, pertama sebagai modal/investasi, dan membayar tiga kali komisi ke konsultan. Jumlah saldo di akun memang telah menjadi berlipat-lipat. Mulyo dapat menarik semua saldo di akun jika telah merampungkan lima transaksi dan membayar komisi untuk konsultan. Saldo yang jumlahnya sudah lebih dari 100 juta itu hanya semacam fatamorgana; ada tapi tiada. Saldo besar tapi tidak dapat ditarik saat itu.
Mulyo tak lagi mempunyai dana untuk membayar komisi ke konsultan. Langkahnya terhenti di transaksi ke empat. Konsultan pun hanya menjawab bisa menghubungi lagi jika telah mempunyai dana yang cukup untuk melanjutkan transaksi. Mulyo pun menyerah. Langkahnya kandas. Dia berpikir, jika ada dana untuk melanjutkan transaksi pun belum tentu saldo di akun bisa ditarik. Malah semakin banyak uangnya akan hilang.
Ibarat dia ikut rally di padang gurun, bekalnya mepet, Mulyo kelelahan di perjalanan, lalu terhenti sebelum mencapai titik akhir. Inilah yang menjadi kesalahan siapa pun yang mencoba trading senekat Mulyo modal trading itu uang dingin, yakni uang yang memang dimiliki, ada dalam genggaman.
Gagal, ya sudah, pupusnya. Ia pun mengubah target hidupnya, tidak lagi menginginkan hal-hal yang muluk. Ia mencoba menikmati saja apa yang ada sekarang ini, sambil menjalankan kegiatan seperti biasa. Ia selesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Ia kembali mendapatkan kehidupan yang tenang, walau tetap memikirkan utang banyak yang harus ia lunasi.
Mulyo coba-coba ikut trading atas dorongan sang teman, tapi gagal di tengah jalan. Ya, berharap mendapat banyak untung, eh malah buntung. (Anton Sumarjana, Jakarta)
There is no ads to display, Please add some